33 : 32

47 30 15
                                    

Andika berlari sekuat tenaga sambil membopong Kanara yang sudah pingsan. Energinya terkuras habis untuk membawa seorang gadis sambil berlari.

Saat di depan pintu Unit Kesehatan Sekolah, Andika terdiam sejenak memikirkan gimana caranya membuka pintu UKS itu. Tanpa pikir panjang, Andika menendang pintu UKS dan menerobos.

Dengan napas yang masih tersengal-sengal ia menidurkan Kanara di salah satu brankar. Seorang dokter jaga yang ada di situ terkesiap, sedikit bingung. Lalu dokter tersebut langsung menghampiri ke arah Andika dengan tergesa.

“Dia kenapa?” tanya Dokter jaga itu. Sebut saja dokter Aily.

“Saya kurang tau dok, yang pasti saat saya nolongin dia. Dia udah pingsan, kayaknya jadi korban perundungan.” jelas Andika, raut wajahnya sungguh panik.

“Perundungan?” ucap dokter Aily.

Andika hanya menganggukan kepalanya

Lalu, sang dokter langsung menangani Kanara dengan profesional.

Kanara meringis kesakitan, ia memegangi kepalanya yang masih sangat terasa pusing. Dengan perlahan ia membuka matanya.

“Ra ...” panggil Andika saat menyadari Kanara sadar.

“Awww, sakit.” ucap Kanara dengan tangan yang masih memegangi kepalanya.

“Kamu bisa duduk? Kalau bisa minum teh hangat dulu ya.” ucap dokter Aily.

“Saya masih kuat dok, saya nggak apa-apa.” jawab Kanara.

Lalu, gadis itu langsung mengubah posisinya menjadi duduk di atas bankar.

“Nggak apa-apa gimana? Kepala lo bercucuran darah begitu.” kali ini nada bicara Andika sedikit tinggi.

Tentunya dia khawatir dengan Kanara. Ternyata dia masih menjadi Kanara yang ia kenal, Kanara yang tangguh, yang tidak lemah, yang kuat, dan sabar.

‘Bahkan di saat lo mendapatkan ini semua, lo masih kuat, Ra. Ini aneh, tapi lo cuman pingsan 5 menit.’ batin Andika.

Kanara tidak membalas perkataan Andika. Rasanya ia terlihat bodoh jika bilang tidak apa-apa, padahal dirinya sendiri sudah rapuh, bahkan hampir menyerah.

Kanara menyeruput teh hangat yang barusan di suguhkan oleh dokter Aily.

“Saya bersihkan bekas darahnya dulu ya.” izinnya.

Dokter Aily membersihkan jejak-jejak darah yang ada di kepala dan juga kening Kanara.

Kapas-kapas yang semula putih, kini bercak merah. Dokter Aily benar-benar membersihkan seluruh kepalanya.

Setelah semuanya bersih, dokter Aily memberikan obat merah dan di tutup oleh kapas, agar tidak terlepas di lapisi beberapa plester di atasnya.

“Kamu masih kuat berjalan?” tanya dokter Aily.

Kanara hanya mengangguk.

“Ganti seragamnya dulu ya, kamu pasti merasa dingin.” titah dokter.

Setelah Kanara berganti seragam, di bersihkan darah-darah yang mengalir dari kepala, juga di obati, ia merasa lebih baik dari sebelumnya.

“Sekarang masih jam istirahat, kalau kamu mau istirahat disini, silahkan saja. Kalau masih terasa pusing izin jam pelajaran selanjutnya aja.” ucap dokter Aily.

“Andika, kamu jaga Kanara dulu ya. Saya ada keperluan lain.” titah dokter Aily.

Andika hanya menganggukan kepalanya dengan senang hati.

Lalu, dokter Aily membawa berkas catatan Kanara barusan, dan pergi meninggalkan ruang UKS.

“Makasih, udah bawa gue ke UKS.” ucap Kanara.

SERENITYWhere stories live. Discover now