13 : 12

104 111 2
                                    

Beberapa menit lalu, Moza berlari menuju loker milik Kanara, membawakannya seragam baru untuk berganti. Saat ini, Moza sedang menunggu gadis itu keluar dari toilet.

Moza mengotak-atik ponselnya. "Bawain seragam sekolah gue sekarang. Ke SMA, cepetan," perintahnya pada seseorang di sebrang sana.

"Baik, Tuan," Lalu, sambungan itu terputus secara sepihak.

Moza membalikan badannya saat ia merasa ada seseorang yang keluar dari toilet.

"Udah selesai?" Moza memperhatikan tampilan Kanara dari atas kepala hingga ujung kaki.

"Udah, cuman rambut gue lepek. Masih basah, nggak ada hair dryer juga. Lama keringnya," gerutu Kanara. Gadis itu mengerucutkan bibirnya. Senyum Moza tercetak, lelaki itu meras gemas dengn sikap Kanara.

"Lepek tetap cantik kok," puji Moza, kali ini dia benar-benar tulus, tidak gombal.

"Nggak usah ngegodain gue terus bisa?" Nara mencubit pelan pinggang Moza. Membuat lelaki itu terkekeh geli. Kanara selalu cantik untuk Moza.

Seorang laki-laki yang bermata hitam pekat itu berlari terbirit-birit menghampiri Kanara. Ia menghentikan langkah kakinya, dan tangannya mengulurkan sebuah Tote bag pada Kanara.

"Apa ini?" tanya Kanara. Netranya menangkap objek bernama Tote bag.

"Buat lo. Pakai aja," ucap laki-laki yang memberikan Tote bag itu, dia adalah Andika.

Moza sedari tadi memberikan tatapan tidak suka untuk Andika. Andika merasa risih. Dia merasa ada seseorang yang terus memperhatikannya.

"Oh, ada Moza rupanya," >sapa Andika basa basi.

Moza mendecih pelan. Sambil memutar bola matanya malas. "Nggak usah di terima, Ra,"

"Apaan sih, Za. Nggak boleh. Andika kan ngasih buat gue. Kenapa lo yang nolak?" Kanara menatap Moza dengan heran.

Kanara memang kurang peka, apa dia tidak menyadari bahwa Moza sedang cemburu? Dari nada bicaranya saja sudah terlihat jelas.

"Udah nggak apa-apa, Ra, kalau lo nggak mau sini gue ambil lagi," seru Andika.

"Eh, eh nggak bisa gitu dong. Ini punya gue. Bye the way makasih Andika, gue suka," Kanara mengucapkan rasa terima kasihnya dengan tulus.

"Nanti di pakai ya," Andika memberikan senyum manisnya pada Kanara.

Moza sedang cemburu setengah mati, dari tadi batinnya menggerutu. "Lo ngapain sih, di sini terus. Pergi sana," ucap Moza berusaha mengusir Andika. Dia benar-benar tidak dapat menyembunyikan rasa cemburunya lagi.

"Bye, Ra. See you!" Andika membalik badan. Berpamitan pada Kanara. Andika tidak peduli apa yang di katakan Moza. Toh dia bersikap bodo amat pada anak itu.

Aku mohon Ra, kesempatan yang ketiga.

***
Sarah and the gang, sedang di inpeksi oleh guru kesiswaan. Rasa dongkol melekat di hati mereka, sedari tadi Pak Indra memberikan pengarahan tapi selalu masuk kuping kanan, keluar kuping kiri.

"Kalian itu sudah besar! Untuk apa kalian melakukan tindak bullying?" murka Pak Indra.

"Pak! Kanara juga nyolot. Dia mempermalukan saya depan semua orang," bentak Sarah tanpa rasa canggung sedikitpun.

Membuat beberapa guru yang berada disana berdecak kesal melihat tingkahnya yang tidak ada sopan santun sama sekali.

"Ck, ck, ck. Sarah, Sarah, kamu itu disuruh minta maaf sama orang-orang yang kamu palak. Bisa-bisanya kamu bilang mempermalukan?" ucap Pak Indra, ia sudah berkali kali menasehati Sarah. Karena Sarah termasuk salah satu anak langganan ruang Bimbingan Konseling.

SERENITYWhere stories live. Discover now