06

144 28 28
                                    

« MuKu »
- Puisi dari Iky -

Kata mu. “Semua cowok sama aja!”
Kata mu. “Cowok emang gak peka.”
Kata mu... “Gak ada yang bisa ngertiin aku.”
Kata mu juga. “Cowok matanya gak bisa dijaga!”
Lantas, kata ku... “Semua cowok sama aja, karena kelamin kita samaan.”
Kata ku juga. “Aku bukan dukun, Sayang.”
Kata ku lagi. “Kamu gak bilang apa yang kamu rasain ke aku.”
Kata ku kemudian. “Mata ku gak ada gemboknya, Sayang, jadi susah jaganya.”

———

Keira mendesis ketika tangannya ditarik kasar oleh Damon, dirinya merasa sakit, terapi tidak berani bersuara. Kalau dirinya protes, ia takut kalau cowok itu semakin marah. Bagaimanapun Damon telah menolongnya, itu bagus bukan? Mengingat selama ini perlakuannya yang murahan berhasil membuat penguasa Demon Gang jengkel.

Damon membuat punggung Keira bersandar pada pohon, agak jauh dari arena balap motor.

Damon melirik jam tangannya. “Setengah tiga pagi lo ngapain ada di sini? Jual diri?” padahal tadi Damon menyuruh musuhnya agar tidak berucap kasar dan menutup mulutnya. Namun kini dirinya tidak sadar kalau dirinya sama saja seperti ketua Paradise Gang.

Keira sontak menampar pipi Damon. “Ma-maaf, gue gak sengaja," cicit Keira.

Bibir Damon mengetat. “Lo! Berani tampar gue?” ia tertawa, “kenapa lo gak lakuin hal yang sama ke musuh gue tadi? Oh, lo sebenarnya anggota mereka, iya? Pantesan lo diem aja waktu dilecehin.”

“Bukan gitu.”

“Terus?”

Keira ingin kabur saat Damon mengintimidasinya.

“Gak bisa jawab, ’kan?” Damon berbalik pergi meninggalkan Keira. Gadis itu masih mematung. Namun setelah sadar dirinya berlari mengejar Damon.

Kini keduanya seperti pasangan kekasih yang tengah bertengkar.

Keira menarik jaket Damon.

“Lepasin tangan lo!” titah Damon seraya menyingkirkan tangan Keira.

“Gue mau kasih penjelasan!” tanpa Keira sadari, ia telah menaikkan suaranya.

Damon terkekeh, “buat apaan? Itu bukan urusan gue,” ucapnya. Lalu melanjutkan jalannya.

“Tunggu!" Gadis itu semakin mengeratkan pegangannya. “Gue mau pulang dari Minimarket dua puluh empat jam, tapi dijalan gue dihadang sama mereka. Lalu gue dibawa ke sini,” jelasnya cepat.

Damon melepas jemari Keira dari jaketnya, bisa dirinya rasakan, tangan Keira dingin.

“Gue gak perduli. Jangan bersikap seolah-olah kita deket dan punya hubungan.”

Keira berjalan dengan pikiran kacau, bingung, dan ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

“Taksi sialan! Kenapa gak ada yang lewat!” makinya seraya menendang kerikil.

Suara deru motor yang mulai mendekat membuat Keira was-was, takut hal seperti tadi terjadi lagi.

“Cewek,” panggil cowok di balik helm fullface.

“Jangan berani-berani deketin gue!” sentak Keira panik. Melepas sandalnya, kemudian dia pukulan ke lengan cowok itu.

“Ouch! Aw, berhenti woy! Ini gue, Iky!” Cowok itu melepaskan helmnya.

“Anjir, ini salah lo juga tau....” kesal Keira. “Mau apa lo samperin gue? Bawa gue ke tempat tadi?”

“Cewek selalu benar,” gumam Iky. “Oh ya, pakek nih jaket.” suruhnya seraya memberikan jaket kepada Keira.

DAMON EPHEMERALWhere stories live. Discover now