11

95 21 22
                                    

« Rumit,
membuat resah, lalu bimbang, kemudian menyakitkan »

-Cinta dan Dendam

——————

“Lo niru style gue, ’kan?!” tunjuk Tanisha ke rambut coklat Keira.

Di jam olah raga yang sama, kelas mereka berbeda guru. Jadi guru mereka memutuskan untuk menggabungkan kelas saja.

“Gue?” tunjuk Keira ke dirinya sendiri sambil tertawa. “Coba tanya semua anak SMA Andromeda, kapan gue ganti warna rambut. Lebih dulu gue atau cewek yang coba narik perhatian Damon dengan mencoba menjadi gue.”

Keira tersenyum puas menikmati kebisuan Tanisha, ia kemudian berbalik menuju kelasnya semula.

“Tunggu!” cegah Tanisha.

“Apa? Lo udah nemu jawaban?” tanya Keira.

Tanisha yang ditemani Bella mendecih, muka songong Keira ingin sekali mereka cakar.

“Lo pikir lo siapa di sini?” tanya Bella tak suka dengan sikap Keira. “Sok jadi penguasa tau, gak!”

Keira mengibaskan rambutnya, memilih pergi daripada semua orang melihat pertengkaran mereka seperti topeng monyet.

“Pak Arif ada rapat, untuk kelas yang diajar Beliau sementara digabung sama kelas IPS 2.”

Sudah pasti pengumuman tersebut membuat orang yang saling bermusuhan jengkel.

“Hari ini materinya bola basket, masing-masing dari kalian harus mencoba memasukkan bola ke ring sebanyak tiga kali. Minggu depan kita penilaian.”

Mata Keira berkilat ketika musuhnya, Tanisha mencetak satu poin. Apalagi Tanisha segala melemparkan tatapan sinis untuknya.

“Tanisha dua poin.”

“Cuma dua poin lagaknya kek juara dunia, buktiin ke dia kalau lo lebih dari itu, Kei.” Sahabat Keira, Dasha, memberikan semangat.

Keira mengangkat dagunya angkuh, tiba gilirannya memasukkan bola basket sebanyak tiga kali.

“Shit!” umpatnya pelan ketika bola pertamanya gagal. “Lo pasti bisa, Kei!” ujarnya meyakinkan diri sendiri seraya mengesampingkan rambutnya.

Bola kedua, gagal.

Ketiga, juga gagal.

Keira kembali ke tempat semula. “Mau apa lo?” tanyanya kepada Tanisha yang mendekatinya.

“Gimana kalau nanti kita tanding basket?” tawar Tanisha.

“Lo mau ngejek gue lewat pertandingan itu!” Keira menarik sudut bibirnya, “gue gak bodoh buat turutin kemauan lo.” ia lalu beranjak dari duduknya.

“Keira Devoni, lo takut kalah?”

•••

Tanisha memantulkan bola basket, mencoba menjauhkan bola oranye itu dari lawannya.

“Mendingan lo mundur,” tutur Tanisha sambil melambungkan bola ke arah ring. “Yosh!” bola itu masuk.

“Gue gak semudah itu serahin sesuatu,” balas Keira, napasnya tersengal-sengal.

“Ingat perjanjian kita sebelum permainan dimulai, yang kalah jauhin Damon.”

Dari jauh terdapat sekelompok laki-laki yang melihat perseteruan kedua perempuan itu, siapa lagi kalau bukan Damon dan sahabatnya.

DAMON EPHEMERALHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin