Tangan dua manusia itu saling mengait, ah, tepatnya yang satunya terpaksa melakukan.

“Beli buku kisi-kisi, Mon.” Tanisha menyeret Damon menuju toko buku. “Lo gak beli? Bentar lagi ’kan ujian.”

Damon hanya menggeleng, raganya memang di sini, tetapi fokusnya kepada Keira.

Tanisha menatap Damon sayu. “Lo terpaksa, ’kan?” tanyanya pelan sambil perlahan melepaskan tangannya.

Damon diam, tanpa menjawab pun, ia yakin Tanisha sudah tahu. Gadis itu cerdas. Tapi menjawab jujur kalau sebenarnya gadis itu dijadikan ajang taruhan juga dia tidak tega bilang. Namun kalau hubungan palsu ini diteruskan, bukankah ia, Tanisha, dan Keira hanya akan mendapatkan sakit?

“Lo mau jawaban?” tanya Damon.

“Ya.”

“Lo cantik, baik, pinter,” balas Damon. “Tapi bukan tempat gue untuk berlabuh.”

Tanisha mengangguk, mengangkat kepalanya sedikit seraya mengerjap agar air matanya tidak tumpah. Dia tidak sanggup mengatakan hal lain lagi karena rasa sesak di dada.

Damon menarik Tanisha ke pelukannya, “maaf.” orang dalam pelukannya ini bergetar, tanda bahwa empunya tengah menangis.

“Apa? Alasannya apa?” tanya Tanisha lirih melepaskan pelukan Damon.

“Maaf, hubungan ini palsu. Ini semua karena taruhan,” tutur Damon jujur, lebih baik daripada Tanisha nanti tahu dari mulut orang lain.

PLAK....

Damon memejam merasakan panas menjalar di pipinya akibat tamparan keras dari Tanisha. Tidak apa-apa, dirinya memang pantas mendapatkannya.

“Perasaan gue ke lo tulus, Mon. Tapi-tapi...lo gak bisa hargain rasa suka gue dan jadiin gue ajang taruhan.” Tanisha menggigit bibirnya yang bergetar. “Lo jahat.” lirihnya lagi.

Damon mencegah Tanisha yang akan pergi. “Gue anterin pulang.”

“Gak usah, makasih!” ketus gadis itu. Kemudian berjalan cepat sebelum Damon menahannya lagi.

•••

Keira gelisah. “Ini kenapa dada gue sesek banget, sih?! Perasaan bra udah gue longgarin masih sama rasanya,” gerutunya kesal. “Mana bawaannya gue pengen nangis, padahal gue gak datang bulan. Kenapa jadi mood swing gini....”

Gadis ini lalu menarik napas panjang, menghembuskan perlahan. Kemudian membawa bantal ke pangkuannya, ia menopang dagu memandang televisi di kamarnya yang menampilkan drama komedi yang dirinya pikir dapat mencairkan suasana hatinya. Balkon kamar dia buka, agar angin malam segar dapat masuk.

Keira menggigit kuku-kukunya, mencoba meredam sesuatu yang akan keluar dari mata.

Please... gue kenapa, sih?” tanyanya seraya memukuli dadanya pelan.

Cairan yang lama ditahannya akhirnya turun, membasahi pipi putihnya. Isakan yang tadinya kecil lama-lama terdengar.

Keira menggigit bantal, memaksa tangisannya sendiri agar berhenti. Tiba-tiba dia merasakan badannya dipeluk, kepalanya dibawa menempel ke dada bidang.

“Pacar gue aneh, nonton drama komedi tapi dia malah nangis.”

Keira memukul punggung Damon. “Lepas, lepasin,” pintanya sambil tersedu.

Damon menurutinya, gadis yang masih menangis itu memandangi Damon tak percaya. Harusnya Damon mengatakan kata-kata manis, makin mengeratkan pelukannya, atau minimal menahannya untuk terus memukulnya.

Damon mengusap pipi Keira. “Sebelum nangis lo harus bilang ke gue.”

“Buat apa? Emangnya lo siapa gue, pacar juga bukan.”

“Kalau lo nangis bakal ada gue jadi tempat bersandar dan gue masih pacar lo.”

Keira memalingkan wajahnya, “lo ’kan ada cewek baru. Pergi kencan sana!” usirnya. “Lagian lo masuk kamar gue lewat mana?”

Damon menyentil dahi Keira hingga gadis itu mengaduh. “Gue lihat balkonnya kebuka. Kenapa nangis?” tanya Damon yang ikut duduk di pinggiran ranjang.

“Gak tau,” jawab Keira jujur. Tepatnya bingung sendiri kenapa bisa nangis.

Cowok yang masih berseragam itu mengusap wajahnya kasar. “Tanisha, dia jadi bahan taruhan sahabat-sahabat gue waktu main DoD.”

“Dan lo kalah main? Habis itu nembak Tanisha dengan pertimbangan apa?” selidik Keira.

“Black card gue bakalan hangus di tangan mereka.”

Keira menarik pundak Damon agar menghadap ke arahnya.

“BRENGSEK!!!”

“Gue tau,” sesal Damon.

Keira menghembuskan napas kasar. “Gue sama dia emang musuhan, makin musuhan lagi pas lo tadi pagi tembak dia. Tapi...gue ikut sakit hati waktu tau pacar gue jadiin dia permainan. Itu sakit, gimana nanti kalau hal yang lo lakuin tadi berbalik ke gue? Gue dijadiin permainan cowok lain gimana, lo tega?”

Damon kembali memeluk Keira, gak, dia gak bisa bayangin kalau cewek dipelukannya dijadikan permainan.

“Gue nyesel, gue gak bisa bayangin hal yang sama bakal terjadi sama lo. Gue bakalan berusaha untuk jagain lo, supaya karma akibat perbuatan gue enggak bikin lo sakit.”

•••

Ingat, ya, friends. Besok hari Sabtu. Dah itu aja.

Jaga kesehatan ya, apalagi virus malah kaya zetsu putih. Kabarnya ada gempa juga, semoga semua di lindungi Allah, Aamiin....

🐣🐣🐣

DAMON EPHEMERALWhere stories live. Discover now