40 : 39

28 6 0
                                    

Sarah menyeret Kanara penuh paksa hingga Nara terus meringis kesakitan. Gadis licik itu membawa Kanara ke gudang rumahnya.

“Lepasin gue! Gila lo, Sar.” titah Kanara.

Sarah melepaskan pergelangan tangan Kanara, dan menghempaskan nya dengan kasar.

“Gue gila? Lo yang gila, Ra!” ucapnya prustasi.

Sarah mengeluarkan benda tajam di balik dressnya, ternyata ia sudah menyiapkannya selama ini. Benda tajam yang biasanya digunakan untuk memotong kertas itu adalah pisau cutter.

Kanara membelalakkan matanya, saat melihat pisau itu.  “Lo mau nyakitin gue? Sakit lo, Sar.” makinya.

Sarah tersenyum smirk. “Gue nggak bakal nyakitin lo, kalau lo nggak berbuat gila sama Moza.”

Kanara panik, ekspresinya sudah tidak bisa terkontrol lagi. “Berbuat gila apa sih, Sar? Lo yang gila! Lo tuh sakit jiwa tau nggak?!”

Sarah memegang pisau cutter itu kuat-kuat, ia sudah menarget bagian mana dari diri Kanara yang akan di sayat oleh dirinya.

“BACOT JALANG!”

Sarah meraih tangan Kanara, dengan cepat ia menyayatnya. Begitu lapisan kulit teratas Nara sudah robek, darah segar di sana bercucuran. Kanara meringis kesakitan, hendak melawan tapi tenang Sarah sangat kuat saat ini, seperti seseorang yang sedang kesetanan.

Perempuan itu kembali menyayat lengan saudari tirinya, Kanara mulai merasakan sakit ia terus merintih tapi Sarah sama sekali tidak menggubrisnya. Lagi, gadis gila itu kembali menyayat nya kembali, sudah ada tiga buah sayatan luka di lengan Kanara.

Kanara berpikir kalau dia tidak memberontak sama sekali, ia bisa saja mati di tangan Sarah yang seperti sedang kerasukan. Dengan sekuat tenaga, Nara mencoba merebut pisau itu dari genggaman Sarah.

Gadis malang itu berhasil merebutnya, namun Sarah tak mau kalah. Ia ingin mengambil pisaunya kembali, mereka berebut pisau cutter, hingga tak sengaja lengah Sarah robek tersayat oleh dirinya sendiri.

“AH SHIT!” Sarah meringis kesakitan, lengan kirinya memegangi lengan kanannya yang mulai bercucuran darah.

“GUE JUGA SAKIT ANJING!” maki Kanara, sambil memegangi sebelah lengannya yang sudah parah.

Kanara melotot, ia baru saja menyadari bahwa dress putih yang membalut dirinya terkena darah. Tampak bercak darah disana.

“Kanara!” teriak Moza, ia sambil berlari mengejar Kanara.

Betapa kagetnya saat dirinya sendiri melihat kekacauan yang baru saja terjadi, terlebih lagi tangan Kanara yang berlumuran darah.

Moza langsung memeluk Kanara. “It's okay. Nggak apa-apa kok, ada aku disini.” ucapnya berusaha menenangkan.

Sarah yang melihat pemandangan di hadapannya berdecak geli. “Brengsek.” makinya lalu ia pergi begitu saja.

“Kamu aku obatin dulu ya, Ra.” pinta Moza.

Kanara hanya mengangguk paham.

Mereka berduaan pergi meninggalkan gudang menuju kamar Kanara. Suasana di sini jauh lebih baik daripada tadi. Nara terdiam sambil menatap lengannya yang penuh sayatan, jujur saja ia sangat syok tadi.

“Sini aku obatin ya.” ucap Moza. Lelaki itu duduk bersimpuh di hadapan Kanara, setelah mencari-cari kotak P3K di seisi kamar gadisnya.

Moza mulai membersihkan darah yang mulai mengering dengan telaten dan hati-hati. Ia menggunakan alkohol dan kapas steril.

Setelah mengoleskan obat merah, Moza membalut lengan Kanara dengan perban. Lalu, cowok itu menatap sejenak gadis yang berada dihadapannya, sedetik kemudian ia mengecup kening Kanara.

“Maaf ya.” mohonnya.

Kanara hanya mengangguk dan tersenyum tipis. “Nanti bilangin ya ke anak-anak kalau ada yang nanyain aku, bilang aja kalau aku mau istirahat.” pesannya.

Moza mengangguk paham, ia meraih tubuh Kanara dan memeluknya erat. “Aku sayang sama kamu, Ra.” ucapnya sambil mengelus-elus kepala Kanara.

Tak membalas perkataan Moza, Kanara hanya membalas pelukannya. Ia menepuk-nepuk punggung lelaki itu.

•••

Sarah sedang berada di dalam kamar, ia menatap diri sendiri di depan cermin. Lalu pandangan mata Sarah menatap sayatan yang berada di lengannya.

“ARGHHHH DASAR SIALAN!” makinya.

Perempuan itu segera mengobati lukanya, menempalkan kapas dengan plester disana untuk menutupi bekas luka sayatan yang mengganggu.

Sarah berjalan keluar dari rumahnya, ia ingin kembali ke pesta. Sungguh sial dirinya, di hari ulang tahun yang ke tujuh belas tahun ini lengannya justru di hadiahi sebuah sayatan.

Angel melihat Sarah yang menghentakkan kakinya saat berjalan, dengan raut wajah yang sedikit bingung.

“Lo kenapa sih, Sar?” tanya Angel bingung.

Sarah mengambil napas panjang lalu menghembuskan dengan cepat.

“Oh my ghost! Tangan lo kenapa gini, girl?” tanya Jessica sedikit heboh, ia melihat lengan Sarah yang tertutup kapas.

Wanita memutar bola matanya malas. “Ini semua tuh gara-gara Kanara tau nggak?!”

“What? Kanara?” respon Jessica.

“Emang ada apa sih?” tanya Angel penasaran.

“Gue habis berantem sama dia, terus gue ke sayat.” jawabannya singkat.

Sarah sama sekali enggan memberitahu yang sebenarnya, apa yang terjadi diantara dirinya, Moza, Kanara, dan juga dengan perjanjian rahasia.

“Lo nggak bisa diem aja, Sar. Lo harus bikin perhitungan sama Kanara.” kompor Jessica.

Sarah tersenyum simpul. “Gue tau, dan gue juga tau gue bakal ngelakuin apa.”

“Lo mau ngapain? Nggak macam-macam kan?” tanya Angel sedikit was-was. Ia tahu betul kalau Sarah sudah balas dendam ia tak akan segan untuk bermain gila.

“Ada deh. Besok pagi di sekolah bakal heboh. Kanara juga bakal terkejut dengan surprise yang gue kasih, gue bakal bikin Kanara berlutut memohon ampun ke gue sampai nangis darah.” ucap Sarah dengan bengis.

“Sadis.” jawab Angel.

“Gue jadi penasaran.” ucap Jessica.

Seorang waiters datang mendekati ketiganya. “Non, sekarang sudah waktunya acara untuk tiup lilin.” ucapnya mengingati.

“Oke, bawain kue gue ya.” jawab Sarah.

Sebuah food trolley dengan kue mewah di atasnya dengan sebuah lilin berangka tujuh belas itu di antarkan ke hadapan Sarah. Mereka yang sedari berpencar kini berkumpul membentuk sebuah lingkaran.

“Halo semua, gue Sarah. Gue harap di ulang tahun gue yang ke tujuh belas ini, semuanya baik-baik aja.”

Sarah kembali pada suasana party yang seharusnya, ia bersenang-senang dengan teman-teman yang datang ke partynya. Berbincang ria, berdansa, dan melakukan hal seru lainnya sampai jam menunjukkan pukul 12 malam, di mana acara birthday party ini selesai.

SERENITYWhere stories live. Discover now