11. Acara Keluarga

54.1K 4.6K 64
                                    

“Mau atau tidak, nyatanya, sebuah hubungan mengubah kehidupan kita berdua.”

— ° ° ° —

Bukan tanpa alasan Alby membawa keluarga kecilnya  ke rumah orang tua Naza, di sana tengah diadakan acara keluarga, arisan keluarga yang hampir tiap bulan diadakan di rumah orang tua Naza. Jadi, tak aneh lagi jika rumah besar bergaya klasik itu selalu dipenuhi oleh beberapa keluarga. Tak hanya keluarga kecil Alby yang datang hari ini, di sana juga sudah berjejer keluarga tante dan om dari pihak ibunya Naza beserta anak dan cucu mereka.

“Leon … ya ampun, jagoan nenek udah gede dan makin lucu sekarang. Ayo, main sama nenek! Mas, biar ibu yang gendong Leon,” ucap Ibu pada Alby.

Alby mangut sekilas. Setelah mencium tangan Ibu, dia langsung memberikan Leon pada ibu mertuanya itu. Memang jarang sekali Leon bertemu dengan neneknya, karena jarak dan pekerjaan Alby yang tak memungkinkan untuk terus bolak-balik Jakarta-Serang. Jadi, saat acara seperti ini mereka bisa berkumpul bersama.

“Juragan baru datang. Ditunggu dari tadi, loh. Ada bisnis baru nih,” ucap Mako. Pria berkumis tipis itu langsung menyambut kedatangan Alby dengan hangat. Tak ragu-ragu, dia juga merangkul bahu Alby dengan erat.

Mungkin, ini salah satu hal baik dari turun ranjang. Alby tak perlu beradaptasi lagi dengan keluarga Naza, karena keluarga Naza adalah keluarga Zia. Mereka semua sudah tak segan-segan lagi dengan Alby. Begitu juga dengan Alby yang sudah terbiasa dengan mereka semua. Bedanya, kini bukan tangan Zia yang Alby genggam, tapi Naza yang ada di sampingnya.

“Dek, kakak pinjem Alby dulu, ya. Kakak ada bisnis baru sama Alby. Doakan semoga goal, biar kalian bisa bulan madu,” bisik Mako di telinga Naza.

Naza hanya tersenyum simpul. Sebetulnya, Mako adalah kakak sepupu Naza dan Zia. Mako dan Alby memang sudah sejak dulu berbisnis seperti itu. Mereka sering kerja sama soal pekerjaan. Kebetulan, perusahaan Alby bergerak di bidang kontraktor bangunan, sedangkan Miko adalah pihak yang sering jadi mencari proyek-proyek pembangunan. Jadi, mereka berdua sering menyelesaikan proyek bersama, bahkan sampai berbulan-bulan hingga tahunan.

Alby melirik Naza yang masih berdiri di sampingnya. “Za, mas mau ngobrol dulu sama Mako,” pamitnya.

“Oh, iya ... silakan, Mas.”

Sepeninggal Alby dan Mako, Naza langsung berbaur dengan puan-puan yang kini asyik bergosip di area ruang tamu. Di sana, ada Ibu dan para tante yang masih sibuk bermain dengan Leon. Mereka bersuka cita sambil menikmati cemilan.

“Za, sini duduk!”

Salah satu dari mereka mempersilakan Naza untuk gabung. Dengan sedikit rasa canggung, Naza duduk di salah satu sofa. Sekarang, Naza mengerti dengan perkataan orang, setelah menikah, di rumah orang tua sendiri kita merasa jadi tamu. Untuk duduk saja, Naza menunggu untuk dipersilakan.

“Gimana kamu sama Alby?” tanya Ibu.

“Baik, Bu. Mas Alby sering bantu jaga Leon,” sahut Naza.

“Kak Naza! Kamu udah begituan dong sama Mas Alby? Gimana rasanya? Katanya, Mas Alby hebat lho. Udah jadi belum?” Itu Miki yang bertanya. Pertanyaan gadis 17 tahun itu langsung dijawab jitakan dari Ibu.

“Begituan apa maksud kamu?!” sahut Ibu. 

Miki menggaruk kepalanya yang terasa gatal. Gadis yang masih duduk di bangku SMA itu memang tak pernah bisa menjaga mulutnya. Apa pun bisa keluar dari mulut Miki. Apalagi, kalau sudah disatukan dengan kakaknya, Mako. Obrolan Miki dan Mako tak mungkin lulus sensor KPI. 

“Mamah Ibu! Ih! Kak Zia juga sering cerita, kok!” sahut Miki tak terima. Dia langsung duduk di samping Naza dan merangkul kakak sepupunya itu. “Sekarang, aku mau dengar cerita dari versi kak Naza, hahaha,” gelaknya.

TURUN RANJANG : 𝓣𝓱𝓮 𝓛𝓮𝔁𝓲𝓬𝓪𝓵 𝓗𝓮𝓭𝓰𝓮 𝓫𝓮𝓽𝔀𝓮𝓮𝓷 𝓤𝓼 Where stories live. Discover now