"Haruskah aku bercukur sendiri? Tanpa V?"
Ia menatap sekilas refleksi area intimnya pada cermin. Seringai terbit pada wajahnya yang tampan.
"Bercukur dengannya akan lebih menyenangkan. So, I'll save you buddy!"
Jin melangkah santai menuju kamar mandi sambil bersiul. Sepertinya pagi ini akan berdiri di bawah guyuran air dingin sambil menatap kekasihnya yang kembali terlelap dari balik kaca.
"Dia sangat manis"
,
,
Langkah kaki lebar dengan mimik kaku menjadi pengiring Jin menuju lantai bawah tanah. Namjoon tentu mendampingi sang kepala mafia tersebut meski akhir-akhir ini hal tak mengenakkan cukup menguji kewarasan.
Deretan anak buah menundukkan kepala memberi salam hormat ketika sang Tuan Cassanova menginjakkan kakinya di ruang rahasia. Sebelum berlanjut, sebuah linggis ia raih untuk di mainkan. Di ayun sesukanya sebelum ia putar. Bibir tebalnya mengeluarkan siulan ringan yang mampu membangkitkan bulu-bulu halus pada permukaan kulit. Tenang namun menghanyutkan.
Derap langkap dari sepatu pantofel yang di kenakan berhasil membangkitkan kesadaran seseorang di balik jeruji. Kedua tangannya terikat pada rantai. Pun begitu dengan kakinya. Surainya kumal nan kusut— menjuntai ke bawah menutupi sebagian besar wajah penuh luka dengan darah kering, tak terkecuali bibir hingga pipi. Kepalanya terus menunduk. Seolah berat jika diangkat. Rahangnya pun bergeser.
Bagian bawahnya hanya ada sehelai kain lusuh yang menutupi sebagian area intim. Benda tersebut tak cukup layak jika harus di sebut pakaian dalam, sebab banyak bagiannya yang robek. Luka gores dan congkelan tampak eksis pada sepanjang paha dan kaki. Kulitnya terkelupas dengan daging bewarna merah pekat. Jangan lupakan bau anyir dan busuk bercampur menjadi satu. Di tambah tidak adanya ventilasi udara membuat ruangan yang biasa disebut sebagai penjara terasa lembab dan apek.
"How's your day, Mr. Lambert? I miss you, buddy!" sapa Jin sambil memegang linggis di samping badan.
Si pemilik nama mengulas senyum tipis. Dapat dilihat sekilas disana, beberapa giginya telah rontok. Sepertinya ia tak berniat menjawab sapa ramah sang tuan.
"Did you sleep well? Did i gave you a nice meal? C'mon, let me know!"
Jika saja kalian tahu, ada satu mangkuk berbahan stainless besar di hadapan Lambert. Makanan bercampur di dalamnya—antara nasi, sayur, dan daging tampak berair, pun kelilingi lalat dan nyamuk.
Cukup berbau.
Lambert tak berniat menjawab. Ia tatap alpha angkuh di hadapannya dengan satu iris gelap melebar. Mengobarkan api dendam membara berselimut seribu umpatan yang ia pendam.
"Zout! (Garam!)"
Satu karung besar di seret untuk dibawa ke hadapan Jin sebelum sang Meneer meraup butiran asin itu dengan baskom besar lalu di siramkan pada tubuh penuh luka Lambert.
Lolongan pesakitan menggema dalam ruangan. Bak komedi pengundang gelak tawa bagi sang Tuan Cassanova. Maka, ia lakukan satu kali lagi demi kepuasannya.
Pita suara Lambert telah serak. Bolamatanya tak lagi mampu mengeluarkan air mata. Tenaganya sendiri telah habis sebab ia menolak semua makanan.
Sang kaki tangan Lucas tak berkutik dalam genggaman Jin.
"Hoe is mijn aanbod? Denk nog eens na! (Bagaimana penawaranku? Pikirkan sekali lagi!)"
Lambert berusaha keras mengangkat kepala. Bunyi kemeretak terdengar pada lehernya sebelum berakhir dengan posisi semula. Ada nafas putus asa berhembus disana. Luka yang baru saja mengering kini kembali menganga akibat ulah si kepala mafia congkak yang kini menatapnya penuh minat.
YOU ARE READING
• K R A C H T • JINV • ABO
Fanfiction• When the mafia fights for the position and love • -6th book- TAGS : -Dark Fiction -ABO-VERSE (ALPHA, BETA, OMEGA) -MPREG (Male Pregnant) -Romance -Action + Gore -Happy/Sad Ending -Death Chara -Written in Indonesian, English and Dutch TRIGGER WAR...
• M I S T A K E S - a •
Start from the beginning
