"Dasar, perebut kebahagiaan orang! PHO!"

Yossi membuka pintu dengan pelan. Matanya menatap takut kala melihat pecahan kaca berserakan di depan kamar, disertai dengan tatapan tajam dari Tiara.

Tiara yang memakai sepatu, melangkah maju dan menarik rambut Yossi menyeretnya tanpa peduli jika kaki Yossi terluka karena pecahan kaca.

"Auuhhh, Kak. Kakiku sakit, Kak. Sakit ...!"

Brukk!

Yossi terhempas ke lantai dengan kaki yang berdarah. Ia hanya bisa menangis dan bertanya.

"K-kenapa, Kak? Apa salah Yos ...."

"Gak tau diri!" bentak Tiara menampar Yossi dengan kuat. Sementara Desta hanya menonton santai kejadian ini sembari mengelus perutnya yang buncit.

"Lo udah ngerebut Zio dari gue! Pelakor, perebut kebahagiaan orang!" bentak Tiara, sekali lagi.

Tiara mengambil sepotong kaca yang pecah, lalu mengarahkannya ke pergelangan tangan.

"Kasih Zio ke gue atau nyawa gue yang melayang!" ancam Tiara terlihat tak main-main.

Mungkin gila, tapi siapa saja bisa gila hanya karena cinta.

Yossi tak tahu harus bagaimana. Di satu sisi, dia dan Zio saling mencintai. Di sisi lain, ada Tiara-- anak kesayangan ayahnya.

"Kak?"

"Ara! Jangan sayang, nanti kamu luka." Desta yang sedari tadi diam kini mencoba mencegah.

"Aku gak peduli! Aku mau Zio, sekarang!" teriak Tiara tak mau mendengar penjelasan siapapun.

"ARA!" pekik Desta ngilu.

Nyaris lengan Tiara tergores, Dodi datang menanyakan apa yang sedang terjadi. Netranya tertuju ke arah pecahan kaca di tangan Tiara. Panik, tapi ia tidak tahu mengapa Tiara melakukan hal itu.

Tiara menyatukan kedua tangan dan memohon dengan wajah memelas, "Tiara gak pernah minta apa pun sama Papa, selain uang. Kali ini dan untuk yang terakhir kali, Tiara mau minta sesuatu. Tolong kabulin, Pa."

"A-apa?" tanya Dodi cemas.

"Kasih Zio ke Tiara, Pa. Tiara gak sanggup hidup tanpa Zio," jawab Tiara masih dengan posisi tadi.

Dodi terdiam. Kali ini ia tidak bisa membela siapapun termasuk Yossi. Bukan karena kasihan pada Yossi, tapi jika Dodi memaksa Yossi berpisah dari Zio maka cuannya dalam berbisnis akan hilang.

"Seberapa tak sanggupnya kamu, hidup tanpa Zio atau tanpa uang?" Tanpa menyetujui, Dodi justru balik bertanya.

Sungguh, di luar harapan Tiara.

"Ada Zio pasti ada uang, Pa?!" jawab Tiara membentak.

"Gak papa tiri, gak adek tiri, kalian itu sama! Sama-sama jauhin aku dari kebahagiaan!" lanjut Tiara menyalahkan keluarganya. Aksi yang tadinya tertunda Tiara lanjutkan.

Desta sebagai ibu kandung Tiara tak terima melihat putrinya menderita. Desta menghentikan aksi Tiara dengan menjanjikan bahwa Zio akan menjadi miliknya.

"Sebegitu sayangnya kamu dengan anakmu dibandingkan uang, Des? Zio bisa-bisa tidak mau kerja sama dengan kita lagi kalau dipaksa pisah dari Yossi!" tegur Dodi kali ini benar-benar tidak peduli. Yang dipikirkannya hanya uang, uang, dan selalu uang.

"Denger ya, Mas!" Desta menekankan kata-katanya.

"Di luar sana, banyak laki-laki yang lebih mapan dari kamu, Mas! Kalau aku kehilangan Tiara, aku kehilangan putriku selamanya. Kalau aku kehilangan kamu dan uangmu, aku bisa cari lagi!"

Wound In A Smile [On Going]Onde histórias criam vida. Descubra agora