• L I E V E •

Start from the beginning
                                        

"Aaanngghh"

Jemari besarnya seolah cemburu, maka mereka turut merangkak— menelusup kedalam sleeprope untuk membelai paha dalamku.

Aku terbuai. Aku merasa geli bercampur nikmat mencambuk ragaku sampai gelenyar panas kembali menguasaiku penuh. Kedua kakiku melebar, membuat celah sebatas bahu demi merasakan lebih.
Ketika rongga mulutnya berhasil mengulum daun telingaku, kelima jari lain milik Jin sukses menjepit puting tegangku dengan celah jari.

"Ssshh, aaannghh!" Aku mendesah nikmat dengan dada membusung. Sungguh, sentuhan panas Meneer membuat ragaku candu.

Dengan satu gerakan cepat, kain yang membungkus tubuhku telah jatuh keatas lantai dingin. Aku mulai panik, juga malu— kutarik wajahku untuk menatap kainku dan berusaha mengambilnya sebab hawa dingin mulai menyerang. Lengan kekar Jin menahan gerakanku dan mengarahkan kedua tanganku untuk berpegang ada besi pembatas kamar.

"Pegang dulu!"

Aku menurut.

Rupanya ia juga membuang kain yang menutupi tubuh kekarnya sambil menyambar satu cawan berisikan anggur penuh untuk ia tenggak sampai tak bersisa.  Beberapa tetes berhasil lolos dari celah bibirnya dan membasahi dagu juga punggungku. Meneer sangat seksi malam ini.

"Minumlah dulu, Lieve!"

Satu cawan berisikan setengah air anggur ia berikan padaku sedangkan miliknya penuh. Kami mendetingkan ujung cawan sebelum menyesap tak bersisa isinya.

"Ini adalah anggur terbaik yang ku punya. Kadar alkoholnya terbilang tinggi dari merek lain, tetapi rasa yang di tawarkan tidak sampai membakar tenggorokan bagi pemula"

"Rasanya enak. Dan aku rasa ini cukup ringan meski kadarnya terbilang tinggi"

Setelah menanggalkan cawan di atas meja, Jin memelukku dari belakang seraya menyusuri setiap inchi lekuk tubuh telanjangku dengan telapaknya yang lembut. Bulu-bulu halusku merangkak naik. Rasa panas kembali mengambil kesadaranku dan menggantinya dengan nafsu.

Remasan demi remasan kurasakan pada pipi pantat sekaligus dadaku. Aku terbuai. Aku merasa nikmat bagaikan terbang ke nirwana meski permainan belumlah di mulai.

"Lieve, let's start the game!"

Satu jari tengah Meneer mengusap belah bongkah kenyalku lembut. Kaki hingga paha dalamku bergetar bak dialiri aliran listrik— merasakan nikmat. Bibir tebalnya mengecupi permukaan punggungku, sesekali jemari lain mencuri cubit pada kedua putingku bergantian.

"Aaahh, yeaahh!"

Tanpa kusadari bongkahan sintalku bergoyang kecil kekanan kiri sebelum menukik tinggi saat dua jari meneer tenggelam di dalamnya.

"Kau suka, sayang?"

Aku mengangguk terburu dengan nafas berat.

"This is crazy, but i love it!"

Meneer memasang seringai saat menatapku seraya ia menyiapkan miliknya yang sudah mengacung tegak.

"Gonna f*ck you up till the sun rise, Lieve!"

Maka, pergumulan panas kami bermula kembali. Aku mengerang nikmat berkali-kali ketika kejantanan Meneer tak jemu menumbuk dinding rektrumku. Jika sebelumnya isak tangis juga rintih mewarnai, maka kali ini berkebalikan. Aku tenggelam dalam permainan Jin. Mungkin bisa disebut aku menyukai penyatuan tubuh kami yang sama-sama dibungkus birahi.

"Ooh, Jin! Jiiin, F*ck me!" racauku dengan tubuh tersentak maju mundur. Salivaku menetes. Suraiku semakin berantakan dan membasah.

"Yes, Lieve! Oh my cutie Lieve enjoy this? Can't believe it!"

• K R A C H T •  JINV • ABOWhere stories live. Discover now