• 'PRESENTS' •

Start from the beginning
                                        

Kesepuluh jarinya meronta, menggores punggung tanganku dengan kuku panjangnya. Sendirinya bahkan sudah kesulitan menggapai udara.

"Jin, kau bisa membunuhnya! Lepaskan!" Namjoon menarik tubuhku agar aku menjauh dari Lady. Saat omega sialan itu menitikkan air mata, aku melepas tanganku dari wajahnya.

"Dengar, tak butuh banyak tenaga bagiku untuk mematahkan rahangmu itu b*tch!"

Lady menatapku takut. Ia memohon ampun disela isaknya.

"Pergilah! Aku muak melihatmu! Jangan lagi muncul di hadapanku atau kau akan mengulitimu hidup-hidup!" gertakku yang berhasil membuat wanita itu mengambil langkah seribu.

"Dan kau, Joon!"

Namjoon melebarkan obsidian saat iris elangku menusuk miliknya.

"Kau tahu apa yang harus kau lakukan!" Ia mengangguk dengan tubuhnya menekuk sembilan puluh derajat.

"Maafkan aku, Meneer"

Dan di saat yang sama, tablet besar di atas meja menyala. Segera bagi Joonie untuk mengecek surel yang masuk. Fikirku berkecamuk. Sekujur ragaku dialiri darah dingin yang mencekam. Sebuah rasa aneh yang belum pernah aku rasakan selama tuga puluh tiga tahun ini.

"Jin, kita dalam masalah!"

"Apa?!"

"Orang yang kita kirim hari ini untuk bernegosiasi, telah di tangkap di Pelabuhan Rotterdam dan di jebloskan ke penjara. Kepolisian akan menjeratnya dengan tuduhan penggelapan senjata illegal dan narkotika."

"Biarkan saja!"

Aku tahu, anak buahku akan menyimpan rapat identitasnya sekalipun harus bertaruh nyawa. Maka aku tak begitu khawatir dengan ancaman sepele tersebut. Toh nantinya ia akan terbebas dengan berbagai macam cara. Namjoon terus menggerakkan jemarinya cepat di atas tablet dengan gurat gelisah yang kentara.

"Jin, masalahnya adalah mereka menyita barang kita dan mulai mengusut kasus ini! Kasusnya telah sampai di atas meja kepolisian Distrik Joordan!"

Aku menggeram.

"Ada apa dengan kepolisian Joordan, huh?! Bukankah seharusnya pihak Rotterdam yang mengusut?!"

"Sebab Jacob yang memimpin penyelidikan kasus ini, Jin. Ia mengambil alih. Sebagian kecil barang bukti telah di kirim kesana untuk di teliti lebih lanjut!"

"Aku ingin apa yang menjadi milikku, tetap berada di tanganku!"

Aku tinju meja kantor sampai kaca pecah menjadi berkeping-keping. Aku tak peduli dengan darah yang mengucur dari tanganku.

"Susun rencana segera! Awasi pergerakan mereka! Aku sudah muak dengan tingkah polisi keparat itu!"

,

,

Author POV

Door! Door!

Bunyi letupan senjata laras panjang berhasil menggulingkan boneka sasaran yang berdiri sejauh seratus meter dari si pelaku berhasil memukau sang pelatih. Ia bahkan menarik garis sumringah pada bibirnya yang tipis serata bertepuk tangan.

"Bravo! Bravo! You did well, V!"

V tersenyum senang hingga kelopaknya membentuk bulan sabit. Ia bawa senjata laras panjang itu dengan satu tangan penuh bangga.

"I thought i would mess it, but this was cool."

Ia tertawa ringan sambil menutup bibirnya yang membuat celah. Entah mengapa ia memuji dirinya sendiri.

• K R A C H T •  JINV • ABOWhere stories live. Discover now