31 : 30

60 39 14
                                    

Kanara mendesah lesu saat memasuki kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya yang terasa remuk. Setelah lelah bersekolah seharian, ia juga harus membersihkan rumah yang ukurannya cukup besar. Hari-hari Kanara semakin berat. Selepas kepergian Andra, dan fakta yang menyebar kalau Kanara bukan anak sah, dunia seolah runtuh. Bahkan Bima, ketua Devils Clars saat ini yang masih saudaranya sendiri pun ia menghilang. Semua anak-anak Devils Clars menghilangkan tanpa jejak sedikitpun. Bagai misteri.

Semakin hari Kanara juga semakin lemah. Ia tidak punya tempat untuk bersandar, dengan sekuat tenaga Kanara terus membela diri setiap ada yang macam-macam dengannya. Apa seterusnya Kanara akan tegar seperti itu? Mendapati bully dan makian terus-menerus. Atau, Kanara akan semakin rapuh?

Mata Kanara terpejam saatnya ia memimpikan dunia yang indah. Walaupun hanya sementara.

“Bangun lo!” Sarah menyiram air dingin ke wajah Kanara.

Kanara terpelonjat kaget. “Kenapa sih, Sar?”

“Kerjain tugas gue sekarang!” perintah Sarah.

“Nggak mau, kita kan beda jurusan!” tolak Kanara mentah-mentah.

“KERJAIN ATAU LO NGGAK MAKAN 3 HARI?!” Ancam Sarah, ia mencengkram erat bahu Kanara hingga terasa ngilu.

Kanara menepis kasar tangan Sarah. “GUE NGGAK PEDULI, GUE MASIH PUNYA ATM.” ujar Kanara.

“Oh iya? Lo belum tau kalau ATM lo udah di bekuin Mama?”

“DI BEKUIN?!!”

“Kalau lo masih mau hidup, nurut sama gue. Nggak usah banyak tingkah!” hardik Sarah.

Gadis itu melenggang pergi, dan menghempaskan pintu kamar Kanara sehingga menimbulkan bunyi bising.

Kanara mengerjapkan matanya berkali-kali, gadis itu masih merasakan kaget. Lalu segera beranjak dari kasurnya ke arah meja belajar, di atas meja tersebut sudah ada buku soal Sarah berisikan soal-soal mata pelajaran sosiologi yang belum di kerjakan.

Kanara mendudukkan dirinya di bangku, mengambil beberapa alat tulis, lalu meregangkan otot-otot tubuhnya, dan juga jari - jari di tangannya.

Matanya mulai membaca dan menelisik soal-soal itu. Tangannya dengan lihai dan lancar menyilang jawaban-jawaban yang benar, sampai akhirnya pada nomor terakhir— nomor yang Kanara pikiri terakhir, nomor 20.

“Udah, kelar.” gumamnya.

Tangan gadis itu menyibak buku yang ada di depannya, matanya sedikit kaget saat melihat lembaran berikutnya ada nomor 30 hingga 40. Kanara mulai menyibak lembaran berikutnya lagi, terdapat nomor terakhir di sana, dengan angka 50.

“Gila! Ini 50 soal?!” gerutu Kanara.

Sedetik kemudian Kanara tersenyum jahil.

“Ogah banget gue ngerjain semuanya dengan jawaban yang benar. Nanti dia keenakan.” cerca Kanara.

Lalu, Kanara kembali mengambil alat tulis yang bernama pulpen. Dan, melanjutkan kembali kegiatan silang menyilangnya, kali ini di lakukan secara asal.

“Rasain lo, Sar. Nggak usah berani macam-macam sama gue, kita lihat aja besok pasti nilai lo anjlok.” monolog Kanara sambil mendecih geli.

Kanara kembali ke ranjang, tidur di atas kasurnya, menarik selimut yang lembut, tak lupa juga dengan guling yang ada di samping, sekian kemudian gadis itu memejamkan mata dan terlelap dalam tidurnya.

°•°

Siren berjalan cepat menuju kelas Kanara, sambil sesekali melihat waktu di jam tangannya. Dari informasi yang Siren ketahui, biasanya Kanara selalu datang saat pagi-pagi sekali, jam 6 pagi sudah ada di sekolah. Baguslah hal itu akan mempermudah Siren untuk melakukan misi balas dendamnya.

Siren tersenyum tipis saat melihat Kanara yang masih sendirian di dalam kelas. Matanya dapat melihat jelas kepala Kanara yang tertunduk sedang membaca sebuah novel.

Ia melangkahkan kaki jenjangnya, dengan tangan yang sudah terkepal erat dan juga emosi yang sudah memenuhi dadanya.

“KURANG AJAR!” Seru Siren sambil memukul meja Kanara.

Kanara terpelonjat kaget lalu melihat ke arah pelaku.

“Ngapain lo di sini?” tanya Kanara sambil mengerutkan keningnya.

Siren langsung menarik kasar kerah Kanara, menyeret gadis itu ke sudut kelas agar tidak ada yang melihat aksi apa yang akan di lakukan Siren.

“Itu lo kan? orang yang naruh tikus di tas gue.” tebak Siren. Ia belum melepaskan cengkramannya pada kerah seragam Kanara.

“Iya itu gue, sekarang kita impas.” jawab Kanara dengan enteng. Lalu gadis itu melepas cengkraman tangan Siren dan menghempaskan tanganya ke sembarang arah.

“DASAR KURANG AJAR LO!”

Tamparan kasar berhasil pipi Kanara dapatkan, tamparan keras itu mampu membuat Kanara menoleh ke arah samping.

“NGGAK USAH BERANI MACAM-MACAM SAMA GUE!” lanjut Siren, ia benar-benar melampiaskan amarahnya sekarang.

Lagi, Kanara mendapatkan sebuah tamparan dari Siren. Tamparan keras itu kembali berhasil membuat Kanara meringis kesakitan, bahkan menyebabkan sudut bibir Kanara berdarah.

Kanara memegangi pipinya yang terasa panas, lalu mengusap kasar darah segar yang keluar dari bibir mungilnya. Kanara menatap tajam Siren, lalu tersenyum geli ke arahnya.

Tak terima mendapatkan tatapan seperti itu dari Kanara barusan, membuat Siren mencengkeram erat— hampir menyekik leher Kanara.

Kanara mendecih.

“Lo nggak lupa kan status sosial lo saat ini? Lo bukan Siren yang dulu, yang buat onar terus langsung di lepaskan begitu aja. Lo bukan Siren yang dulu lagi, lo udah nggak di kelilingi harta dan kemewahan lagi, dan sekarang lo belum sadar akan hal itu? Cih—”

“Apa lo lupa? Semenjak bokap lo menyandang gelar koruptor, guru-guru nggak bakal segan buat ngasih lo surat peringatan setiap lo bikin rusuh di sekolah ini. Lo udah kehilangan bokap yang senantiasa nyogok guru-guru agar tutup mulut atas pembullyan yang lo lakuin.” lanjut Kanara.

Ia merasakan cengkraman tangan Siren yang melonggar, rasanya Kanara kembali berhasil mengintimidasi perempuan yang ada di depannya. Siren memang sangat mudah sekali di intimidasi, dan yang tau kelemahan Siren hanya Kanara seorang, karena itu Siren tak akan berani bertindak lebih jauh lagi untuk merundung Kanara. Karena, Siren tau kalau Kanara adalah siswa yang tangguh.

Memikirkan perkataan Kanara berhasil membuat Siren naik pitam, kini ia mencengkram leher Kanara lebih kuat sebelumnya. Perlawanan Siren ini ia lakukan agar Kanara tak menyadari kalau dirinya sudah terintimidasi.

“Lo nggak lupa gue siapa kan, Ra? GUE INI SIREN! SIREN! QUEEN OF BULLYING SMA SEREIN, DAN LO BERANI-BERANINYA NANTANG GUE?” Siren melantangkan suaranya.

Kanara memperhatikan ekspresi Siren yang sebenarnya ia sudah sangat— cukup tertekan.

“Lo lupa kalau ada korban bully lo yang meninggal karena bunuh diri, dan penyebabnya dia tertekan sama lo. Lo lupa, Ren?” tanya Kanara, matanya menatap lekat mata Siren.

Dada Siren sesak, ia melepaskan cengkraman tangannya dari leher Kanara. Terdapat jejak-jejak kuku di leher Kanara. Terlihat jelas. Kepala Siren pusing, kakinya lemas seketika.

Ia terus menggelengkan kepalanya dan menyebut bahwa dirinya tidak pernah membunuh orang lain. Siren terlihat sangat prustasi sekarang.

Kanara berjalan mendekat ke arah Siren, gadis itu berbisik di telinganya.

“Apa lo mau kalau semua orang tau kalu bokap lo koruptor?” tanyanya.

Siren langsung mendorong tubuh Kanara kebelakang, hingga Kanara mundur beberapa meter dari jarak sebelumnya.

“SIALAN LO!” maki Siren untuk terakhir kalinya, sebelum ia pergi dari kelas Kanara dengan kekesalan yang begitu memuncak.

SERENITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang