• M I S T A K E S - b •

Start from the beginning
                                        

"Hey, look at me. I'm talking with you" protes sang alpha lembut. Jari telunjuknya menarik dagu si omega agar kembali terangkat.

"Aku ingin naik trem. Hanya itu. Bahkan selama aku di Belanda aku tidak pergi kemanapun."

"Kau pernah pergi ke pusat perbelanjaan dengan Hoseok, sayang"

"Hanya satu kali. Itu pun kau membatasi waktu kami" Bibir tipisnya konstan mengerucut dengan gerutu dan dahi berkerut. Jin menggigit bibir bawahnya kecil. Kekasihnya ini benar-benar menggemaskan. Tak salah jika ia sesekali memanggilnya dengan sebutan 'anak kecil'

Baiklah. Jin mengaku kalah.

"Come here!" Jin menepuk paha kokohnya sesaat. V segera mendaratkan pantat sintalnya di atas sana dalam posisi menyamping, sambil menatap pemandangan luar pada kaca mobil.

"Kau tak memelukku?" ucap Jin tepat pada cuping V. Sebab pemuda manis itu memilih meremas dua tangannya sendiri.

"Bagaimana jika kau jatuh, hhmm? Perjalanan masih panjang, Lieve"

"Trem" ucap V yang kini menunduk.

Jin meraih satu lengan V untuk ia bawa melingkar pada leher bagian belakang. Sedangkan dua tangan besarnya setia merengkuh pinggul si omega. Hidung bangir sang meneer bergerak maju. Mengendusi feromon V dan mendarat pada ceruk lehernya, meski terhalang kerah kemeja dan jas.

Tak ada konversasi berlanjut disana. Hanya sang tuan cassanova sibuk menikmati feromon omeganya. Sementara V yang sebelumnya bersikukuh dengan aksi diam, kini terlarut dalam suasana yang di bangun sang alpha.

Ia menunduk ketika hidung bangir Jin menjelajah ke belakang cuping. Liatnya turut berselancar disana dengan nafas menggebu. Membasahi permukaannya sebelum di kecup dan di lumat kecil. Jemari Jin turut tak tinggal diam. Ia ceraikan satu per satu anak kancing dari lubangnya hingga sebatas dada.

V sendiri kini telah menyisir surai belakang kepala sang Meneer. Kepalanya mendongak saat bibir tebal itu beralih pada bagian depan leher dan tulang selangka. Dadanya bergerak naik turun secara lamban. Sendirinya ikut menuntun kepala Jin meski sesekali ia dekap kepalanya untuk tetap disana.

Tak puas sampai di situ, jemari besar Jin menelusup ke bagian bawah. Merangkak dari bagian depan untuk mengusap perut berisi V. Ia lakukan selama beberapa saat sebelum merangkak naik demi mencubit titik poros yang menjadi favoritnya.

"Eeunnghh! Aku ingin trem" lenguh V tertahan.

Jin terkekeh. Ia tatap mimik sendu V yang menggigit bibir bawahnya sendiri.

"Lieve, jangan gigit bibirmu." goda Jin sambil memelintir puting kerasnya.

"Aanngghh! Hentikan tangan nakalmu jika begitu"

Jin semakin gemas dengan rengek omeganya.

"Lieve, aku ingin bibirmu yang bekerja kali ini. Satu kali saja, sayang" bisik Meneer dengan nafas berat. Jari telunjuknya bahkan menekan benda kenyal tersebut dua kali.

Bagaimana pun benda sintal V yang menimpa arah selatannya, membuatnya mengeras. Di tambah lagi dengan gerakan erotis pinggulnya semakin memantik api gairah Jin.

"Janji dulu, Meneer!"

"Baik, baik. Aku akan membawamu berkeliling Belanda setelah acara ini, Lieve."

"Yeaah! I love it!"

Setelah kesepakatan terjadi, V segera turun dari pangkuan Jin dan melakukan perintah erotisnya. Menarik sleting celana sang tuan cassanova dengan gigi. Menatap paras tampan berbaur sendu dengan manik berkilau saat benda keras penuh urat itu mulai memenuhi rongga mulutnya yang basah dan hangat.

• K R A C H T •  JINV • ABOWhere stories live. Discover now