• 'PRESENTS' •

Mulai dari awal
                                        

Aku merebut ponselku di tangannya dan segera membalas pesan dari Lieve-ku.

"Itu dulu. Tentu berbeda dengan sekarang" jawabku setelah berkirim pesan.

"Begitukah? Lupakan saja semuanya! Mari mulai lagi dari awal. Aku rindu bibir tebal ini menyesap milikku." Jari telunjuknya menekan bibir bawahku satu kali. "Aku rindu bibir tebal ini membuat tanda merah pada tubuhku" lanjutnya seraya menjilat bibirku sekilas.

Tak butuh lama bagi Lady untuk menjemput belah bibirku. Ia lumat bibir bawahku lamban seraya meraba leher hingga tengkuk. Aku tak membalasnya selama beberapa detik. Berharap ia akan melepaskan peraduan kami dan aku akan pergi.

Nyatanya aku salah besar. Ia semakin berani dengan membuka lebar kedua pahanya untuk menghimpit milikku, lalu menjatuhkan bongkah sintalnya di atas paha dalamku.

Pinggulnya yang ramping bergerak lamban, seirama dengan melesaknya benda liat pada rongga mulutku.

Sial! Aku mengeras!

Maka ku remas dua bongkah sintalnya lebih dulu sebelum menelusupkan kelima jariku ke balik gaunnya yang sudah tersibak sebatas perut. Sedangkan kelima jariku yang lain kini telah nyaman meremas dadanya yang penuh. Memilin putingnya yang mencuat. Sesekali menyentilnya gemas.

Lady melenguh di sela-sela ciuman kami. Aku semakin tak sabar. Ku gigit bibir bawahnya agar membuat celah lebih lebar sebelum mengalihkan bibirku cepat pada dadanya. Menghisap permukaannya sampai memerah. Menelisipkan lidahku pada belahannya.

"Yeaaahh, meneer!" desisnya sambil meremas suraiku.

Ku tarik kasar gaun yang menghalangi buah dadanya sampai menyembul keluar secara utuh. Kini aku dapat menikmatinya dengan leluasa.

Liurku menetes. Aku tergila-gila dengan dadanya yang terasa pas pada tanganku.

Mengecupinya bergantian. Meremasnya seraya menghisap puting kerasnya sampai dahagaku puas. Sesekali ku gigit gemas seraya memilin yang lain.

"Aaaahh, aku sudah menduga kau takkan menolak"

"Kau menggodaku!"

Lady terkekeh dengan dada membusung. Ia meremas suraiku sampai kepalaku mendongak menatapnya, dan memasang seringai—

"Sebab aku rindu bermain denganmu"

Tepat ucapnya berakhir, Lady menenggelamkan wajahku pada belah dadanya.

Sial! Dia ingin aku hukum!

Dalam sekali sentak ku putar balik keadaan dan kini ia terbaring pasrah di atas sofa. Surainya berantakan dengan dada sintal telanjang menggoda. Gaunnya telah bersemayam pada area perut dengan kedua kakinya terbuka lebar. Seolah memamerkan kepadaku jika rektrumnya telah berkedut dan basah, ingin segera di penuhi dengan milikku.

"Meneer, apa kau akan membiarkanku kedinginan? Penuhi aku!" rengeknya sambil menarik kedua tanganku.

Aku melepas ikat pinggangku terburu, namun ponselku bergetar lagi. Aku menghentikan aktivitas laknatku  sejenak dengan Lady. Seketika aku di liputi rasa bersalah yang menggunung hanya dengan menatap potret dirinya pada layar gawai.

Aku mengusap kasar surai hingga wajahku yang memerah padam. Kedua tanganku ikut bergetar saat merangkai kata— membalas pesan darinya. Sorot iris beningnya selalu melemahkanku. Aku tak mengerti mengapa ia selalu berhasil menyihirku padahal kami sedang berjauhan.

Aku menghembuskan nafas kasar seraya mendongak. Menatap langit-langit ruanganku sebelum menutup kelopak mataku erat. Bayang cumbuan panas dengannya tadi pagi memutar dalam fikir. Lenguh manjanya bahkan masih memenuhi runguku hingga saat ini. Suara baritonnya terdengar sangat manis saat menyerukan namaku. Bercumbu tak pernah senikmat saat aku melakukannya dengan V.

• K R A C H T •  JINV • ABOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang