12

90 16 17
                                    

«Honey, you got a drugs?»

- Because you're lulled into me
—————

Damon dan Iky tengah melakukan hal yang sangat penting, menemani dua orang Polisi mengecek satu-persatu urine anggota Demon Gang dalam wadah. Untuk mengetahui apakah ada salah satu anggota yang memakai obat terlarang.

Kalau ada yang positif, maka dia akan direhabilitasi. Demon Gang akan di non aktifkan sementara waktu.

“Kami nyatanya anggota Demon Gang 100% tidak ada yang menggunakan narkoba, terima kasih atas kerja sama kalian semua.” Polisi itu menjabat tangan Damon dan Iky.

Setelah Polisi pergi, mereka melakukan aktivitas bakar-bakar, jagung, sosis, daging guna mempererat tali persaudaraan. Seraya menggenjreng gitar, bernyanyi bersama. Ada yang bermain PS di dalam.

Alden dan Razor memilih bermain PS, bertanding sepak bola dengan taruhan, yang kalah harus pijatin yang menang.

Damon sendiri diam, tetapi matanya terus mengikuti pergerakan bola dalam layar. Mengabaikan getaran pada sakunya.

“WOY! GOOOOL!” seruan kemenangan Razor berbanding terbalik dengan Alden yang membanting stik PS. “Bang! Lo kudu pijetin gue.”

“Mana ada. Berani banget lo nyuruh Intel!” elak Alden.

“Gak like, ah! Pakek bawa-bawa jabatan.” kesal Razor.

Damon menggeplak kepala Alden. “Gunain jabatan semena-mena, keluar lo,” guraunya.

Alden mengusap kepala. “Iya-iya, sini lo bocah. Gue kasih pijetan paling enak sejagat raya.”

Razor tersenyum senang, segera kedua kakinya ia tumpukan di atas paha Alden. “Yang enak sejagat raya, ya, Bang. Kalau gak enak gue bakal kasih review jelek.”

“Gue habis Razor.” Iky menimbrung. “Gue ’kan tadi tim suksesnya Razor. Jadi, nanti pijetin gue juga.”

Damon memutar bola matanya, lantas beralih mengecek ponselnya yang tak hentinya bergetar. Pahanya lama-lama jadi geli. Dahinya mengernyit, terdapat puluhan riwayat panggilan tak terjawab dari nomor tidak dikenal.

Ketua Demon Gang itu segera menjauhi teman-temannya, memilih tempat. Damon harus menghubungi balik seseorang itu.

Setelah beberapa saat ia dan seseorang itu berkomunikasi, Damon kembali ke dalam markas.

“Aldenno, lo harus ikut gue.” Damon bicara sambil memakai hoodie.

Alden bingung, tetapi ia ikuti saja perintah Damon.

•••

Sebagai ketua, ia berjanji akan memimpin, melindungi, dan membimbing anggotanya. Damon berjanji untuk selalu mendengarkan keluh kesah mereka, siap turun dari jabatan Ketua apabila ada kesalahan dalam periodenya.

“Kita bentuk komunitas Satu Jiwa bareng-bareng, Bang. Meskipun kecil tapi kita percaya kalau nanti komunitas kita bakalan gede kaya Demon Gang,” tutur seseorang yang menelepon Damon, Angga.

Rekan Angga yang bernama Roy dan Muji mengangguk.

“Ketua kita namanya Zano, dia bawa kabur uang kas sama sertifikat tanah markas. Denger-denger Zano gabung sama geng Paradise,” jelas Muji.

“Tujuan lo telepon Damon apa?” tanya Alden. Hebat sekali mereka, hubungin ketua Demon Gang langsung. Kalau yang lain sih, gak berani. Pasti lewat salah satu anggota agar bisa dihubungkan ke Damon.

“Semua komunitas atau geng tau, kalau Demon sama Paradise dari dulu musuhan. Dengan bergabungnya Zano sama Paradise kita mau minta kerja sama kalian,” sambung Roy.

“Intinya tujuan lo itu nangkap Zano ’kan? Kenapa gak kalian lakuin sendiri, cuma satu orang doang.” Damon mendengkus, masalah wilayah, penyebab Iky sakit, dan Gardeon dipenjara saja belum selesai kini timbul masalah baru lagi.

“Anggota Satu Jiwa gak cukup untuk lawan anak Paradise yang jumlahnya lebih banyak, untuk masuk ke jalan kekuasaan mereka aja susah apalagi ngehargai markas Paradise tempat baru Zano. Padahal dia masih Ketua Satu Jiwa,” papar Angga. Ketua yang berjanji akan memajukan komunitas justru membelot dari janjinya.

Mereka semua diam mendengar Damon berdecak sambil mengurut pelipisnya.

“Kasih gue waktu tiga hari buat mikir.” final Damon kemudian pergi meninggalkan kafe diikuti Alden.

Alden memilih tidak bertanya karena raut wajah Damon menggambarkan suasana hatinya yang sedang buruk. Dari pada kena damprat, pilih jalur aman saja, yaitu diam.

“Kalau lo ke markas bilang ke anak-anak buat gak bikin ribut, yang masih kelas sepuluh suruh pulang,” nasihat Damon.

“Lo mau pulang?” akhirnya Alden angkat bicara.

“Gue mau ke suatu tempat, hati-hati dijalan.”

Alden menggeleng. “Bilangnya hati-hati di jalan, dirinya sendiri malah kebut-kebutan. Mentang-mentang udah malem jalan sepi,” gerutunya heran. “Lo terlalu perhatian ke orang lain, tapi gak untuk diri sendiri. Untung gue bukan ketua.” Alden tersenyum lebar seraya mengelus dada lega.

•••

Damon melemparkan kerikil ke kaca jendela kamar seseorang. Beruntung kaca itu kuat tidak mudah pecah.

Sang pemilik kamar pun terganggu oleh ulah Damon.

“Damon!” tegur seorang gadis, ia mengucek matanya yang terasa berat untuk terbuka. “Ini jam sepuluh, kenapa lo masih—”

“Ck, Keira Devoni Hellious lo jangan banyak tanya.”

Keira membuka lebar jendela kamarnya agar cowok yang sudah berada di balkonnya bisa masuk.

“Sana tidur.” Damon menunjuk ranjang Keira dengan dagu.

Keira salah tingkah, gimana bisa tidur kalau ada orang lain yang notabene pacar.

Damon meneliti seluruh isi kamar pacar yang baru dia tembak tadi siang.

“Permainan yang bagus.”

Pipi Keira bersemu, “makasih, itu juga berkat lo tadi.” terima kasih untuk motivasi yang romantis tadi... aakh, ingin rasanya Keira menjerit bahagia.

Dilirik oleh Damon saja ia sudah senang, apalagi dirangkul dalam maksud mengajari seperti tadi. Ingin hati langsung memeluk cowok itu, tetapi apa daya dirinya bukan siapa-siapa.

“Lo cinta gue?” tanya Damon serius. Matanya tak lepas dari Keira yang mematung.

Dengan cepat gadis itu mengangguk kemudian menggeleng. “Gue udah kalah,” jelasnya. Suaranya lantang tanpa ada getar keraguan.

Damon mengangguk paham. “Lemah!” ia melihat Keira mendongak melihatnya. “Gue gak butuh cewek lemah.”

“Gue gak lemah, gue cuma kalah dari Tanisha. Gue bukan pengecut yang suka gak tepatin janji,” jelas Keira menggebu. Keira meneguk ludahnya. “Kenapa lo tanya begitu?”

Damon menarik napasnya pelan. “Selamat, lo udah jadi pemenang di hati gue.”

Keira memandang Damon tak percaya. “M-maksudnya?”

“Mulai sekarang lo bisa keluar masuk markas Demon Gang, lo bisa peluk gue, pegang tangan gue. Karena lo itu pacar gue.”

Perasaan senang dan haru membuncah seketika dalam hati Keira. “ARHGG!” teriak Keira menghambur ke dalam pelukan Damon.

Damon menaikkan selimut yang tadinya sepinggang Keira menjadi menutupi dada. Gadis ini akhirnya tertidur setelah mengajaknya pillow talk.

“Sayang, dalam diri lo ada narkoba, ya? Soalnya gue gak cukup sekali perhatiin lo,” bisik Damon sebelum mengecup kening Keira.

Ia harus segera pergi karena, saat pacaran jangan sampai naik di ranjang lama-lama nanti bisa over. Karena Damon juga cowok normal.

•••

Alden : Hai, sampai jumpa hari senin.
Gardeon: Vote komen jangan lupa....
Iky: Udah gitu aja, night guys 🔪

DAMON EPHEMERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang