Ada rasa bersalah yang begitu besar menyelimuti. Namun disisi lain, ia membenarkan langkah Hoseok.
"Kenapa V belum juga bangun?!"
Sam tak menjawab untuk beberapa saat. Ia menyuntikkan cairan khusus pada infus sebanyak dua kali dan menatap sang kepala mafia-
"Aku sudah memberinya booster lebih, Jin. Sekali lagi, kondisi pasien selalu tak menentu. Jangan khawatir, aku selalu mengontrol perkembangannya melalui laboratoriumku" terang Sam penuh yakin. Padahal satu tangannya berkeringat dan mengepal erat dalam saku jaslab.
Jin melipat dua lengannya di depan dada. Ada keraguan melintas. Tapi, ia sendiri tak tahu pasti.
"Baik. Jika hal buruk terjadi pada V, aku sendiri yang memenggal kepalamu"
Kaki Sam bergetar. Kemudian ia pamit undur diri bersama asistennya dan mengabarkan perihal ini pada Hoseok.
,
,
Waktu berlalu dengan cepat. Tanpa Jin sadari, sekembalinya dari kantor ia telah mendapati V sedang duduk di atas ranjang dengan meja makan. Sam-lah yang mengirimkan laporan kesehatan V selama dalam perjalanan pulang. Sebuah hal yang ia nantikan sedari kemarin.
Jin merasa senang V telah meraih sadarnya.
Banyak makanan tersaji pada meja, namun kesemuanya masih dalam kondisi utuh.
Sebab V seperti sedang melamun. Tatapnya yang kosong. Parasnya masih sama pucat. Rasa bahagia yang baru saja naik ke permukaan harus kembali surut.
"Lieve! I'm home. How are you doing?"
Jin mendekat untuk mengecup puncak kepala V.
Tak ada respon berarti. Sapanya pun tak terbalaskan.
"Hi, pretty! Aku bisa menyuapimu, sayang" imbuh Jin bersemangat seraya meraih satu mangkuk berisikan bubur. Jin mengeruk sesendok penuh lalu meniupnya sebentar sebelum di arahkan pada ujung bibir kekasihnya.
"Brum brum! Open up!" seru Jin sambil menggoyangkan sendok.
V tak berkutik. Berkedip pun tidak.
"Lieve, baby! Coba cicipi bubur ini. Ini sangat enak, sayang"
Geming.
Jin meletakkan sendok beserta mangkuknya ke atas trolley. Ia sisir surai V dengan sela-sela jari lalu menata anak rambut yang sudah menutupi kelopak mata agar menyingkir. Ia usap pipinya dengan ibu jari.
"Lieve~" bisik Jin tepat di depan wajah V.
"Wanna hug?"
Tanpa ia duga, V mengangkat dua tangannya ke udara. Segera bagi Jin untuk mendekap omeganya erat. Mengusap bagian belakang kepalanya dan membawa ia menuju bibir balkon. V tak ubahnya seperti boneka beruang besar.
Entah mengapa ia turut merasakan apa yang di rasakan sang omega.
Resah.
Lelah.
Juga sakit.
Semua bercampur menjadi satu.
"Kau bisa membaginya denganku kapanpun kau siap, V. Aku akan menunggu. Tapi ku mohon, jangan siksa dirimu." ucap Jin sambil menepuk bahu V.
"Aku sakit melihatmu seperti ini"
V menyandarkan kepala pada bahu Jin. Meski tautan tangannya tak begitu erat, namun ia mampu merasakan hangat dekap sang alpha.
V merasa jauh lebih tenang.
Tanpa disadari, genangan air mata di pelupuk membasahi tuxedo Jin. Awalnya, hanya setetes. Lambat laun, tetesan yang kian deras membuat si empu mengecup pelipisnya berkali-kali.
YOU ARE READING
• K R A C H T • JINV • ABO
Fanfiction• When the mafia fights for the position and love • -6th book- TAGS : -Dark Fiction -ABO-VERSE (ALPHA, BETA, OMEGA) -MPREG (Male Pregnant) -Romance -Action + Gore -Happy/Sad Ending -Death Chara -Written in Indonesian, English and Dutch TRIGGER WAR...
• MISTAKES - FINAL •
Start from the beginning
