24

49 10 37
                                    

« Kemampuan gelud cewek, 80% lebih agresif daripada cowok. Meskipun mereka hanya menggunakan gerakan refleks »

- pengamat pertempuran : Gardeon -
——————————


“Gak bisa gitu, uangnya dulu baru gue
lepasin dia.”

•••

“Biarin gue obatin luka lo,” pinta Tanisha.

“Gak. Iky aja,” tolak Damon.

Damon memberikan mini P3K kepada Iky.

“Sebagai bentuk terima kasih gue,” lanjut Tanisha.

Keira yang tubuhnya tertutupi punggung Alden dan Deon langsung maju. Apa-apaan cewek itu ingin caper kepada Damon.

“Biar gue!” Keira merebut kotak P3K itu. Gadis itu langsung mengajak Damon duduk di tribun, iya, mereka masih terjebak di sini setelah beberapa menit yang lalu Alden datang membawakan uang dan kotak P3K dari rumah Damon atas perintah Damon sendiri.

Mereka sepakat pulang lebih dulu untuk mengambil uang tunai, dari pada masalahnya tidak selesai-selesai.

“Cewek itu siapa?” Tanisha penasaran.

Alden mendengkus. “Lo yakin gak kenal?”

Tanisha mengamati gadis yang beraninya mengobati Damon, memakai pakaian serba hitam, masker hitam, kacamata hitam. Namun dilihat dari warna rambutnya, sepertinya dia kenal. Akan tetapi jika benar gadis itu adalah musuhnya, itu mustahil.

“Dia Keira,” ungkap Deon.

“Yon!” gertak Alden. Karena dirinya merasa masalah cinta segitiga antara ketuanya dengan dua gadis, ia ataupun yang lain tidak berhak ikut campur.

Gardeon sadar, dia langsung diam menunggu respon Tanisha.

Damon dan Keira mendekati mereka. Saat berjalan Keira sengaja membuka masker dan kacamatanya lalu menyugar rambut panjangnya dengan elegan. Agar musuhnya tahu, dengan siapa kini dia berhadapan.

“Lo!” pekik Tanisha tak menyangka.

“Makasih karena tadi mau obatin Damon. Tapi maaf, ya, pacarnya Damon itu possesive,” tukas Keira, ia sengaja menekankan kalimat terakhirnya.

Tanisha menggigit bibir, kalau seperti ini sama saja harga dirinya diinjak dua kali. Sebenarnya dirinya salah apa? Kenapa kemalangan ini harus dilimpahkan kepadanya? Apa ini karma karena pernah ingin memanfaatkan Damon, tetapi bukankah pembalasannya terlalu berlebihan?

“Kei,” ujar Damon dengan suara rendah. Damon memperingatkan Keira supaya tidak bicara apa-apa lagi yang menambah buruk suasana.

Keira memutar bola matanya, sedikit rasa kasihan timbul dibenaknya. Bagaimanapun juga, dia pernah berada di posisi yang sama seperti Tanisha.

“Gue mau pulang,” rengek Keira kepada Damon.

Damon mengacak sebentar rambut Keira. “Di antara kalian bertiga, yang bisa anterin Tanisha siapa?” tanyanya.

Alden menunjuk dirinya sendiri. “Gue yang bakal anterin, Iky sama Deon aja.”

Soalnya kepala Iky masih rawan, kalau ada apa-apa di jalan, setidaknya ada Gardeon si paling kuat di antara mereka.

Sebelum mengantarkan Tanisha pulang, Alden memberikan jaketnya untuk melindungi badan Tanisha dari udara dingin.

“Hati-hati di jalan,” pesan Damon sebelum memakai helm.

•••

Tanisha menaruh tas sekolahnya di atas bangku dengan kasar, tangan kirinya menarik kerah seragam Bella. Sedangkan tangan satunya lagi terangkat bergerak menampar pipi Bella.

“SAHABAT MACAM ANJING, LO!” hardik Tanisha tanpa ampun kembali menampar orang yang katanya sahabatnya.

“BERANINYA LO!” Bella mengambil tasnya dan langsung dihantamkan ke muka Tanisha.

Otomatis cengkraman Tanisha pada kerahnya terlepas. Pagi yang harusnya kondusif malah memanas akibat dua gadis itu. Tak hanya dalam kelas, aksi saling pukul dan jambak terbawa hingga ke luar kelas. Akibatnya, membuat kerumunan siswa makin ramai menyoraki mereka.

Keira berusaha menerobos para murid itu, dirinya kepo. Kata teman-teman kelasnya musuh bebuyutannya tengah by one dengan sahabatnya sendiri.

“WOHOOO! AYO JOTOS YANG KENCENG!” Keira ikutan menyoraki sambil mengipasi wajahnya.

Bella menidihi perut Tanisha, kemudian tangannya terangkat akan menampar pipi Tanisha.

“Berhenti,” cegah Deon.

PLAK.

Mereka semua menganga, bagaimana bisa dua cewek itu  kompak menampar Gardeon yang tengah memakai tanda ketua kedisiplinan.

“Woy! Akh, anjir!” ringis Deon ketika Bella menjambak rambutnya.

“YA AMPUN BABU GUE!” jerit Keira histeris melihat babunya ikutan dicakar.

Dirinya membuang kipas yang ia bawa, kemudian menarik Deon agar terhindar dari kebrutalan musuh-musuhnya.

“AHAHAHAHA, LEMAH BANGET LO, YON!” seru Alden sambil terbahak.

“PANGLIMA DEMON GANG GELUDNYA SAMA CEWEK, CUPU AWOKWOK!” ledek Iky.

“DIEM BANGSAT!” ujar Deon berusaha melepaskan tangan-tangan yang bertengger di rambut lebatnya.

Si Iky belum tahu, rasanya dijambak cewek yang lagi mode macan garong itu gimana sensasinya. Rambut udah kaya mau lepas dari kulit kepalanya.

“KALIAN! IKUT BAPAK KE RUANG BK!”

•••

Semoga hari kalian indah🤗🌈🍭

DAMON EPHEMERALWhere stories live. Discover now