• Confession •

Start from the beginning
                                        

,

,

Jin POV

Mendengar suara lain mengusik kegiatan panas kami, aku terpaksa menarik bibirku dari tempat ternyamannya. Melempar tatap tajam pada seseorang yang berani memasuki kamarku tanpa ijin dariku.

Aku ingin sekali marah. Akan tetapi mendapati trolley penuh makanan mengurungkan niatku. Ku tatap kekasihku sejenak. Ia tampak kesal. Bahunya melorot dengan bibir mengerucut. Ia semakin terlihat menggemaskan. Sungguh aku ingin menidurinya saat ini juga jika saja akal sehatku berhenti bekerja.

Para pelayan telah pergi.

Aku segera bangkit dan mendorong trolley makanan sampai ke tepi ranjang. Lantas, k7 tawarkan pada omegaku yang masih saja terdiam.

"Lieve, it's time to eat!"

V menatapku dengan manik berbinarnya.

"Bisakah kau menyuapiku?"

Aku terkekeh. Ia benar-benar seperti anak kecil merengek saat ini.

"Of course. Aku akan menyuapimu"

V bertepuk tangan kecil sebelum menegakkan posisi duduknya dengan baik. Sungguh, dia seperti anak anjing yang selalu menuruti tuannya.

Apakah dia benar ia telah menginjak dewasa? Aku rasa  dia masih kanak-kanak.

Kuambil satu piring menu. Lalu menyendokkan isinya pasa mulut V.

Ia tersenyum, hingga bola matanya menghilang. Pipinya tirus yang merona itu pun turut terangkat.

"Makanan ini terasa jauh lebih enak jika kau yang menyuapiku, Jin"

Aku menaikkan sebelah alisku.

"Benarkah? Aku rasa akan jauh lebih enak jika kau duduk di atas pahaku seperti biasanya"

Omegaku terkikik. Ia menutupi bibirnya yang mengembang lebar dengan telapak tangan.

"Aku rindu melakukannya. Lalu memeluk lehermu erat"

"Jika begitu, segera sembuh."

V mengangguk dengan satu suapan memenuhi rongga mulut.

"Kau tahu, aku ingin menyerangmu saat ini juga jika saja aku tak ingat kau sedang dalam masa pemulihan."

"Kenapa tidak kau lakukan saja?"

Aku menjatuhkan pisau dan garpu di atas piring sampai berdenting ketika jemari lentik itu menceraikan satu per satu anak kancing pada piyamanya. Pemandangan pertama yang kulihat adalah dada mulusnya dihiasi memar kebiruan yang masih kentara.

Aku bangjit untuk membuang wajahku ke arah lain sebelum menyambar sebotol air mineral dan meneguknya hingga tandas. Sedangkan V tampak kebingungan. Ia berusaha meraih lengan tanganku,

"Meneer, apa aku melakukan kesalahan?"

"Tidak, Lieve. Lebih baik tutup dadamu sebelum aku membuatmu semakin sakit."

• K R A C H T •  JINV • ABOWhere stories live. Discover now