01

711 52 28
                                    

"SIALAN, KIRIM PESAN KE PARADISE GANG! KALAU MEREKA GAK AKAN BISA RUNTUHIN DEMON GANG!" tegas Damon Hellious, ketua Demon Gang dari SMA Andromeda. "JANGAN SAMPEK GUE DAPET AMARAH DARI BANG ARGOS LAGI, KARENA KEKALAHAN KITA REBUT WILAYAH SMA SRIWIJAYA!"

"Tapi mereka curang, Bang!" seru anggota Demon.

"Dan apakah lo bakalan biarin mereka lakuin hal itu lagi? Bales bego!" sahut Iky Derlangga, wakil ketua Demon Gang.

"NANTI MALEM KITA HANCURIN MARKAS MEREKA!" seru Damon.

"GAS!"

"ANJING, GUE GAK SABAR!"

"Dulu wilayah Sriwijaya pernah jatuh ke tangan geng lain, ditangan Om Lucifer wilayah itu berhasil direbut kembali. And then, sekarang kejadian itu terulang kembali. Lemah 'kah kita? Mana Demon Gang yang dulu berjaya? Itu yang ditanyakan sama Bang Argos ke gue," jelas Damon. Muka garangnya masih bertahan, emosi dalam dadanya belum surut akibat taruhan wilayah Sriwijaya kemarin malam.

Ditahun kepemimpinannya, banyak sekali geng-geng kecil bermunculan. Lantas mereka bergabung menjadi satu kelompok dengan tujuan menghancurkan geng yang lemah.

"Inget! Pukul dua pagi, markas mereka harus kita sama ratakan dengan tanah!" Damon menatap seluruh anggota Demon Gang yang jumlahnya sekitar delapan puluh siswa dari SMA Andromeda. Ini belum dari SMA lainnya.

"Cukup dua puluh orang termasuk kita, lainnya jangan ikut. Sebagian jagain markas," sambung Gardeon. Namanya emang sering dijadiin bahan guyonan, kalau gak Garden ya Gorden. Tapi sebenarnya anak ini tidak suka bercanda, diam, serius, suka tinju. Cocok jadi panglima Demon Gang.

"DEMON AS ALWAYS DEMON, JANGAN JADI MALAIKAT BUAT PARA BANGSAT-BANGSAT," peringat Aldenno Kevanski. Tugasnya traveling dari markas ke markas tapi identitas asli tidak boleh ketahuan. Mengamati satu-persatu wajah para musuh, mengetahui kondisi geng lawan, dan menyampaikan pesan Damon ke ketua geng lain.

"Pukul dua dini hari, jangan sampai ada yang terluka. Apalagi ketangkep sama mereka, seperti berjalan di Neraka. Kalian harus selalu waspada, bubar!" ujar Damon dengan tegas.

Menyerang ke kandang lawan bukanlah hal mudah, seluk beluk tempatnya kadang terdapat jebakan yang tidak pernah mereka sangka. Contohnya Alden pernah merasakan dikeroyok belasan anggota geng musuh ketika menyusuri markas mereka. Padahal setahunya ia sudah aman.

"Markas mereka udah lo telusuri 'kan, Den?" tanya Deon.

"Santai, kalau lo bisa bubarin penjagaan diluar markas Paradise pasti gampang masuknya." Aldenno bersedekap dengan bibir mengerucut. "Lima orang biasanya jaga di depan pintu masuk. Yang lain biasanya ke warung deket markas mereka, kalau warungnya gak tutup jam dua pagi."

"Gede emang markasnya?" tanya Iky.

"Gak terlalu, emang kita mau hancurin bagian mananya, Jingan? Temboknya? Genteng? Bakalan makan waktu lama anjing," tutur Alden sehabis berpikir keras.

Damon melempar korek apinya ke tengah-tengah mereka.

"Lo tau tradisi Demon pas nyerang markas musuh, mereka selalu gunain api," jelas Deon. "Karena sekali kita sulut, dengan cepat markas mereka bakalan hancur jadi abu."

"Gue gak mau ada polisi temuin korban, maka dari itu tugas kalian pancing mereka semua keluar. Gue sama Alden yang bakalan bakar markas." Bukannya Damon tidak berani kepada polisi, yang pasti ia tidak mau ribet soal identifikasi nanti.

"Tapi kalau kita kalah jumlah?" tanya Iky.

"Kalau bisa hajar mereka sampek mampus," balas Damon. "Gue udah minta anak-anak lain buat jaga-jaga di jalan deket markas Paradise."

DAMON EPHEMERALWhere stories live. Discover now