04 : 03

144 140 11
                                    

Matahari terlihat sudah menampakan diri, sinarnya yang terang dan hangat menerpa wajah seorang gadis yang sedang melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah. Beberapa helai rambut berjatuhan diwajahnya, angin meniup lembut. Ah, mari kita larat, gadis yang selalu terlihat cantik!

Kanara memeriksa chat yang masuk.

6 unread massage

Adiba Khanza

: Ra, maaf

: Itu serius bukan gue!

: Gak ada motif apapun untuk gue nyerang Andra kan?

: Gue pasti jauhin Moza.

: Lo salah paham, itu bukan gue!

: Kanara, yang lo liat itu salah..

Membaca pesan tersebut membuat pagi hari Kanara badmood. Sungguh, apakah Adiba tidak tahu cuaca pagi ini sedang bersahabat? Cih, mendengar namanya saja sudah membuat Kanara kesal. Untuk kemarin dan hari ini, Adiba masih menjadi sumber kekesalannya.

Kanara mengenakan seragam sekolah dengan perpaduan kemeja berwarna putih, rok abu-abu tartan diatas lutut, serta blazer abu-abu yang berlogo sekolah SMA SEREIN. Sekolah elite yang terkenal berisi dengan siswa-siswi yang mempunyai orang tua berpengaruh.

“Kanara tunggu, gue bisa jelasin semuanya!” ucap Adiba yang entah darimana datangnya. Sial! Suaranya sangat mengganggu pendengaran Kanara.

Kanara tidak menggubris sama sekali, ia terus berjalan melalui koridor dengan perasaan sakit hati yang mulai muncul kembali.

“Ra, maafin gue, itu beneran bukan gue,” ucapan yang terlihat sungguh-sungguh itu justru berhasil membuat Kanara mendecih geli.

Flashback kemarin malam.

“Pelaku yang nyerang kak Andra itu lo, Adiba Khanza.”

Adiba diam seribu bahasa melihat ekspresi dingin Kanara. Melihat ekspresi Adiba yang so polos membuat Kanara geram. Entah, disaat seperti ini, Adiba menghembuskan napas saja membuat Kanara kesal. Wajar bukan?

“Apa masih kurang lo nyakitin Kak Andra hah?” kali ini nada bicara Kanara sudah tidak bisa di kendalikan. Bayangan wajah babak belur dan tubuh lemah kakaknya terbaring di brankar Rumah Sakit membuat Kanara lagi-lagi menahan tangisnya. Sungguh! Dada Kanara terasa sakit saat ini.

“Gue udah minta maaf soal itu, dan gue bakal jauhin Moza, Ra,"

“Kurang puas selingkuh dari Kak Andra, sekarang lo nyuruh orang buat nyerang Kak Andra, Dib?!” Rasa amarahnya sudah tidak dapat ditahan.

“Gue gak tau apapun, Raa!” dengan perasaan yang risau serta takut, tanpa sadar Adiba berbicara dengan nada tinggi.

“Apa lo masih berani bilang gak tau apapun setelah liat rekaman Cctv ini?”

Bola mata Adiba tertuju pada flashdisk yang ditunjukkan Kanara. Pupil matanya membesar setelah melihat rekaman tersebut. Adiba masih tak percaya.

“Jepit pita, jaket pink, gaya rambut half-bun. Itu semua ciri-ciri lo, dan mereka orang-orang lo kan?!” Kanara sangat marah tak percaya rasanya sahabat yang selama ini dia percaya ternyata seperti itu.

“Kenapa diam aja? Semuanya benar kan?”

“Nggak, Ra! enggak! yang lo liat itu salah. Salah!” Adiba bersikeras membela diri. Bulir bening lolos dari matanya, Adiba sangat merasa cemas saat ini.

SERENITYWhere stories live. Discover now