• FALLING (AGAIN) •

Mulai dari awal
                                        

Alpha paruh baya itu mengulurkan telapak tangan terbukanya untuk di genggam V. Greg tak lagi menyia-nyiakan kesempatan untuk mengecup punggung tangan V dan berkata-

"Welkam to Amsterdam, Pretty! Greg is ready for you" serunya ketika pintu mobil terbuka menyajikan hamparan rumput hijau luas dengan bangunan kuno sebagai latar belakang.

V tersipu malu dan takjub secara bersamaan. Apa yang tersaji di depannya seperti yng ada di film-film. Atau mungkin dunia dongeng.

Bibirnya merekah bak kelopak bunga di musim semi. Bersahutan dengan rona menghiasi dua pipi. Irisnya memancar bahagia ketika langkah kaki kecilnya mulai menapaki rerumputan.

"Apakah ini nyata?"

"Tentu saja. Selamat datang di Begijnhof."

Begijnhof merupakan lapangan luas di pusat Kota Amsterdam. Di sekelilingmya terdapat rumah-rumah penduduk lokal dengan arsitektur klasik khas negeri Kincir Angin. Para wisatawan dengan hobi fotografi biasanya akan mengabadikan pemandangan klasik dengan kamera mereka.

V merentangkan dua tangan ke udara seraya menikmati sejuknya angin yang menerpa wajahnya.

"Tempat ini sangat klasik. Aku menyukainya" gumamnya pada diri sendiri.

Ia merogoh kantung celana untuk mengambil gawai, tapi sayang nihil. Sendirinya lupa jika ponsel barunya terbawa oleh Jin. Meski alpha tampan itu mengganti dengan yang baru, V tetap menolak keras pemberiannya.

"Pakailah ini, V"

Greg menghampiri V seraya menyerahkan sebuah kamera.

"Anak muda sepertimu pasti menyukai fotografi bukan?"

V mengangguk mantap.

"Terimakasih, pa!"

,

Setelah puas menangkap berbagai gambar dan berlarian mengejar kawanan burung merpati, V merasa lelah dan lapar. Greg memutuskan untuk berpindah lokasi seraya menikmati makan siang mereka bersama.

Disinilah sekarang, sebuah kanal utama di pusat kota Amsterdam yang juga tempat wisata menarik bagi para wisatawan. Kanal ini memiliki panjang hingga 100km. Biasanya, pengunjung akan di sarankan untuk menyewa kapal untuk merasakan sensasi lain berkeliling di kota Dam ini.

Greg menyewa satu boat mewah untuk perjalanan sekaligus makan siangnya dengan V. Beberapa bodyguard telah bersiap di garda terdepan dengan kapal kecil untuk memimpin perjalanan.

V menatap interior klasik nan elegan yang mengelilinginya. Entah berapa kali ia berdecak kagum, yang jelas omega Korea itu merasa sangat senang. Piring-piring antik tertata rapi pada dinding. Beberapa pigura yang berisikan potret negeri seribu tulip juga terpasang berurutan. Mulai dari tahun 1870-an hingga era modern.

V di buat terkesima dengan design ruangan kecil namun elegan di dalam kapal ini. Tak lupa, beberapa vas berisikan bunga tulip putih segar semerbak mewangi alami.

Netra dan penciuman V begitu di manjakan selama berada dalam ruangan.

Greg menuntun V untuk berjalan ke bagian muka boat yang terbuka. Satu meja dengan sepasang kursi emas telah menyambut sang tuan agar di duduki dengan nyaman.

V tak banyak berucap, melainkan merekam setiap kepingan memori indah ini dalam kepala.

Tak lama kemudian, empat orang pemaini musik ensambel mengisi sisi-sisi kosong kapal bersamaan alat musik mereka. Biola, celo, harpa dan gitar. Membuat V semakin terpana meski lantunan nada belum menyapa gendang telinga.

Namun ketika satu cawan kristal di angkat oleh Greg, salah seorang memimpin dengan satu petikan senar gitar dan melantunlah barisan melodi yang siap memanjakan sang tuan.

• K R A C H T •  JINV • ABOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang