Episode 14 ° Hapus Ingatan

52 7 0
                                    

Happy Reading🌼
Jangan lupa sebelum ke part selanjutnya tinggalkan Vote dan Comment Kalian
______________________________________

Hari Sabtu adalah hari libur terbaik sepanjang masa karena tidak perlu memikirkan hari esok, tentu saja besok itu adalah hari Minggu. Perempuan yang memakai baju dress selutut itu mangambil tas selempangnya. May berniat untuk pergi ke toko buku. Karena di rak bukunya tidak ada yang bisa ia baca lagi, semuanya sudah ia baca. Sepertinya ia juga perlu membeli diary. Sebelum berangkat terlebih dahulu ia berpamitan dengan kedua orang tuanya dan bundanya pun meminta tolong padanya untuk mengantarkan sebuah pesanan untuk tante Dhira.

Ia berjalan menuju mall meskipun tidak dibilang dekat tetap saja ia harus menghirup udara segar di hari sabtu dengan menatap sekeliling yang terdapat banyak gedung dan di setiap lorong jalan yang banyak pepohonan tinggi. Hembusan angin lembut dengan membawa dedaunan itu menambah kenyamanan pada siapapun disana. Wajahnya berubah kaget, matanya melebar. Wajah khawatir bercampur panik terpampang jelas, ia berlari kencang ke jalan raya,

BUGH

Seorang Anak kecil hampir tertabrak di depannya. May cepat menarik tangan gadis kecil yang tengah menyebrang lalu memeluknya erat. Keduanya terjatuh, anak itu berada di pelukan May sehingga tidak ada luka padanya.

Untung saja mobil itu tidak melaju terlalu kencang. May membawa anak yang berumur 8 tahun itu ke pinggir jalan, banyak orang yang terkejut dan lanjut berjalan melihat anak itu baik baik saja.

"Mba, adeknya gapapa?" Tanya seorang perempuan paruh baya dengan pasang wajah khawatir. May mengangguk, "Gapapa mba" Ucapnya lalu perempuan paruh baya itu merasa lega dan berjalan kembali.

May dan anak gadis itu bangun dan duduk di kursi yang ada di dekat mereka. Gadis kecil itu tampak gemetar wajahnya terlihat penuh ketakutan. "Gak papa, kamu gak papa" Ucap May yang masih terkejut itu berusaha menenangkan.

May memeluk erat anak yang masih terlihat jelas ketakutan sepertinya ia trauma. "Ina takut" Ucap gadis kecil bernama Ina itu dengan nada gemetar.

"Enggak sayang, Jangan takut"

May kembali memeluk Ina dan menepuk punggungnya pelan, wajah Ina masih terpampang jelas ketakutannya.

Ina memeluk erat May sambil memejamkan matanya, "lna cari mama sama papa, tadi mereka ada sama Ina, Waktu Ina liat balon terus mama papa udah gak ada, di sebrang Ina lihat ada orang yang sama kaya orang tua Ina, terus Ina lari-" Jelasnya lalu menangis karena ia masih takut mendengar bagaimana mobil melaju tepat di depan matanya.

"Iya, kakak ngerti" Ucap May, lalu keduanya melepas pelukan. Mata Ina masih menatap lekat dengan gelimang air mata yang turun.

May menatap sekeliling, "Kakak minta maaf" Ucapnya, "Coba sekarang tutup mata Ina" Titahnya meminta Ina untuk memejamkan mata. Ina menuruti perintah gadis itu, May mulai memasuki ingatan Ina lalu kemudian menghapusnya. Ia menarik nafas kasar, dadanya terasa sakit ternyata seperti ini yang dirasakan Ina.

Ina membuka mata, wajahnya terlihat keterkejutan. "Kaka?"

Dari jarak yang tak jauh terlihat seorang berlari ke arah mereka. Lalu mengatur nafas, "May dia gapapa?" Tanya Raksa panik, May menatap mata lebar ke arah lelaki di depannya bagaimana bisa Raksa ada disini. Wajah May terlihat gelisah

Raksa memang berniat untuk ke Mall ia harus membeli sebuah diary yang diminta oleh kembarannya Devan. Dari kejauhan ia melihat anak itu namun ia malah menabrak seseorang yang membawa berkas jadi ia harus membantu orang itu dulu. Dan ia juga sudah tahu kalau yang menolong anak itu adalah May makanya ia berlari sampai seperti ini.

"Emang aku kenapa?" Anak kecil itu kebingungan menatap Raksa. "Tadi hampir ketabrak kan" Raksa selesai mengatur nafas lalu menatap heran melihat sikap Ina yang seperti tidak terjadi apa-apa.

"Nggak Ina gak ketabrak? Ina lagi duduk sama kakak ini daritadi?"

May membatu ia bingung harus bagaimana karena baru saja ia menghapus ingatan Ina. Karena takut dia akan mengingat terus kejadian yang tertimpa padanya terlebih lagi ia masih kecil untuk memiliki trauma.

"Kak" Panggil Ina lalu menatap ke arah May, "Kakak mau bantu Ina cari bunda sama papa kan?" Ucap Ina mengajak May pergi. May hanya menghapus ingatan Ina ketika tertabrak saja, karena Ina hanya ingat ia mencari orang tuanya makanya ia pikir mungkin May sedang membantunya.

Mendengar pertanyaan dari Ina itu ia sempat bingung sedikit lalu mengangguk dengan wajah yang masih kaku. "Iya a-ayo" Ucap May,

"Aneh" Gumam Raksa. Karena ia lihat jelas bahwa Ina itu akan tertabrak bagaimana mungkin ia salah lihat karena ada orang selain dia yang terhenti terkejut melihatnya. Wajah Raksa yang terpampang jelas penuh keheranan membuat May merasa sedikit khawatir.

______________________________________

MAYHRV

MAYSAKADonde viven las historias. Descúbrelo ahora