• FALLING (AGAIN) •

Start from the beginning
                                        

Iris V memancar penuh, mengalahkan kemilau gelas kristal yang berdiri di atas meja. Dua tangannya menyatu di atas meja dan bertumpu dengan siku. Kepalanya menyandar nyaman disana dengan garis bibir menukik indah. Jika saja lelaki yang menemaninya adalah Jin, mungkin V tidak akan sungkan memberi satu kecupan hangat pada bibirnya.

Sungguh sayang.

Greg mengulas senyum tipis setelah menelengkan kepala. Sebagai alpha senior, apa yang tersaji saat ini merupakan hal kecil. Ia sangat tahu trik jitu merebut para omega dengan lembut dan halus.

Bibirnya berdecak seraya menyilangkan kedua tangan di depan dadanya yang bergemuruh.

Dasar bodoh! Kurangi kesibukanmu atu ku rebut omegamu dari ranjang hangatmu.

Greg menahan senyumnya agar tidak sampai mengembang penuh. Lalu satu ide nakal muncul di kepalanya ketika para pelayan mengisi meja mereka dengan makanan pembuka.

Alpha senja itu merogoh ponsel dari saku jas dan diam-diam Greg mengambil potret manis V yang sedang menatap hidangan, kemudian ia kirim lewat pesan pada seseorang yang semestinya.

"Geniet van je maaltijd! (Selamat makan!)" seru V penuh semangat. Bibirnya telah membuka penuh ketika satu sendok kecil souffle lembut dengan caviar di atasnya mulai mengisi rongga mulut.

"Geniet van je maaltijd, darling!" jawab Greg dengan seringai tipis. Sungguh ia tak bisa mengalihkan pandangnya sedikit saja ke arah lain selain paras menawan V. Makhluk yang duduk di seberang terlalu indah untuk tidak di tatap dan di puja.

Sepertinya Greg telah menewaskan kewarasannya hari ini.

,

,

Senja terukir, membentang luas di birunya angkasa. Burung-burung beterbangan mengelompok, bak maha karya sang pencipta. Surya yang sebelumnya begitu memancar cerah, kini meredup lamban. Semilir angin sejuk bertiup seakan melengkapi, dan semua turut menjadi saksi bagaimana syahdunya dua insan yang tengah bersama merenda tawa.

Kini, keduanya berlabuh di sebuah restaurant bergaya klasik pusat kota Amsterdam untuk makan bersama. Greg menyewa restaurant mahal tersebut untuk di nikmati secara pribadi dengan V dan para anak pengawal.

Apa saja yang di perbuat Greg hingga ia berhasil membuat si manis V membuka mulutnya lebar. Meski kepalan tangannya berusaha menutupi, namun bulir bening pada sudut mata tak bisa di tutupi. Pipinya belum jemu bersemu merah, senada dengan si empu yang terlihat tak ingin menyudahi perjalanan singkatnya dengan sang tuan cassanova.

Kanal Amsterdam telah dilalui dengan manis. Bangunan klasik yang berjejer rapi berhasil membuat V berdecak kagum tanpa henti. Belum lagi, sepanjang aliran sungai ia tak menjumpai limbah sedikitpun. Airnya begitu jernih, sampai refleksi dirinya terpantul dengan apik.

Amsterdam memiliki kesan luar biasa baik bagi V.

"Terakhir, makan malam sudah menanti kita V"

Ucapan Greg seolah membekukan ukiran manis pada bibir V dalam hitungan detik. Meski tidak sepenuhnya reda, nyatanya senyum itu tampak berkurang pancaran sinarnya.

Greg cukup menyesal berkata demikian.

"Maafkan aku. Aku akan meluangkan waktuku untukmu sesering mungkin nanti. Aku berjanji" ucapnya tanpa ragu.

Satu tangan V mengibas ke udara sambil mengulum senyum.

"Tidak perlu, Pa. Aku bisa bepergian sendiri lain waktu. Atau mungkin dengan Jin. Aku akan meminta persetujuannya lebih dulu. Lagi pula, hal ini bukan tanggung jawab anda."

• K R A C H T •  JINV • ABOWhere stories live. Discover now