08 : 07

117 119 13
                                    

Pagi ini, suasana ruangan kelas Kanara sedang tertib. Nampak para siswa/i sangat antusias mendengarkan penjelasan Bu Ritta selaku guru mata peajaran Biologi. Selang beberapa menit kemudian, suara nyaring dari setiap pengeras suara mampu membuat suasana gaduh.

“Ra, ke kantin yu, laper," ucap Adiba sambil menghampiri Kanara yang berada empat langkah tak jauh darinya.

Kanara berpikir sebentar memutar otaknya, senyum miring tercetak di bibirnya, pertanda ia menemukan sebuah ide jahil.

“Nggak deh, Dib. Ada hal yang harus gue selesaiin dulu,” tolaknya dengan halus.

“Ra, ke kantin yu,” ajak Clarisa.

Lagi-lagi jawaban penolakan yang sama terucap.

“Sorry, Sa. Nggak bisa, kalian berdua duluan aja ya. Ada sesuatu yang harus gue lakuin dah!” Kanara menghilang begitu saja dihadapan keduanya, membuat Clarissa dan Adiba melongos pasrah.

Kanara melihat keadaan kelas Moza. Di lihat dari jendela kelasnya cukup sepi. Ia memberanikan dirinya mendekati ke arah kursi Moza. Dan mengeluarkan sebuah lem perekat dari roknya.

“Psstt, pssstt,” Kanara coba untuk memanggil seorang anak nerd yang sedang baca buku dengan berbisik. “Ke-kenapa?” tanya anak tersebut dengan gugup.

“Jangan kasih tau siapa-siapa, awas lo!” ancam Kanara yang hanya diangguki oleh anak Nerd tersebut.

Kanara menuangkan lem perekat itu dengan serapih mungkin. Karena lemnya tidak berwana dan berbau membuat Kanara yakin misi kali ini selesai dan tentunya berhasil.

Kanara mendekati dirinya ke arah murid nerd tadi sambil mengeluarkan uang sebesar lima puluh ribu rupiah.

“Buat lo,” ucapnya.

“Untuk ap-apa ya?” tanya anak nerd tersebut.

“Kerja sama kita," Anak nerd tersebut hanya mengangguk dan mengambil uang tersebut, walaupun sedikit ragu.

Rezeki nggak boleh ditolak!

Kanara bergegas segera ke kantin dan bergabung dengan Clarissa juga Adiba.

***

Dari jarak beberapa meter saja sudah terlihat, keseriusan tujuh orang inti Vals dalam menyantap makanannya. Sudut Kafetaria adalah tempat pas bagi mereka.

“Gue ke kelas dulu ya. Handphone gue ketinggalan," ucap Moza sambil melangkahkan kakinya keluar dari Kafetaria.

“Jangan lama-lama," titah Rios.

Sepi, itulah suasana ruangan kelas Moza kali ini. Mungkin itu hal lumrah di jam istirahat. Tapi, Moza merasa ini sangat sepi, berbeda dengan hari-hari sebelumnya, biasanya ada si Kutu Buku yang kerap dijuluki Nerd itu, tapi hari ini tidak. Ruangan kelas yang benar-benar lengang. Perasaan tak enak menganggu Moza.

“Kenapa perasaan gue jadi nggak enak gini?” Moza mencoba mengabaikan perasaannya. Ia duduk sebentar di bangkunya karena di rasa lelah.

Tangannya mencoba mengecek loker di bawah meja, siapa tahu handphonenya ada di sana. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Ternyata benar, keberadaan handphone Moza ada di bawah laci meja. Detik itu juga Moza segera bangun dari duduknya.

Anehnya, saat Moza bangkit, bangku yang didudukinya juga ikut bangkit. Ia sadar kalau bokongnya menempel pada bangku tersebut. Tapi bagaimana bisa?

“KANARAAAAAAAA!!!!” teriak Moza menggelegar. Bukan curiga lagi, tapi ia sangat yakin kalau pelakunya adalah Kanara.

Moza terpaksa untuk jalan membungkuk agar sampai kantin. Sepanjang jalan ia mendapat tatapan aneh dari orang orang yang melihatnya. “Apa lo liat liat hah?!” sensinya.

SERENITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang