Episode 10 ° Sister Brother

55 6 0
                                    

Happy Reading🌼
Jangan lupa sebelum ke part selanjutnya tinggalkan Vote dan Comment Kalian
____________________________________

Bulan bersinar dengan indahnya, awan putih serta langit biru setia bersamanya. Angin berhembus lembut meninggalkan udara dingin nan sejuk. Di depan jendela terdapat gadis yang menatap bulan sambil termenung.

Gadis itu memikirkan bagaimana bisa ada lelaki dingin yang segila itu saat ia dihukum oleh guru Matematika. Dan di waktu tepat laki-laki itu menatapnya dengan sorotan mata yang khas jantungnya kembali berdetak tidak karuan. Kenapa harus Raksa yang membuat detak jantungnya bergerak cepat seperti ini!?

Terlepas dari pikirannya, masih ada satu hal yang menghantuinya selama beberapa hari ini yaitu teka-teki mengenai apa hubungan sebenarnya dirinya dan Raksa. Bagaimana bisa orang semenyebalkan dia, memiliki hubungan khusus dengannya.

Sejak hari dimana Raksa dan May berbicara empat mata di belakang sekolah. Kembali datang ingatan yang tiba-tiba masuk yaitu ada seorang lelaki yang memintanya untuk meredakan amarah di tempat yang sama namun kota yang berbeda. Bayangannya seperti sekolah di Bandung namun wajah lelaki itu buram membuatnya tak bisa untuk ia kenali.

Selalu datang ingatan yang aneh setiap kali berpapasan dengan Raksa dan hal sama yang terkait dengan ingatan masa lalu itu. Sehingga membuatnya yakin bahwa ia dan Raksa pasti ada sesuatu.

Ia juga merasa ada seseorang yang menghapus ingatannya seperti ini siapa lagi kalo bukan Arka karena hanya dia yang bisa selain May. Meskipun ragu tetap saja rasa penasarannya terus mengalir di pikirannya membuatnya berniat menanyai hal itu meskipun harus bertengkar dengan Arka. Ia juga akan menanggung risiko jika Arka akan begitu marah padanya karena ia tau Arka tidak suka pertanyaan seperti itu.

Jika ia merendam semuanya mungkin ia bisa saja mati dalam keadaan penasaran. Pertanyaan terus terlintas hingga ia menyatat semuanya di diary berwarna kuningnya.

Di hari itu adalah hari pertamanya di Jakarta May juga belum sempat berkenalan atau akrab dengan siapapun kecuali Anya. Bagaimana bisa ia memiliki hubungan dengan orang pertama yang ia temui di Jakarta. Kenapa harus Raksa? Di Bandung tidak ada orang sepertinya?

Siapa sebenarnya Raksa?

Ada hubungan apa dirinya dengan Raksa?

Kenapa harus Raksa orang yang tersangkut dalam ingatannya yang terhapus?

Hubungan seperti apa yang sebenarnya Ia dan Raksa punya?

Apakah Arka pernah menghapus ingatannya?

Tetapi mana mungkin Arka mau menghapus ingatan May kalau tau adiknya akan demam selama seminggu. Saat demam sehari saja Arka sudah sangat panik apalagi seminggu. Tetapi bisa saja bukan!

May mengacak-acak rambutnya frustasi sebenarnya ada apa dengannya. Semakin banyak pertanyaan yang masuk hingga terbentuknya teori yang tidak jelas semakin dirinya merasa harus mencari tau kebenaran. Terlebih lagi May tidak suka ada pikiran yang menghantuinya mau apapun masalahnya.

***

May mehembuskan nafasnya meredakan rasa takutnya saat berusaha mengetuk pintu abangnya. Ia sudah bertekad akan menanyakannya meskipun harus dapat gejolak emosi dari abangnya. Daripada ia harus terus dihantui semua pikiran itu lebih baik ia bertanya langsung.

Tok tok tok

"Bang.. Bang Arka!" Panggil May dengan nada sedikit gugup karena melihat pintu itu tidak terkunci, ia berniat untuk langsung masuk saja. Ia mendapati Arka yang sedang memijit kening dengan banyak tugas skripsi disana, ia mau mencoba mengurungkan niat namun usahanya saat masuk saja, sudah susah. ia tidak ingin menyia-nyiakannya.

Arka menutup bukunya, "Apa?" Ia menoleh lalu mendapati adiknya yang berkeringat padahal di kamarnya terdapat AC, kenapa May terlihat menatap dengan kecanggungan seperti itu.

May duduk di kasur Arka lalu memainkan jari berusaha sedikit melawan ketakutannya. "Jawab jujur ya?" Ucap May sedikit ragu.

Arka menaikkan alis namun tak mau bertanya lebih jelas, karena sekarang moodnya sedang tidak baik sehabis dimarahi dosen karena skripsinya yang tidak rapih dan dibilang buruk sekarang ia harus merevisi lagi.

"Hm"

May menelan salivanya berat apakah baik ia menanyakan ini di depan Abangnya yang menatap datar tanpa senyuman biasanya itu. "Jangan marah tapi.. " Ucap May sambil memainkan kedua tangannya itu.

Arka geram, "Apa lo mau nanya apa?!"

May menarik nafas lalu menghembuskannya sedikit kasar, lalu memejamkan mata

"ABANG PERNAH HAPUS INGATAN MAY KAN?"

Untuk melawan rasa takutnya ia berteriak, mungkin seisi rumah mendengar ucapannya. Bunda dan Ayah yang berada di ruang tamu terlihat melihat ke arah pintu kamar Arka yang berada di lantai dua begitupun Bi Asih yang sedikit terkejut saat menyiapkan makan malam.

Arka tak membalas ia merubah raut wajah datarnya menjadi marah menatap adiknya yang sudah ia beri peringatan untuk tidak menanyakan itu.

"Gue gasuka pertanyaan lo!" Desis Arka jutek.

Mendengar itu May menaikkan wajahnya menatap abangnya, "Bang please" Pintanya dengan wajah sangat memohon.

"Enggak! Gue gapernah" Serunya menatap adiknya tak suka.

May menatap sinis, "BOHONG!" Lantangnya membuat Arka mengusap kasar wajahnya.

"Kalo gue bilang nggak berarti nggak. Perlu diulang berapa kali!!" Lagi lagi Arka merespon adiknya dengan emosinya.

May merutuki Arka di depannya, "Sekarang May tanya!! Kenapa setiap kali May kasih pertanyaan ini abang selalu marah. KENAPA! Apa susahnya tinggal jujur!!!" May ikut berapi-api, membuat Raksa sedikit tersentak karena adiknya mulai tak memiliki rasa takut lagi terhadapnya.

Susah emang susah buat jujur Batin Arka

Arka menatap manik mata keseriusan adiknya menunggu jawaban, "Karena gue benci pertanyaan lo! Ganti topik"

May mendecih ke Arka yang membuang muka kepadanya, "Gak mau ganti topik, May mau abang jujur sekarang, Jangan nambah beban pikiran May, Abang jawab jujur May mohon!!"

"GAK PERNAH VI GAK PERNAH" Teriak Raksa menegaskan kepada adiknya yang bersikeras agar jujur. May pikir hanya dia yang punya beban pikiran, Arka pun sama.

BRAKK

"STOP PUNYA MASALAH APA KALIAN!!" Seru Bayu berdecak pinggang melihat kedua anaknya yang mengadu mulut sejak tadi.

Bayu dan Siska masuk lalu mendapati kedua anaknya yang bertatap benci disana. Keduanya menghampiri mereka, Bayu yang mendekati putranya dan Sinta yang mendekati putrinya. Kedatangan mereka membuat keduanya terdiam dalam kemarahan masing masing.

Sinta mengusap halus rambut putrinya, lalu menatap khawatir "May ada apa? Arka sampai teriak gitu" Tanyanya yang terlihat putrinya itu mengerutkan bibir sambil mengalihkan wajah, sorot matanya masih terlihat kesal.

"Abang gak jujur sama May"

"Gue udah bilang gak pernah, masih ngotot minta jujur!"

"Emang gak jujur kan"

"Dasar keras kepala"

Bayu dan Sinta menggeleng tak habis pikir melihat keduanya seperti itu padahal sejak kemarin masih terlihat akur dengan humor keduanya namun sekarang malah terlihat seperti musuh bebuyutan.

"Bang kok gitu ngomong sama adik sendiri"

Arka hanya memalingkan wajah tak peduli dengan ucapan bundanya itu. Lalu Bayu dan Sinta saling bertatapan memberi kode satu sama lain.

"May ikut bunda, ayo ke kamar kamu"

"Arka sama ayah disini, Ayah gasuka ada pertengkaran antara kalian berdua. Ini harus yang terakhir. Ingat!!"

____________________________________

MAYHRV

MAYSAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang