41 : 40

20 6 0
                                    

Sarah merebahkan dirinya di atas kasur, ia merasakan tubuhnya seperti meremuk saat ini. Kepalanya menghadap keatas langit-langit kamar, sesuatu hal licik teringat di kepalanya. Ia segera bangkit.

Sarah tersenyum smirk saat meraih ponselnya. “Tunggu hadiah dari gue, Kanara.” monolognya.

Sarah membuka AppStore dan meng-install sebuah aplikasi disana. Setelah beberapa menit kemudian aplikasi itu terinstall pada smartphone Sarah. Perempuan itu mendaftar untuk login dengan nama dan email Kanara.

“Rasain lo, Kanara.”

Kemudian, Sarah berjalan mendekat ke arah cermin melihat penampilannya yang sudah acak-acakan masih memakai dress. Pandangan matanya turun ke lengan, ia menatap lengannya yang terluka itu dengan tatapan memelas. Mengingat kejadian yang terjadi membuat diri Sarah semakin membenci Kanara.

Sarah mengepalkan tangannya kuat-kuat. “Gue bakal bikin seluruh dunia benci sama lo, gue bakal bikin lo ngerasa sendirian, dan gue bakal bikin lo seperti sampah yang dikucilkan. Kita lihat siapa pemenangnya, Nara.” gumamnya.

•••

Kanara merasa terusik dengan terik matahari pagi yang menembus ke dalam kamarnya. Ia membuka matanya perlahan, tangannya berusaha untuk mengucek kedua matanya, namun sayang ia merasa tangannya tertahan oleh suatu hal.

Gadis itu seketika membuka kedua matanya lebar-lebar dan melihat apa yang terjadi pada dirinya. Kondisi Kanara yang cukup malang, kedua tangannya terikat kuat dengan sebuah tali. Rasa takut hadir dalam diri Kanara, ia mencoba sekuat tenaga untuk memberontak namun nyatanya ia tak bisa melakukan apapun.

“Sialan.” makinya, ia sudah cukup lelah saat mencoba melepaskan diri.

Kenop pintu kamar Kanara berbunyi, ada seseorang dibalik pintu tersebut, seseorang itu berjalan mendekat ke arah Kanara.

“Hai, Ra.” sapa Sarah, melihat kondisi Kanara yang tak berdaya adalah salah satu kepuasan.

“Lo kan yang ngelakuin ini semua hah?” tanya Kanara, peluh keringat sudah membasahi keningnya. “JAWAB JALANG!” hardiknya.

“Ssssuuutt, simpan suara lo baik-baik. Sekarang lo itu nggak berdaya sama sekali, jadi nggak usah berpikir mau macam-macam sama gue.” ucap Sarah, gadis itu menempelkan jari telunjuknya pada bibir Kanara.

Nara menantap Sarah dengan penuh benci. “Cuih.” saliva yang keluar dari mulut Kanara mendarat tepat di wajah Sarah.

Perempuan itu berhasil membuat Sarah gusar terhadapnya. Tamparan keras yang di layangkan Sarah membuat sudut bibir Kanara mengeluarkan darah.

“SIALAN!”

Sarah keluar dari kamar Kanara dengan amarah yang memenuhi dadanya, dia juga membanting pintu kamar hingga menghasilkan suara yang cukup keras.

Kanara, gadis malang itu menghela napas sedikit lega. Di tatapnya sebuah jam yang menunjukkan pukul enam pagi, pasti teman-temannya sudah berangkat ke sekolah. Pikirannya kosong, ia hanya memikirkan bagaimana caranya melepaskan tali sialan ini.

Waktu terus berputar, jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, dan Kanara masih belum menyerah untuk menyelamatkan dirinya. Sarah kembali lagi ke kamar Kanara dengan membawa sepotong roti lapis, dua air minum, dan membawa lingrie sexy.

“Lo pakai lingerie ini, lo bisa bebas.” titah Sarah.

“Sampai kapan pun gue nggak pernah mau, bangsat!” tolak Kanara mentah-mentah.

“Oh iya? Tapi mulai dari sekarang kayanya lo nggak bakal bisa nolak gue, Nara.” ucapnya angkuh penuh percaya diri.

Sarah meraih lengan Kanara dengan kasar, ia merobek perban yang masih menempel lalu menyiramnya dengan air garam. Ya, dua air itu adalah satu air garam, dan satu air mineral.

Kanara teriak hebat menjerit kesakitan, tubuhnya terus meronta-ronta. Ia merasakan sakit yang teramat sakit, pada luka sayatannya yang masih basah.

“Stop. Lo stop ngelakuin hal ini. Gue mohon.” pinta Kanara.

“Telinga gue nggak salah denger? Seorang Kanara memohon?” Sarah terkekeh geli.

“Lo cuman punya dua pilihan, Ra. Mati dengan tangan terikat kaya gitu karena kelaparan, atau pose sexy pakai lingerie itu.” ucapnya memberikan penawaran.

Kanara melotot dibuatnya. “Sialan, lo pikir gue cewe bego? Lo pasti mau ngehancurin masa depan gue kan dengan ngejual foto-foto vurgal, ya kan?!” tanyanya menuntut jawaban.

Sarah dengan segala otak liciknya, tersenyum simpul. “Terserah deh lo mau beranggapan seperti apapun itu, kalau lo masih mau hidup, mending lakuin hal yang gue suruh.” jawab Sarah.

“LO ITU BENAR-BENAR KESURUPAN YA! GUE BUKAN HEWAN YANG BISA LO PERLAKUAN KAYAK GITU! BAHKAN HEWAN PUN NGGAK PANTAS DI PERLAKUKAN KAYAK GINI. SINTING LO!” hardik Kanara, ia sudah tak tahan lagi. Kesabaran nya sudah diambang batas.

Sarah meraih ponselnya ia menunjukkan sesuatu pada Kanara, di situ tampak terpampang jelas nama Kanara yang ada di akun tersebut.

“Menurut lo apa yang bakalan terjadi, kalau semua orang tau, bahkan satu sekolah tau kalau lo adalah orang dari pemilik akun ini?” tanya Sarah.

Kanara geram, giginya bergemelatuk. “ANJING LO.” kesabarannya benar-benar sudah habis. “Pasti lo kan yang bikin akun itu?” lanjutnya.

“Lo pikirin baik-baik deh. Apa yang terjadi kalau semua orang mengira bahwa seorang Kanara ngejual virginitynya sendri? Lo pasti bakal di olok-olok karena lo cewe terbego, Ra.” kecam Sarah.

Sarah tertawa renyah, melihat muka melas Kanara yang sedang berpikir keras. Perempuan itu berjalan menjauh, dan keluar dari kamar Kanara.

“Bye bitch.” ucap Sarah, sebelum pada akhirnya ia benar-benar menghilang dari balik pintu.

“AARGHHHHH SIALAN! BRENGSEK! DASAR JALANG!” maki Kanara.

Rasa panik menghampiri dirinya, ia juga khawatir apa yang akan terjadi kedepannya. Kanara sudah benar-benar takut memikirkan hal apa yang akan menimpa dirinya.

Semua ini bermula karena Sarah hadir dirumah ini. Karena ketamakan Sarah yang selalu ingin merasa menang, karena obsesinya terhadap Moza yang membuat Sarah main gila.

Buliran bening itu jatuh, tak lama membasahi pipi Kanara. Ia menangis hebat, ia merasa takut, ia merasa sendiri, ia merasa hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri saat ini. Bahkan untuk meraih ponsel yang berada diatas nakas, Kanara tak mampu.

“ARGHHH GUE NGGAK KUAAATTTT, SAAAKIITTT.” Kanara prustasi.

Darah segar kembali keluar dari lengannya, rasa lapar dan hapus pun hadir ini benar-benar membuat Kanara gila.

Kanara tidak membutuhkan apapun saat ini, ia hanya butuh malaikat penolong. Ia hanya berharap ada seseorang yang menyelamatkan dirinya yang malan ini.

“Moza, tolong aku...

Clarissa tolong...

Dib, tolong gue...

Andika, aku mohon...

“Siapapun tolongin gue...” lirihnya.

SERENITYWhere stories live. Discover now