• 'PRESENTS' •

1.1K 122 7
                                        

Jin's POV

tw// mild language! Smut!

Aku baru saja tiba di salah satu gedung perusahaan resmi milikku dengan Namjoon.  Kami berjalan beriringan dengan santai sebelum seseorang mengusik dengan melambaikan tangan dan menyerukan namaku keras.

"Jin! I'm here!"

Dia lagi.

Lady, salah satu mantan omega wanita yang pernah dekat denganku. Kami sempat berkencan dulu namun aku memutus hubungan dengannya sebab memang dia omega jalang. Tak layak bersanding denganku.

Rupanya ia tak sendiri, dua orang alpha pria lain segera berdiri dan menyambut kami dengan tangan terbuka lebar. Seorang resepsionis segera mendekat padaku namun aku mengangkat tangan ke udara— menghentikan langkahnya. Mungkin ia bermaksud memberitahuku tetapi aku sudah tahu jika mereka akan datang. Jadi, aku tak begitu terkejut akan hal ini.

Direktur Jendral Pajak Amsterdam mengunjungi perusahaanku untuk mengucap terimakasih sebagai pengabdian besarku pada negara yang telah menyokong perekonomian hampir empat puluh persen. Aku menarik bibirku ke atas seraya membalas jabat tangannya dan mempersilahkan mereka menuju ruang kantorku yang berada di lantai tujuh belas dengan memasuki lift.

Lady segera melingkarkan tangannya pada lenganku dan ikut masuk. Omega wanita ini memakai gaun merah beludru sebatas paha atas dengan potongan rendah pada bagian dada. Tentu saja ia ingin memamerkan asetnya yang penuh dan sintal. Aku jadi ingin meremasnya.

Ia mencoba menggodaku dengan membenahi letak dasiku yang sebenarnya sudah rapi sedari aku berangkat. Aku memasang seringai pada sambil meremas satu bongkah padatnya diam-diam. Lady menggigit bibirnya dalam. Sedangkan Namjoon, ia sibuk meladeni dua tamu penting yang berdiri di depanku.

Pintu lift terbuka. Kami segera menuju kantor untuk saling berbincang.

Sebenarnya aku tak tahu menahu mengapa Lady ikut serta. Apakah ia sengaja mau menggoda mereka sebab ia tahu akan berkunjung ke perusahaanku? Mengingat salah seorang diantara mereka pernah memakai jasanya untuk memuaskan nafsu. Tapi aku tak peduli. Dia hanya masa lalu.

Namjoon mendorong kedalam pintu kantor dan aku segera mempersilahkan mereka duduk dengan nyaman di atas sofa. Kami berbincang ringan selama beberapa menit dengan Lady mendampingiku. Aku merasa risih dengan tingkahnya yang protektif. Maka aku mengikis rasa itu dengan mengecek ponselku yang bergetar didalam saku.

Hoseok mengirimiku pesan melalui surel.

Menginjak menit kesepuluh, setelah saling menyesap kopi masing-masing, satu orang dari mereka mengatakan—

"Meneer, kami membawa hadiah untuk anda. Salah satunya adalah dia, Lady. Yang menemani anda."

"Dan masih ada tiga lagi omega wanita yang sudah kami siapkan sebagai pertanda terima kasih kami sedang menunggu di luar"

Aku menukikkan alis. Jadi Lady datang ke kantor sebagai wujud hadiah? Aku pikir ia akan merengek sebab rindu. Ternyata pradugaku salah.

"Suruh mereka masuk! Dan Terima kasih atas hadiahnya" ucapku tegas.

"Kami harap anda menyukai hadiah ini dan hubungan baik yang sudah terjalin akan terus berlangsung demi kebaikan negara."

Bullshit!

Kenyataannya, mereka hanya memancing rasa simpatikku demi keuntungan.

"Tentu saja. Anda jangan khawatir."

Direktur Jendral Pajak beserta sekretarisnya pamit undur diri ketika tiga orang p*lacur kelas atas memasuki ruanganku. Satu hal yang harus kalian tahu adalah aku menolak pemberian berupa uang ataupun barang. Sebab apa yang kumiliki sudah di luar batas. Bahkan satu pulau kecil yang bersebrangan dengan Florida—belum sempat ku kunjungi, kini menjadi salah satu aset kekayaanku. Hadiah dari salah seorang rekan bisnis gelapku.

• K R A C H T •  JINV • ABOOù les histoires vivent. Découvrez maintenant