19

61 13 41
                                    

« Yang paling tegas = Damon
Yang paling manja = Iky
Yang paling acuh = Deon
Yang paling netral = Alden »

- Yang mana yang kamu pilih? -
——————————


“Jelasin!” Satu kata keluar dari mulut Damon.

“Jadi—”

Iky mencegah Deon yang akan menjelaskan, “biar gue.”

Sebagai wakil ketua, dia merasa paling bertanggung jawab atas kejadian beberapa jam yang lalu. Sebelum Damon datang dan menyelesaikan kasus Zano bersama pengacara hebat.

“Gue mau bicara empat mata sama Iky, yang lainnya bubar!” perintah Damon.

Semuanya langsung meninggalkan markas.

“Mulai dari mana?” tanya Damon.

Iky meneguk ludah, sudah sekian lamanya dirinya tidak pernah empat mata dengan Damon yang sangat serius.

“Beberapa anggota Demon sama Paradise kerjasama buat kejar Zano, dia ditemuin di geng lain yang cukup brutal anggotanya,” jeda Iky. “Karena yang ngejar Zano cuma enam orang, tiga dari kita, sisanya Paradise. Jumlah mereka berenam gak seimbang waktu buat perlawanan.”

“Akhirnya?”

“Akhirnya mereka telepon gue sama Yohan,” jawab Iky.

Damon mengangguk, poinnya sudah bisa dirinya dapatkan. Namun yang jadi masalahnya adalah, tidak mungkin mereka semua akan langsung melesat agresif menghajar Zano dan geng barunya.

“Yohan terlibat sama penyerangan ini?” yang menjadi tanda tanya juga, tidak mungkin ketua seperti Yohan mau turun tangan langsung untuk mengejar cecenguk Zano.

“Itu yang jadi awal mula kejadian ini.” Iky menghela napas berat. “Entah kena angin apa Demon Gang sama Paradise Gang bisa kumpul bareng sama Komunitas Satu Jiwa waktu enam orang itu kejar Zano. Masalahnya, ketika gue sama Yohan terima panggilan itu dan langsung diskusi gimana baiknya. Anggota komunitas Satu Jiwa ada yang gak setuju dan langsung pergi buat ngejar Zano.”

Damon mengacak rambutnya, dirinya geram setelah mendengar penjelasan Iky. Itulah alasan mengapa dirinya jarang mau jika diajak kerja sama dengan Geng lain, karena rencana apik yang gengnya buat bisa jadi diluar kendali.

“Setelah ini gue gak mau Demon Gang terlibat sama geng lain dulu, kasih tau anggota Demon Gang untuk jangan keliaran sendirian atau berdua, demi menghindari pengeroyokan. Gue masih gak yakin sama geng baru Zano, mereka pasti dendam sama kita,” pesan Damon.

“Ekhm, ngomong-ngomong....” Iky menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Damon mengangkat alisnya tak mengerti.

“Sebagai tanda bela sungkawa karena kita juga terlibat sama kejadian mengenaskan ini. Anggota Demon, Paradise, sama Satu Jiwa sepakat untuk Galang dana untuk keluarga Zano. Jadi, gue minta uang sama lo,” jelas Iky.

“Gue gak bawa uang cukup, besok aja.”

Iky mengerti, “eh, lo tadi ada kesibukan apaan, dah? Gak biasanya lo ninggalin Demon Gang demi sesuatu.”

“Pacaran,” singkat Damon.

Mata Iky membulat. “ANJING, SERIUS?!”

•••

Jantung keduanya berdetak kencang, matanya melirik sana-sini kala matanya bertatapan dengan sang pujaan hati.  Mengulum bibirnya ke dalam, menggigit kecil pertanda bahwa kegugupan melanda dirinya. Padahal mereka hanya bertemu di jalan, tidak bertegur sapa pula.

Tangan Damon dan Keira sempat berkaitan satu sama lain ketika berpapasan.

“Oi, Mon. Lo doang yang belum ngumpulin donasi,” celetuk Iky.

“Amplopnya ada di dalem tas,” jawab Damon.

Iky merangkul pundak Damon, “lo ada hubungan apa sama Keira? Gue tadi liat adegan lo berdua,” bisiknya.

Iky mendengkus tidak percaya saat muka Damon memerah.

“Jijay! Lo salting, Kepet!” Iky bergidik menjauhi Damon.

“Lo ngapain, Ky?” tanya Alden.

“Aneh, lo,” komen Deon.

Iky menunjuk dadanya. “Kok, jadi gue?”

“Lha, badan lo tadi kaya uget-uget di pinggir Damon.”

Iky menunjukkan wajah poker face. Terserah mereka mau bilang apa, soalnya yang tahu kejadian tadi, ’kan cuma dirinya.

Damon menepuk pundak Iky beberapa kali seraya tersenyum miring. Kemudian dia sedikit merunduk untuk bisa dekat dengan telinga wakilnya itu.

“Kita backstreet,” bisik Damon, Iky jadi merinding.

“Maksudnya lo sama Keira?” mendengar Damon bilang kita, kok kedengarannya ngeri sekali di telinga.

Ketua Demon Gang mengangguk, “kalau sampai hal ini bocor ke orang lain, siap-siap aja. Lo bakalan—” Damon mengarahkan tangannya ke leher Iky, bergerak seakan tengah memotongnya.

“WOY, KATANYA MAU KE KANTIN!” Teriak Alden.

“SABAR, NJENG! LAGI RAPAT DADAKAN.” jawab Iky.

•••

Warga SMA Andromeda memadati kantin begitu bel istirahat berbunyi. Ditengah keributan itu, Iky sedari tadi sibuk mepet-mepet Damon, membuat tanda tanya besar dibenak Alden dan Deon.

“Pajak jadian, dong, Mon.” Iky berbisik beberapa kali meminta hal yang sama. “Gue aja, mereka berdua jangan.”

Damon mencoba melepaskan tangan Iky dari pundaknya. “Lepas, Ky. Gue risih!”

“Traktir gue tapi,” pinta Iky.

“Ck, yaudah iya.”

“Gue mi ayam dua, eh teh juga dua. Pesenin, Al!” titah Iky.

Alden mengernyit. “Lo sama Damon?”

No, no, no. Buat gue doang,” ucap Iky.

“Gue samain aja,” ujar Damon.

“Yaudah gue samain semua, khusus lo dua porsi, oke?”

Iky mengangguk menjawab pertanyaan Alden. Selagi dapat traktiran jangan sia-siakan!

•••

Keira semringah melihat Tanisha akhir-akhir ini diam. Kabar bahwa hubungan palsu antara Tanisha dan Damon putus sudah tercium oleh murid SMA Andromeda.

“Sedih banget tuh muka,” tukas Keira.

Tanisha menatap nyalang Keira. “Gue masih mending bisa pacaran sama Damon, sedangkan lo? Cuma bisa berharap doang!”

“Woah....” Keira bertepuk tangan. Lawannya itu tidak tahu saja kalau dirinya adalah suhu.

Tanisha agak sedikit heran, biasanya kalau Keira sudah ia sindir seperti itu. Keira akan mencak-mencak ingin menjambaknya, tetapi kini gadis itu sudah berubah, lebih bisa terkendali menghadapi sesuatu.

“Gak papa, deh lo jadi pasangan sementara buat Damon. Tapi gue, gue usahain bakal jadi pasangan selamanya untuk Damon.” Keira tersenyum lebar. “Bye, girl....”

“Sialan!”

Keira mengangkat jari tengah, ia tetap berjalan dan tidak berbalik hanya untuk melihat rivalnya yang ia yakini semakin mengumpati dirinya

•••




Holla, guys! Pa kabar? Baik-baik aja, ’kan?

DAMON EPHEMERALWhere stories live. Discover now