• M I N E •

Start bij het begin
                                        

"Tidak ada. Hanya lelah saja, Jin" jawab Hoseok datar. Ia tak sedikitpun menatap alphanya, padahal jika waktu telah menginjak pukul sembilan malam ia akan bermanja di atas dada bidang Namjoon.

Alisnya terangkat menukik.

"Begitukah? Istirahat saja. Aku rasa Namjoon menggantukan pekerjaanmu!"

Baru saja bibir omega itu membuat celah, sebuah geraman dalam dengan bunyi batuk dari manusia lain yang hadir membuatku menatap tajam ke arah mereka.

"Sudah selesai?"

"Sudah!" jawab Yoongi santai. Sementara Jimin segera menyambar satu botol air mineral dingin dan meneguknya sampai tak bersisa. Beberapa tetesnya bahkan membasahi piyama.

"Mulailah rapatnya, Jin!" serunya dengan dada naik turun. Dia benar-benar binal. Sempat aku ingin bercumbu dengannya, tapi itu sudah masa lalu. Jimin adalah tipe omega yang mudah sekali bosan. Sedangkan Yoongi, dia adalah alpha berdarah dingin namun ia selalu mengikis ego dan amarahnya demi memiliki Jimin. Omega yang ia cintai.

Aku memangku dagu dengan kesepuluh jari yang terlipat di atas meja.

"Bagaimana rencana besok? Apakah segalanya sudah matang?"

Hoseok yang masih mematri fokusnya pada  komputer jinjing menarik garis senyum tipis.

"Aku sudah menyadap kamera pengawas kantor kepolisian Distrik Joordan. Saat petang nanti, aku rasa kita bisa melancarkan aksi ini"

"Database yang masuk pada software sedang aku gandakan saat ini. Dan ini membutuhkan waktu, Jin. Lebih dari seratus tera"

Aku mengangguk dengan mata terpejam.

"Pastikan segala informasi mengenai diriku sudah kau amankan."

"Aku sedang mencobanya. Kau tahu, hacker mereka cukup handal akhir-akhir ini"

Kami pun berdiskusi lebih lanjut dengan catatan dan skema panjang yang berhasil Namjoon siapkan.

Denah kantor kepolisian distrik Joordan sudah ditangan. Segala titik kamera pengawas dengan sensor inframerah pun tak luput dari atensi anak buahku. Beberapa petugas yang berjaga pun mereka tampilkan satu per satu pada layar kantor. Sebab penyerangan besok tidak bisa di remehkan begitu saja.

Yoongi turut menyambung dengan segala senjata yang sudah ia siapkan. Beberapa silent gun versi terbaru dan samurai— teman sejatinya. Tak lupa granat juga para anak buah yang siap menyokong penyerangan esok.

"Aku rasa lima puluh anak buah sudah cukup, Jin. Apa kau akan membawa Lieve-mu besok?"

Dahiku berkerut dalam. Membawa namanya dalam dunia kejam seperti ini seakan bertabrakan.

"Sebaiknya V ikut saja. Kau tahu, Lucas tak pernah lelah mengawasimu. Dia sedang menunggu celahmu di balik mejanya" terang Hoseok cemas.

"Kenapa aku merasa ada campur tangan Lucas dalam hal ini?!" seru Jimin.

"Ya aku tahu Jacob memang polisi yang brengsek dan cukup ketat. Tapi bisa saja ia sedang bersekutu dengan Lucas, mengingat Mr. Neil di pindahkan ke perbatasan barat Rotterdam bukan tanpa alasan murahan, Jin. Aku yakin, dia di balik ini semua." sambungnya serius.

"Seok, bukankah kau tahu apa yang harus kau lakukan?"

Hoseok segera mengangguk.

"Kita akan mengawasi pergerakan mereka satu per satu."

Namjoon yang sebelumnya fokus menyaring pembicaraan kami, kini berucap.

"Aku rasa kita tak perlu membawa, V! Dia akan merepotkan!"

• K R A C H T •  JINV • ABOWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu