Jemari lentiknya meremas erat tuxedoku sebelum V menjemput bibirku untuk kedua kali. Ia usap pipi hingga rahangku ketika lumatan bibirnya berubah menjadi hisapan kuat.

Aku peluk punggungnya semakin erat sebelum mengangkat tubuh kurusnya. Kakinya yang jenjang melingkari pinggangku. Kini akulah yang membawa ia untuk duduk bersama di tepi ranjang. Dua bongkah sintalnya mendarat tepat di atas kejantananku yang telah sepenuhnya mengeras. Pinggulnya bergerak gelisah. Bergoyang lamban seraya menggesekkan privasi kami bersamaaan.

Kutarik bibirku menjauh dari milkknya, namun V segera mengarahkanku pada lehernya yang jenjang. Ku gigit kecil permukaannya sebelum menarikan liatku disana. Ia mendesah nikmat dengan kepala mendongak. Kelopaknya tertutup setengah dengan pinggul bergerak naik turun.

Aku tak tahan lagi. Kobaran birahi telah membakar sekujur diriku. Maka, kujatuhkan V di atas ranjang dengan terburu namun setelah itu ia berteriak-

"Aaawwwhh!!"

Selang infusnya tertarik sebelum akhirnya terlepas, pun begitu dengan selang ventilator yang menarik hidung. Likuid merah pekat terpaksa keluar dari nadi. V terlihat menahan sakit.

"Lieve, I'm sorry!"

,

,

Sam menatapku tajam setelah mengecek kondisi V. Omegaku telah tertidur setelah merasakan sakit pada pergelangan tangannya dan mendapat dua suntikan pada infus dan lengannya.

V meringis berujung menitikkan air mata ketika sebuah jarum runcing menembus selang infus— menyalurkan serum medis. Ia berkata dalam lemah jika suntikannya terasa sangat panas sampai membakar tulang. Setelah itu, kekasihku tak lagi menggerakkan anggota tubuhnya.

Dengan tenaga tersisa, V hanya mampu menatapku lurus dalam diam.

Aku tak menyangka jika aku baru saja membuat kecerobohan. Hatiku seakan di remas kuat hingga membuatku sulit bernafas pula.

Aku menyesal.

"Tahanlah, meneer! Aku tahu masa rut mu sebentar lagi. Tapi biarkan Tuan Muda sembuh lebih dulu. Beruntung saja memarnya tak membuat ia kesulitan bernafas"

Aku menggaruk pelipis yang sudah di basahi keringat. Aku benar-benar bodoh saat ini.

"Ya, aku menyesalinya"

"Biarkan dia pulih dalam dua hari kedepan. Kau boleh menciumnya tapi tidak dengan menggumulinya. Kau bisa saja membunuh kekasihmu"

Ya, V mengalami retak di dua tulang dada di sertai pembengkakan pada paru-paru. Sebab itulah ia kepayahan dalam mengais udara. Dadanya serasa tertimbun sesuatu dan bila kau bernafas itu akan sakit dan perih. Lalu ia akan terbatuk-batuk. Hal terburuknya adalah berpotensi mengeluarkan cairan pekat merah.

Aku mengusap wajahku kasar. Ku tatap kekasihku sejenak yang kini mengenakan masker oksigen. Benda tersebut menutupi sebagian wajahnya yang kian pasi.

"Lakukan yang terbaik, Sam. Aku tak ingin lagi melihatnya dalam kondisi seperti ini"

"Maka ku harap kerja samamu, Meneer!"

• K R A C H T •  JINV • ABODonde viven las historias. Descúbrelo ahora