Jin bersiap meninggalkan markas bersama Namjoon untuk mengurus segala bisnis yang ia geluti.
Ku bawa diriku mendekat padanya untuk memakaikannya jas. Lalu menautkan anak kancingnya agar tubuh kekarnya tetap terasa hangat. Musim dingin sudah di depan mata. Jin melempar senyum padaku sebelum menangkup dua pipiku dengan tangan besarnya. Ia jemput belah bibirku dengan miliknya agar saling bertaut.
Kami berciuman.
Lumatan demi lumatan dengan mata saling terpejam sebagai tanda perpisahan bagi kami untuk memulai aktivitas masing-masing. Satu gigitan kecil pada bibir bawahku menandai berakhirnya pergulatan pencecap kami. Jari telunjuk Jin menekannya dua kali sebelum berucap-
"My Lieve, take care!"
"either you, meneer!"
Aku mengantarnya menuju pintu utama markas. Jemari kami saling bertaut erat, membuatku tersipu. Ah, rasanya seperti pasangan yang baru saja menikah. Bukankah begitu?
Satu lambaian tangan diudara kulakukan untuk melepas meneer tampanku. Lalu, ku tutup pintu besar itu rapat dan Hoseok yang berdiri tepat di depanku membuatku berjingkat.
"Oh my goodness! Kau mengejutkanku!"
Omega manis itu terkekeh. Jemarinya menggenggam dua tablet dan menyerahkan satu untukku.
"Apa yang kulihat ini? Kau tersipu. Katakan saja jika kau telah jatuh hati pada pesonanya" godanya seraya menunjuk wajahku.
Aku mengelak.
"Apa yang kau bicarakan? Bukankah hubungan ini demi sebuah perjanjian saja? A-aku tak berharap lebih"
Aku tak memungkiri ada nada kecewa padaol pengucapanku. Karena memang aku merasa sesak ketika mengingat lembaran kertas tersebut. Ingin sekali aku menyangkal, tapi kenyataan berkata lain.
"Hey, jikapun kau jatuh hati padanya, katakan saja. Bukankah itu hak setiap manusia? Aku rasa Jin pun menyukaimu. Sebab ia memanggilmu Lieve sejak pertama kali."
Konversasi di antara kami berlanjut dengan langkah lamban menyusuri markas.
"Memangnya, apa arti kata Lieve?"
Hoseok mendekapku sambil berbisik-
"It means 'darling'"
Aku menggulung senyum yang mengembang cepat pada bibir seraya menggigitnya. Aku tak ingin Hoseok memergokiku.
Rupanya benar runguku menangkap ucapnya semalam dan tadi pagi. Ia benar-benar memanggilku sayang. Bolehkah aku melompat senang?
"Hey, lieve-nya meneer! Kenapa kau melamun?" Tepukan lembut mendarat pada bahuku.
"Ti-tidak. Aku tidak melamun."
"Benar, tapi kau tersipu. Hahaha"
Tawanya meledak dan menggema ke penjuru ruangan. Ya Tuhan, omega ini benar-benar! Ku pasang wajah masamku padanya dan rupanya berhasil membuat ia berhenti tertawa.
"Maaf-maaf. Baiklah kalau begitu. Hari ini kau harus menemui dokter Sam untuk melakukan check up."
"Tapi aku tidak sedang sakit"
"Hey, apa hanya saat sakit saja kau memeriksakan tubuhmu, hm?"
Hoseok menyentil ujung hidungku.
"Lagi pula bumbum-mu harus rutin di periksakan setiap bulan. Kau mengerti maksudku bukan?"
Pipiku serasa terbakar. Kenapa dia suka sekali memperjelas segala sesuatu?
YOU ARE READING
• K R A C H T • JINV • ABO
Fanfiction• When the mafia fights for the position and love • -6th book- TAGS : -Dark Fiction -ABO-VERSE (ALPHA, BETA, OMEGA) -MPREG (Male Pregnant) -Romance -Action + Gore -Happy/Sad Ending -Death Chara -Written in Indonesian, English and Dutch TRIGGER WAR...
• L I E V E •
Start from the beginning
