• M I S T A K E S - a •

Start from the beginning
                                        

Namjoon mengerutkan dahinya dalam, seakan tak mengerti topik pembicaraan mereka.

Hoseok memejamkan kelopaknya sejenak. Bibirnya mulai bergetar dengan manik serasa terbakar.

"You slept with him, didn't you?!"

Iris Namjoon melebar dengan peluh bertebaran di sekitar pelipis.

"W-what are you talking about?!"

Hoseok menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Menghalau air mata yang sudsh menganak sungai pada pelupuk. Ia sangat tahu apa saja yang dilakukan sang alpha, termasuk bercumbu liar dengan Jimin.

Kala itu di hari yang sama, sesuai pekerjaannya— Hoseok mengawasi situasi mansion pada kamera pengawas. Namun satu ketika, irisnya menangkap sosok alpha yang ia cintai bergandengan erat dengan Jimin sebelum keduanya tenggelam dalam kamar bersama.

Tak lama kemudian, samar-samar lenguh laknat mereka menggema dalam ruangan.

Hoseok berusaha menepis prasangka buruk yang mulai menyeruak. Mungkin saja sang sahabat sedang membutuhkan bantuan kekasihnya.

Sayanh, Hoseok benci menerka terlalu lama. Ia putuskan untuk menghampiri kamar sahabatnya dan menempelkan cuping pada daun pintu.

Benar saja, mereka sedang bergumul. Lenguh Jimin yang bergetar bersahutan dengan bunyi kulit beradu cukup meyakinkan dirinya apa yang terjadi di dalam sana.

Sebab itu, Hoseok menangis sepanjang malam. Entah tangis yang keberapa kali ia tak lagi mampu mengkalkulasi. Yang jelas, sendirinya sudah terlampau lelah jika harus bertahan lebih lama.

Hoseok pun tak menampik hubungan rahasianya dengan Yoongi mulai terjalin. Ia bahkan tak tahu harus melabeli apa interaksi mereka, sebab baik Yoongi maupun dirinya sama-sama hanya tempat singgah, bukan rumah.

Ia tak menginginkan hal lebih selain membagi kehangatan bersama.

Itu saja.

Maka, Hoseok memutuskan untuk menyimpan rahasianya rapat-rapat dari Namjoon. Bila saja sampai di ketahui mantan alphanya, kekacauan akan menimpa mansion. Dan jika tekinga Jin sampai mendengar hal ini, dampak lebih buruk bagi mereka berempat sudah menanti.

Namjoon mengikis jarak lebar diantara mereka. Ia ulurkan kedua tangannya demi meraih bahu si omega. Sayang, Hoseok memilih untuk mengambil langkah mundur.

"Aku bukan omega bodoh, Joon. Aku tahu apa yang terjadi antara kau dan Jimin"

Sang alpha melebarkan irisnya dengan bibir membuat celah. Ia sangat  ingin berkelit, tetapi mustahil. Hoseok telah mengetahui segalanya. Sehingga yang bisa Namjoon lakukan hanya menelan pahit salivanya.

"Kau terkejut? Aku pun begitu."

Hoseok membuang wajahnya ke arah lain. Ia gulung bibirnya ke dalam untuk menahan perihnya bolamata yang sudah memerah.

Satu tarikan nafas panjang ia lakukan sebelum mengusap satu punggung tangan sang mantan alpha pada bahunya.

"Joon, aku tak sekuat yang kau kira. Aku tak setegar anganmu. Aku tak selapang dada seperti maumu. Aku rasa kehadiranku hanya menjadi batu sandungan untukmu."

Nafas Hoseok tercekat ketika retinanya dengan Namjoon saling bertemu. Sama-sama berkabut— menyiratkan luka dmyang di rasa.

"Sekarang kau bebas, Joon. Kau tidak akan mendengar keluh kesah omegamu. Kau tidak lagi menumpuk rasa bersalahmu atas apa pun yang kau lakukan—"

"Aku melepasmu, Joon. Jaga dirimu baik-baik" Satu tepukan lembut ada punggung tangan Namjoon mengiringi langkahnya pergi. Hoseok tak lagi menoleh ke belakang, sebab ia sendiri telah tenggelam dalam kehancuran. Dadanya begitu sesak hingga sulit bernafas. Setidaknya ada kelegaan meski secuil di antara setiap luka.

• K R A C H T •  JINV • ABOWhere stories live. Discover now