38 : 37

17 6 0
                                    

Kanara menyantap lahap-lahap baso yang ada dihadapannya. Amarahnya masih bergejolak hebat, Nara memegang sendok makan dengan saat erat hingga sendok itu hampir bengkok. Clarissa dan Adiba hanya melongo melihat kelakuan Kanara barusan.

“Sialan lo, Za.” makinya pelan, dengan cepat Kanara menyeruput minuman yang ada didepannya.

“Kanara, are you okay?” tanya Adiba yang penasaran dengan sikap Kanara yang asing.

“Lo kenapa sih, Ra?” tanya Clarissa heran.

“Moza brengsek! brengsek! brengsek! brengsek!” jawab Kanara, ia memaki nama laki-laki itu sambil memukul-mukul meja kantin.

“Kalian tau nggak sih? Bisa-bisanya Moza lebih belain Sarah, daripada gue yang pacarnya sendiri. Sinting tuh cowok!” ujarnya.

“HAH? KOK BISA?!” tanya keduanya kompak.

Kanara memutar bola mata malas. Dia mencoba mengatur napas dan emosinya agar sedikit lebih tenang.

Baru saja menghirup napas, ia sudah melihat sosok laki-laki yang sedari tadi— tadi malam membuatnya sangat marah.

“Ra, dengerin aku dulu.” ucap Moza tiba-tiba, cowok itu langsung duduk di kursi kosong yang berada di sebelah Kanara.

“Dengerin apa lagi sih?” rasanya Kanara sudah semakin muak saat ini.

“Kamu itu udah kelewat batas, kamu itu harus minta maaf sama Sarah.” jelas Moza.

Clarissa dan Adiba saling pandang mendengar perkataan Moza barusan.

“What?” tanya Adiba dengan polosnya.

“Maksudnya?” heran Clarissa.

Kanara tidak mendengarkan pertanyaan kedua temannya itu. Ia sedang sibuk menatap laki-laki dihadapannya— menatap nanar kedua mata dari laki-laki yang didepannya. Seolah tak percaya apa yang barusan saja dikatakan oleh Moza, berhasil membuat Kanara geleng-geleng kepala.

“Jadi, lo kesini cuman buat Sarah?” Kanara tak habis pikir apa yang terjadi sebenarnya dengan Moza.

“Kamu kesini cuman minta permaafan aku untuk Sarah?” kedua matanya mulai berkaca-kaca, air mata disana sudah hampir tak tahan lagi.

“Kesini untuk ngemis kata maaf dari aku untuk Sarah? Brengsek lo.” hujatnya.

Moza tak mengerti apa yang dipikirkan oleh Kanara, ia berpikir bahwa ini semua adalah kesalahpahaman.

“Nggak, Ra! Nggak! Bukan kaya gitu. Kamu salah paham, Nara.” jawabnya. Moza terus berupaya membela diri.

“Salah paham? Kamu bilang salah paham, Za? Oh, berarti yang semalam itu, yang semalam kamu peluk-pelukan sama Sarah itu juga salah paham?” kini Kanara hanya dikuasai oleh amarahnya. Suaranya yang agak meninggi berhasil mendapatkan perhatian dari siswa-siswi yang berada dikantin.

“Lo sama Sarah? SERIUS???” Clarissa membelalakkan matanya tak percaya.

Adiba hanya geleng-geleng kepala dibuatnya.

Orang-orang yang berada disana bergunjing tentang diri Moza, mereka menyebut Moza brengsek, dan menatap prihatin serta kasihan pada Kanara.

“Nara, please. Dengarkan penjelasan aku dulu. Dari semalam aku udah berusaha buat ngejelasin ini semua, tapi kamu selalu pergi.” jawabnya.

Lalu, Moza menarik Kanara dalam dekapannya, ia mengelus kepala Kanara dengan lembut. “Maaf, Ra. Aku minta maaf. Ini nggak seperti apa yang kamu kira.” bisiknya.

Kanara menatap Moza beberapa saat, lalu gadis itu melepaskan diri dari dekapan Moza. “Kamu brengsek, Za.” ungkapnya.

Adiba langsung menarik tangan Kanara. “Kita pergi aja dari sini.” untuk mengindari gosip dan omongan yang lainnya.

Tak lupa Clarissa yang selalu melindungi dari belakangnya.

•••

Kanara sudah siap dengan dress cantik yang membalut badannya. Sedari tadi gadis cantik itu masih maju-mundur memikirkan dirinya ikut dalam party sweet seventeen Sarah.

Nara berada di balkon kamar, ia melihat dari atas suasana yang sudah mulai ramai di bawah. Satu-persatu tamu terus menerus berdatangan.

Hingga saat ia melihat Moza datang, dan Sarah memeluknya membuat Kanara merasa sakit, ia terlalu merasa payah untuk melihatnya. Padahal, Kanara tidak pernah merasa selemah ini.

“Lo nggak boleh gini, Ra. Lo nggak boleh lemah! Ayo tunjukkan karisma lo malam ini!” monolog Kanara.

Ia memberanikan dirinya untuk turun ke bawah, dan bergabung dalam party outdoor.

“Happy sweet seventeen, Sar.”

“Selamat ulang tahun ya, Sar.

“Happy birthday, Sarah.”

Beberapa orang yang baru saja datang mengucapkan selamat, serta memberikan kado khusus untuk Sarah.

“Oh my god, thanks!”

“Makasih yaa, udah datang.”

“Terima kasih.” ucap Sarah satu persatu kepada setiap orang yang baru saja datang.

Semua orang disana dibuat kagum saat melihat Kanara yang baru saja keluar dari pintu, berjalan memasuki area party. Ia terlihat sangat elegan dengan balutan dress yang dipakainya.

Seketika beberapa dari mereka berbisik-bisik mengangumi kecantikan Kanara. Malam ini Kanara benar-benar berbeda!

Gadis itu berjalan mendekati salah satu stand dimana ada dua sahabatnya.

“Gila! Cantik banget, Ra!” puji Clarissa.

“This so beautiful!” Adiba terkagum.

Kanara terkekeh pelan, pipinya merona saat di puji. “Makasih banget! Bisa aja deh kalian.”

Moza mendekat ke arah Kanara, sambil memberi segelas minuman. “Buat kamu.” ucapnya sambil menyodorkan minuman tersebut.

“Lo ngapain? Masih mau nyakitin Kanara?” kali ini Clarissa yang maju paling depan.

“Berhenti ganggu Kanara, Za. Kasihan dia.” timpal Adiba.

Kanara hanya diam saja. Bahkan ia sama sekali tak menatap Moza.

“Hai sayang! Kamu ngapain disini?” ucap Sarah tiba-tiba, gadis itu bergelantungan di tangan Moza.

Kanara menahan amarahnya saat melihat sikap Sarah yang sangat anoyying tersebut.

“Sayang? cih.” Decih Kanara, sebelum akhirnya ia meninggalkan mereka semua.

SERENITYWhere stories live. Discover now