Jin begitu ahli dalam berkamuflase.
"Zal niet. Ik accepteer het niet! (Tak kan. Aku tidak akan menerimanya!)" ucap Lambert tegas.
Jin tertawa lebih keras dibanding sebelumnya. Ia bahkan bertepuk tangan.
"Let's appreciate his braveness!"
Para anak buah beserta Namjoon mengikuti perintah sang tuan.
"Open de deur! (Buka pintunya!)" perintah itu di barengi dengan langkah tegas memasuki jeruji besi sambil memutar ujung linggis yang ia genggam.
"Ohoho, Poor Mr. Lambert!"
Seusai kalimatnya berakhir, tongkat besi itu mengayun keras ke arah punggung sang rival.
Bugh!
Likuid merah pekat menyembur dari bibir Lambert. Mengotori lantai plester dan sebagian mangkuk makanannya. Tentu saja sang Tuan Cassanova murka. Ia ayunkan lebih keras agar mendarat pada bagian lain. Rintihan bersahutan dengan bunyi retakan tulang memenuhi gendang telinga sesiapapun yang hadir disana. Seakan menjadi melodi indah yang candu bagi Jin dan para anak buah.
Darah menyiprat pada celana kulot juga jas yang di kenakan Jin. Maka, berhentilah penyiksaan di pagi hari itu ketika sang kepala mafia melempar linggisnya keluar jeruji.
"Kau membuat jas dan celanaku kotor, Mr. Lambert. Sayang sekali pertunjukan ini harus berakhir. Ah, pasti kekasihku akan cemas akan hal ini. Bukankah ini salahmu, huh?"
Lambert tak berkutik. Tubuhnya semakin merosot dengan darah tak henti mengalir keluar. Ia tak sadarkan diri.
Bibir tebal Jin menukik. Ia keluar dari ruang jeruji dan di ikuti Namjoon di sampingnya. Kaki jenjangnya melangkah lebar, selebar senyum pada wajahnya yang tampan.
"Bukankah tadi menyenangkan, Joon?" ucap Jin dengan satu tangan tenggelam pada kantung celana.
"Tentu saja, Meneer!"
"Seharusnya ini akan lengkap jika aku mencumbu omegaku pagi ini. Sayangnya, ia lelah"
Namjoon terpaksa mengurai tawa kering. Ia benci mendengar kata intim tersebut. Tapi apa boleh buat. Jin bebas melakukan apapun yang ia mau.
,
V telah rapi dengan pakaian yang di kenakan. Ia berjalan mengelilingi mansion dengan kaki hanya berselimut kaos kaki, tanpa sepatu. Sang kepala pelayan sampai harus mengejarnya demi membawakan sepasang sepatu. Namun si Tuan Muda menolak.
"Jin! Jin!" teriaknya cemas.
Jam dinding menunjukkan pukul sembilan pagi. Akan tetapi mobil yang biasa tumpangi kekasihnya masih terparkir rapi halaman muka. Ia pun bertanya pada setiap pengawal dan pelayan apakah Meneer-nya sudah ke kantor atau belum? Dan saat menerima jawaban 'belum' V kalang kabut mencari alpha tampan tersebut.
"Jin! Jin! Where are you?!"
Mendengar lengkingan suara omega manisnya, Jin segera mempercepat langkah seraya merentangkan kedua tangan.
"I'm here, Lieve!" serunya riang.
"Meneer!"
Teriakan antusias itu berbarengan dengan langkah seribu menghampiri sang alpha. V menjatuhkan dirinya penuh ke dalam rengkuh hangat Jin, namun Jin mengangkat tubuh rampingnya sehingga dua kaki jenjang V melingkar erat pada pinggang mate-nya.
"Hey, Where were you going? I was worried about you" protes V seraya memeluk leher Jin.
"I'm here. Just circleing mansion. Do you miss me?"
YOU ARE READING
• K R A C H T • JINV • ABO
Fanfiction• When the mafia fights for the position and love • -6th book- TAGS : -Dark Fiction -ABO-VERSE (ALPHA, BETA, OMEGA) -MPREG (Male Pregnant) -Romance -Action + Gore -Happy/Sad Ending -Death Chara -Written in Indonesian, English and Dutch TRIGGER WAR...
• M I S T A K E S - a •
Start from the beginning
