Episode 27 ° Bodoh

13 0 0
                                    

Happy Reading🌼

Jangan lupa sebelum ke part selanjutnya tinggalkan Vote dan Comment Kalian
______________________________________

"Bodoh" Celetuk Raksa membuat Rakka tersenyum miris. "Gue tau, gue emang sebodoh itu" Balas Rakka membuat adiknya itu menatap sebal ke arahnya. Ia sebagai kakaknya sadar tidak pernah membuat adiknya merasakan kebahagian ia selalu saja merepotkannya. Namun ia sendiri sudah tidak tau harus bagaimana lagi meskipun sudah berusaha sekeras mungkin tetapi usahanya selalu saja sia sia. Andai saja ia tidak dilahirkan di dunia mungkin adiknya tidak akan pernah merasakan hal semenyakitkan ini, ia sadar bahwa Raksa selalu berusaha yang terbaik kepadanya tetapi ia selalu keras kepala. Ia tidak pantas disebut saudara kembarnya lebih pantas orang bodoh yang menunggu kematian datang kepadanya. 

"Dev cuma karena perempuan, keinginan lo buat sembuh sedikit" Raksa tidak tau harus membujuknya bagaimana lagi karena sifat keras kepala Rakka yang menyebalkan membuatnya muak bahkan ia sedikit menyerah, ia ingin Rakka menuruti perintahnya tidak ada kata menyerah dan terlambat untuk sembuh. 

"Gak gitu dev-"

Raksa mendesis sebal ke arah Rakka, "Terus, lo takut perempuan itu ngerasain sakit karena lo. sampai sampai lo lupa. Rasa sakit yang diderita itu perempuan gak sebanding sama rasa sakit yang lo derita. Dev pliss jangan jadi orang seputus asa dan sebodoh ini. lo bukan devan yang gue kenal. jadi devan yang dulu lagi dev" 

Raksa menginginkan Rakka yang pantang menyerah seperti dulu, ia ingin melihat senyumnya yang terus memudar itu. Raksa benci setiap kali Rakka terus menyerah, semenjak ia kehilangan perempuan kesayangannya itu. kondisinya terus menurun ia juga jadi sering menjadi pribadi yang menerima keadaan atau mempasrahkan diri kepada tuhan tanpa usaha dulu. 

Rakka yang dulu ia kenal adalah Rakka yang selalu menyemangatinya belajar, Rakka yang selalu tersenyum, Raksa yang tidak pernah putus asa dan Rakka dengan kata bijaknya. Selama ini Raksa hidup hanya satu karena ingin selalu berada di sisinya seperti perintah bundanya sebelum pergi jauh. Berjuang bersama agar penyakitnya itu hilang dan mewujudkan cita cita keduanya sejak kecil.

"Jev.. maaf" Hanya itu yang Rakka bisa ucapkan karena ia sendiri bingung bagaimana mengungkapkannya, ia sudah lelah dengan penyakit yang ia derita terlebih lagi ia takut menemui gadis yang ia sayang. Hal yang paling ia takuti adalah melihat gadis itu mengingatnya dan menangis. 

"Karena penyakit yang lo derita itu bisa membuat lo putus asa. dan bukan devan yang gue kenal tapi dev, lo kuat ditinggalin perempuan yang sampai sekarang nggak tau kebaradaan lo, gak tau lo hidup atau udah gak ada dan sekarang lo gak mau ke jakarta karena adanya perempuan kesayangan lo itu disana, gue gak habis pikir"

Benar apa yang diucapkan raksa benar ia sudah menjadi lelaki bodoh yang lebih memilih merasakan sakit dibanding kesembuhan hanya karena satu perempuan, benar Rakka gila, rakka sudah tidak waras. ia benci dengan dirinya sendiri 

"Jev itu dua hal yang berbeda" 

Raksa mendecih dengan senyuman miring, siapa perempuan yang berani membuat Rakka menjadi seperti ini, "Perempuan brengsek" Sahutnya dengan amarah. Rakka sedikit terkejut melihat manik mata kemarahan adiknya tetapi memang wajar jika dia seperti itu, "Dia gak sebrengsek yang lo pikir Jev" Rakka ingin berusaha membuat Raksa mengerti bahwa perempuan yang ia sayang itu tidak seburuk yang Raksa pikirkan. 

"Iya dev, perempuan lo itu lebih berharga dibanding kesembuhan lo" Balas Raksa sarkastis. 

Rakka menghela nafas berusaha menahan segala amarahnya, "Jev pliss jangan samain penyakit gue sama dia" Ucap rakka, lawan bicaranya malah memalingkan wajah manik mata kemarahan masih terpampang jelas. "Lo gak tau apa yang terjadi sama gue dan perempuan itu selama ini, dimana gue belum sepenuhnya harus berbaring disini. Gue berjuang di bandung sendiri, nenek dan bunda pergi dan lo di jakarta. cuma dia penyemangat gue jev. lo gak tau sebaik dan semanis apa dia yang selalu ada di samping gue"

Raksa mengalihkan pandangannya ke arah Rakka tajam, tangannya terkepal kuat berusaha agar tidak melewati batas kemarahannya, "Sekarang gue tanya, disaat lo putus asa kayagini dimana perempuan lo itu?"

perkataan Raksa berhasil membuat Rakka manahan rasa sakit dadanya rasanya seperti tertusuk jarum setelah di sadarkan oleh kenyataan, Raksa melanjutkan, "Kalo lo mau terus ada disamping dia. satu hal yang harus lo inget! Lo harus sembuh"

Apa yang dikatakan Raksa benar ia harus sembuh dulu agar bisa terus dengan perempuan itu, "Gue gak yakin dev, dia pasti sepenuhnya lupa sama gue" Jawabnya sedikit lesu.

"Hapus pikiran lo itu"

"Oke gue mau ke Jakarta"

***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 07, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MAYSAKAWhere stories live. Discover now