Extra part

4.2K 276 16
                                    


Hallow, saya update lagi. Sebenarnya males, cuman karena pengen nulis, ya udah, update aja.
By the way, kalian setuju nggak kalau saya buat cerita transmigrasi gitu?

Cuman ya genre nya Brothership hehe. Males romance mulu, pengen buat yang bl, tapi.... MALU!

Ya sudah, Brothership saja!
Okee, selamat membaca 🔥
Bintang Jan lupa, komentar nya juga!

•°•°•°•

10 tahun kemudian...

Malam yang dingin dengan hujan deras itu membuat kebisingan bagi orang yang membenci ketenangan. Salah satu nya Danica beserta keluarga nya. Pasal nya si kembar terus saja bertengkar. Memang benar jika anak kembar Danica yang bernama Arend juga Arick masih terbilang kecil.

Namun teriakkan melengking kedua nya mampu membuat telinga seseorang tuli. Bahkan Oleander harus menyumpal mulut kedua anak nya dengan kain bersih agar diam.

"Bundaaaaaa, Arend mau adek baru." Si sulung berteriak kesal dengan tangan berada di pinggang.

Sementara si bungsu mendengus keras mendengar ucapan kakak nya. Dengan tidak sopan, Arick menendang masa depan Arend yang masih terlihat kecil. "Minggat sana! Arick nggak mau punya kakak tapi buyung nya pendek plus jelek." ketus nya.

"Huwaaaaaa ... bunda, adek nakal." adu Arend sembari memegangi masa depan nya yang kini terasa ngilu akibat tendangan Arick.

Danica menghela napas panjang. Kepala nya terasa pening, tetapi kedua anak nya belum mau berhenti bertengkar. "Arick, jangan nakal sama kakak. Dia lebih tua dari kamu. Ingat itu!" peringat nya.

"Tapi Arick lebih tinggi. Pasti yang kakak nya itu Arick, bukan Arend." sahut Arick dengan nada percaya diri.

Tetapi, jawaban dari sang adik justru membuat Arend kesal. Dengan amarah meledak-ledak, Arend melangkah dan ingin memukul kepala adik nya menggunakan remot televisi yang ada dalam genggaman nya. Namun, sebelum itu terjadi, Oleander lebih dulu menghentikan nya.

Oleander menggeleng pelan, lalu meletakkan remote televisi di meja dekat ia duduk, sebelum tangan besar nya mengusap-usap rambut lebat Arend.

"Nggak boleh pakai kekerasan, Arend. Karena bagaimanapun juga, Arick itu adik kamu." Oleander menunduk, memberi kecupan singkat di kening anak nya. "Dan satu hal lagi, kamu adalah seorang kakak. Dan kamu itu panutan untuk setiap adik-adik kamu."

"Adik-adik Arend, Yah?"

"Iya."

Arend memiringkan kepalanya sembari menatap Oleander dengan tatapan polos milik nya. "Tapi Arend kan cuma punya satu adik. Terus kenapa kata 'adik' nya ada dua?"

Duh, pertanyaan dari anak sulung nya malah membuat Oleander menyengir. Apalagi, sekarang istri tercinta nya sedang mengarahkan pisau tepat pada batang kesayangan nya. Tentu saja Oleander akan merasa takut.

Sejenak, Oleander berdeham pelan. Kemudian menatap Danica yang sedang memandang nya dengan tatapan maut. Sudah ia duga jika istri nya akan marah. Padahal hanya bertanya lewat isyarat ingin punya anak lagi atau tidak.

"Kalian mau punya dedek lagi?" tanya nya. Meskipun dalam hati ia berdoa agar Danica tidak menghukum diri nya untuk tidur diluar.

Mendengar pertanyaan itu, sontak saja si kembar langsung melompat kegirangan sembari bertepuk tangan. "Mau, Ayah!"

Danica : Bad GirlOù les histoires vivent. Découvrez maintenant