Episode 22 ° Sialan

17 1 0
                                    

Happy Reading🌼

Jangan lupa sebelum ke part selanjutnya tinggalkan Vote dan Comment Kalian
______________________________________

"Lama" Gumam Raksa yang sudah menghabiskan tiga fitbar disana dan hanya menyisakan satu untuk May.

Tak lama kemudian Bagas dan yang lainnya datang dan terhenti melihat Raksa sedang duduk di depan tempat duduk May. Hal itu Membuat mereka curiga karena keduanya  secara bersamaan tidak ikut ke kantin.

"Sa Raksa Sa Raksa dia si cowok dingin" Seru Bagas dengan nada hey tayo lalu mendekatinya dengan tersenyum tak jelas.

Dika duduk di tempat May lalu menopang dagu menatap Raksa yang membuat lelaki itu menaikkan alis, "Udah jadian sayang?" Godanya yang langsung diberikan membuat teman-temannya terkekeh.

Raksa tak mempedulikan mereka, "Lo semua liat May?" Tanyanya yang langsung diberi tatapan bingung.

Jhordie menepuk Raksa pelan sambil tertawa, "Kan elo yang daritadi sama May.  Malah nanya kita yang gak tau apa-apaan. Kocak lo" Ucapnya.

Sebenarnya kemana gadis itu sudah 20 menit ia tidak ke kelas dan bahkan teman temannya pun tak tau dimana May. Aneh kemana gadis itu pergi. Padahal toilet tidak jauh dari kelas ini.

"Anya mana?" Tanya Raksa melihat tidak ada keberadaan kekasih Jhordie itu. Tak lama Anya datang dengan tatapan herannya karena melihat geng Lisa tengah bersenda ria di luar kelas tidak seperti biasanya.

"May mana?" Tanya Anya melihat semua Alander duduk ditempatnya.

"Toilet" Jawab Raksa mungkin saja gadis itu sedang buang air besar makanya lama.

Anya menaikkan alis bingung, "Toilet lagi diperbaiki, pas gue kesana tadi" Ucapnya yang langsung membuat semua anggota Alander ikut heran.

"Udah dari tadi, Sa?" Tanya Reon ikut penasaran.

Raksa mengangguk, "Udah 20 menitan" Jawabnya yang langsung membuat semua mata disana melebar. Anya mengambil handphonenya yang berada di saku baju, "Gue telepon sebentar" Ucap Anya lalu mulai menelpon gadis yang sedang mereka cari.

DRETTTT

"Hpnya di tas" Seru Dika mengambil ponsel yang berdering itu. "Bantuin guru kali" ucap Bagas berusaha netral, namun tidak mungkin May selama ini harusnya ia izin dengan Raksa. karena ini menyangkut rasa penasarannya. 

Anya mulai gelisah, wajahnya terpampang jelas kekhawatiran. "Kok perasaan gue gaenak ya" ucapnya yang langsung diberi rangkulan Jhordie berusaha menenangkan. Hanya tinggal Alander dan Anya saja yang belum meninggalkan sekolah, hal itu semakin membuat suasana khawatir mencekam terlebih lagi Raksa yang juga terlihat gelisah memikirkan gadis yang ntah pergi kemana tanpa kabar apapun.

Anya menggigit jarinya, "May kemana sih? udah sepi gini. cuma tinggal kita kita aja sekarang. gak biasanya May kayagini" Ucap Anya karena ia tau May bukan tipikal orang yang bisa membuat khawatir semua orang. 

"Positive thinking dulu, pasti gak ada apa apa sama May" Sahut Reon berusaha menenangkan. "Gue takut May diculik terus dikurung. Dia kan punya trauma" 

"Trauma?" Tanya Raksa sedikit tersentak dengan ucapan Anya begitupun yang lainnya.

Anya menceritakan tentang trauma May, pada saat sd kelas 4 May pernah diculik ia dibawa ke sebuah gudang tua dengan banyak kayu disana. ia diikat di kursi tua, sebelumnya ia dibuat tak sadarkan diri dan saat sampai di gudang gelap itu ia mendapatkan sebuah lelaki dengan tato dan berbadan besar sambil memahat pisau yang membuatnya ngilu dan ngeri mendengarnya terlebih lagi di depannya ia mendapati seorang lelaki tua yang memainkan sakelar lampu hingga membuat gudang gelap gulita membuatnya tak bisa melihat apapun selain mendengarkan suara pahatan pisau dan pukulan bongkahan memotong kayu. ia menangis di gudang itu dan malah diberi tawaan para penculik. semenjak hari itu ia menjadi takut gelap karena jika berada di kegelapan suara itu menjadi terus menghantuinya. 

"Kita cari May di sekitar sekolah. setuju?" tanya Dika yang ikut merasakan kekhawatiran, semua teman temannya mengangguk. "Nya, coba tanya orang rumah May. takutnya May udah pulang" Ungkap Bagas yang langsung diberi anggukan Anya dan mulai menelpon Arka,

"Angkat plis" mohon Anya karena sudah dua kali panggilan itu tak dijawab semua mata Alander tak beralih menatap Anya begitupun Raksa yang tak sabar.

"Ha-halo bang arka"

"Anya kenapa?"

"May ada dirumah gak bang?"

"Gak ada tuh"

Lagi lagi Alander dan Anya dibuat khawatir mendengar bahwa May tidak ada dirumah. sebenarnya apa yang terjadi pada gadis itu.

"Anya may kenapa? Kenapa kamu nyariin biasanya kan suka berdua?"

"Anya gak tau tapi May gak ada di sekolah. ini kita lagi cari dia"

"Arka kesana kabarin kalau ada apa apa"

"Iya bang Arka"

Anya mematikan telpon itu lalu kembali menatap satu persatu anggota Alander. 

"Cari di sekitar sekolah, bawa handphone buat saling kasih kabar" Tegas Raksa lalu berlari meninggalkan mereka dan mulai mencari May, yang lain pun ikut mencari di seluruh pelosok sekolah dan tak lupa dengan handphone mereka. Suasana terasa tegang terlebih rasa deru nafas mereka yang tak karuan juga rasa khawatir yang bercampur.

Bagas mulai mengundang teman-temannya dalam satu panggilan. "Di belakang sekolah gak ada Sa" Ucap Bagas.

"oke" jawab teman temannya lalu mulai mencari lagi.

Raksa berlari menuju rooftop dan memasuki seluruh kelas 11 dan 12 di sekolahnya sedangkan Anya Jhordie mencari di ruang ekskul, Bagas Dika di belakang sekolah dan taman. Sedangkan Reon masih menunggu di kelas karena takut gadis itu akan ke kelas untuk berjaga jaga. namun karena suara teman temannya di telpon yang tak dapat menemukan May akhirnya ia berniat membantu. ia berlari melihat ke arah kelas kelas 10 namun terhenti saat sampai di toilet perempuan yang sudah gelap itu karena mendengar sebuah tangisan.

"May"

"Reon tolongg"

"May di toilet perempuan" Seru Reon tak melepas ponselnya. akhirnya semua teman-temannya mulai mematikan ponsel dan berlari menuju tempat yang Reon bilang.

Reon terus mendobrak pintu itu namun tak kunjung terbuka karena pintu tersebut berbahan kayu yang kuat. tak lama Raksa datang dengan banyak keringat membasahi tubuhnya, "May" sahut Raksa mengatur nafasnya sambil memegang dengkulnya. 

BRAKK

"Gue aja yon" seru Raksa yang langsung diberi anggukan Reon. karena pintu toilet yang kecil jadi hanya bisa satu orang mendoraknya. 

BRAKK

Bagas, Dika, Jhordie dan Anya sampai disana lalu melihat Raksa yang tengah mendobrak pintu dengan full tenaganya. Semua teman teman Raksa sedikit khawatir karena pintu itu sangat kuat bahkan Reon saja menyerah. 

"Sa gantian gue" Ucap Jhordie yang melihat darah yang keluar di lengan Raksa. "Sa gantian, jangan terlalu maksain" Dika pun ikut menyahuti karena tangan Raksa semakin parah. 

"SA TANGAN LO BERDARAH BANGSAT" Bagas tak bisa menahan emosinya karena Raksa tampak tak mempedulikan mereka. 

BUGH

"sialan"

akhirnya pintu terbuka, Raksa menyalakan lampu lalu mendapati May yang sudah pingsan disana dengan seragam yang basah. semua mata Alander terkejut melihat tubuh May yang basah kuyup terlebih lagi wajahnya yang pucat. Anya menangis melihat May seperti itu namun langsung diberikan pelukan Jhordie. 

Raksa menggendong May ke pangkuannya lalu membawanya ke rumah sakit yang tak jauh dari sekolah. Alander sekali lagi dibuat tak menyangka melihat tingkah Raksa yang berani berkorban. wajahnya yang selalu dingin dan datar kini berubah kegelisahan menatap gadis yang lemah di pangkuannya. darah yang mengalir di lengannya tampak tak dipedulikan olehnya, hal itu membuat mereka tersentak karena Raksa yang mereka kenal bukanlah lelaki yang seperti ini.

"Gue bakalan bunuh manusia yang udah buat lo kayagini, Sialan"

______________________________________

MAYHRV

MAYSAKAWhere stories live. Discover now