09 : 08

110 114 5
                                    

Sarah berjalan kesal setelah meninggalkan ruang bimbingan konseling. Tentu saja itu karena ulahnya tadi yang membuat Kanara terjatuh hingga hidungnya mengeluarkan darah. Walaupun sudah diberi petuah oleh beberapa guru, Sarah tetap acuh. Menganggap omongan para orangtua itu hanya angin lalu saja.

Gadis dengan rambut sebahu itu merasa risih karena tatapan tidak mengenakan dari orang-orang di sekitarnya. Ia tahu betul jika berita tentang dia yang mendorong Kanara pasti telah beredar.

"Kenapa sih semua orang simpati banget sama Kanara?! Guru-guru marahin gue, murid lain juga ngeliatin gue gitu banget. Gue kan cuman dorong Kanara, cih." ucap Sarah sambil mendecih tanpa tahu rasa malu.

Apa Sarah bilang? 'Cuman'? Sepertinya ia ingin mulutnya ditampar saat itu juga. Tidak habis pikir!

Merasa lengannya seperti ada yang menarik, Sarah menoleh. "Diba?" tanya Sarah sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Ikut gue ke taman, sekarang." titahnya.

Tidak seperti biasanya, kini tatapan Diba terkesan dingin seperti itu. Munafik jika Sarah mengatakan dia tidak terkejut.

Kakinya hanya mengikuti langkah kaki Adiba, sesampainya di taman yang jauh dari kelas dan peradaban tersebut Sarah mulai membuka suara.

"Lo mau ngomong apa? to the point deh. Cepet-" Sebuah tamparan keras berhasil mendarat di pipi Sarah, hingga menyisakan kemerahan di sana.

"Awwhh," Ia memegangi pipi kirinya yang terasa perih. Sangat tidak di sangka olehnya seorang Adiba bisa melakukannya seperti ini.

"Itu tamparan karena lo udah bikin sahabat gue celaka," ketusnya. Baru saja Sarah menoleh ke arah Adiba, telapak tangan kekasih Andra itu sudah mendarat lagi di pipinya.

"Ahkk-" kali ini giliran pipi kanannya yang kena tampar.

"Kali ini tamparan karena lo udah nyamar berpura-pura jadi gue, untuk nyerang Andra,"

"Jangan fitnah gue sembarangan, Anjing! Lo kira gue nggak bisa balas tamparan lo?!" Sarah mulai naik pitam, ia melayangkan tamparannya.

Tepat sebelum itu dengan cekatan Adiba menangkisnya terlebih dahulu. Adiba memelintir tangan halus Sarah. Ia kembali merasakan sakit.

"Lo bukan Diba kan? Pasti bukan! Diba itu cupu!" ucapnya dengan sembarang.

Adiba semakin geram mendengar kata 'cupu,' ia semakin memilintir tangan Sarah, membuat rasa sakit itu berkali-kali lipat. Adiba yang kita kenal kalem, lemah lembut, dan pendiam itu ternyata mempunyai sisi jahatnya juga.

Ketika orang-orang tersayangnya disakiti, ia tidak akan bisa tinggal diam. Apa kalian bingung kenapa Adiba diam saja saat bertengkar dengan Kanara? Itu karena Adiba benar-benar menyayangi Kanara. Ia tidak ingin melukainya sedikitpun baik melukai fisik, atau hati Kanara. Bahkan, untuk melukai hati Kanara dengan kalimatnya pun Adiba merasa ragu. Biar dirinya saja yang sakit. Tapi, jangan Kanara dan Andra. Orang paling berharga di hidup Adiba. Orang-orang yang telah bertahun-tahun bersama dirinya. Mereka yang tahu Adiba.

"Tangan kiri gue nganggur nih, Sar. Lo mau dapat salam juga nggak?" tawar Adiba sambil tersenyum jahat.

Lagi-lagi tamparan yang berasal dari telapak tangan si cantik Diba itu berhasil lolos. "Itu karena lo udah nyebarin video gue lagi berdua di cafe sama Andra,"

"Video? Video apa?!" Sarah melotot, ia mulai merasa takut.

"Dengan tujuan apa lo ngintilin gue sama Andra kemana mana? Terlebih lagi lo nyerang Andra tanpa motif yang jelas," tatapan mengintimidasi Adiba berhasil membuat Sarah gelagapan.

SERENITYWhere stories live. Discover now