Hoseok bergelayut pada lengan sang alpha dominant untuk meredam amarahnya. Feromon gelapnya telah mendominasi markas. Suasana terasa mencekam dsn satu pun pengawal berani memisahkan mereka.
"Jin, don't do that! Kau boleh marah, tapi tidak harus kau luapkan dengan cara seperti ini. Ku mohon. Lepaskan kekasihku"
Hoseok menangis.
Bukannya iba, Jin mengibaskan lengannya dan mendorong omega manis itu agar menjauh dan tersungkur.
"Dia kurang ajar! Dia berhak penghakiman olehku!"
Hoseok merangkak cepat demi memeluk satu kaki jenjang Jin. Sambil terisak ia memohon-
"Jin, aku minta maaf atas nama Namjoon. Sungguh, aku meminta maaf. Aku tahu ucapannya telah melukai hatimu tapi jangan kau renggut nyawanya. Bagaimana nasib tim kita nanti tanpanya, Jin? Bukannya Namjoon salah satu orang kepercayaan Tuan Greg? Ku mohon, tenangkan dirimu"
Jin mendongak sebelum melempar pistol yang ia genggam ke sembarang arah. Sudut matanya berair sebab maniknya terasa panas.
Kepala mafia itu lelah.
"Sudahlah. Jangan ganggu aku dulu"
Jin meninggalkan ruang tengah dan bergegas menuju kamar. Menyisakan Namjoon dan Hoseok yang membantunya menopang tubuh untuk bangkit berdiri.
"Seram sekali Jin tadi"
"Diamlah! Lain kali, Jaga ucapanmu! Jangan terlalu mencampuri urusan pribadinya dengan V. Aku tahu, Jin bukanlah alpha yang mudah jatuh hati. Tapi sekali ia menaruh hati, ia pasti yakin dengan pilihannya"
"Kau membelanya?"
Namjoon mengerutkan dahi dengan bibir mengerucut.
"Kau ini! Wajah tampanmu hancur. Bibirmu pecah. Masih saja bisa bercanda. Kau tak mengerti bagaimana sedihku saat ini melihatmu begini?!"
Namjoon merengkuh kekasihnya erat. Mengusap punggung dan menenggelamkan omega manis itu dalam dadanya yang bidang.
"Aku baik-baik saja, sayang. Kau tak perlu cemas. Lukaku akan segera pulih sebab kau akan merawatku, bukan?"
Hoseok mengangguk. Jemari lentiknya bermain-main pada permukaan dada sang alpha.
"I love you, Joonie. Lukamu harus segera pulih"
Tetiba saja Jimin berjalan malas melewati dua insan yang sedang berpelukan mesra. Mulut kecilnya menguap lebar dengan surai acak-acakan. Sesekali ia merenggangkan otot— memutar tubuh ke kiri dengan tangan mengepal sejajar sebatas dada.
"Telenovela macam apa yang kusaksikan pagi ini?" gumamnya dengan retina melebar.
Bibirnya mendecih seraya melompat kecil menuju dapur.
"Orang-orang di rumah ini tidak ada yang waras selain aku dan Yoongi-chi!"
,
,
Senja kembali menyapa.
Jin dengan setelan rapi khas dirinya memasuki ruang rawat V sekembalinya dari ruang latihan. Ia menghabiskan selama hampir tiga jam untuk menyalurkan emosinya disana. Menghantam apapun. Menendang objek yang di tuju. Sampai sang personal trainer muang Thai kewalahan.
V telah membuka kelopaknya. Ia duduk bersandar pada punggung ranjang dalam diam.
"V..."
Omega cantik itu melirik pada sumber suara berasal. Tak samai satu sekon ia kembali menatap perban pada pergelangan tangan. Sendirinya ingin acuh terhadap prisensi manusia lain yang sufha mengusik ketenangannya beberapa jam lalu.
Benar.
V meraih sadarnya saat mentari begitu terik diatas kepala. Hal pertama yang ia lakukan ketika tersadar adalah menghembuskan nafasnya berat. Ia gagal mati. Untuk kedua kali. Sungguh omega manis itu sangat menyesali perbuatan suam-suam kukunya ini.
"V, bagaimana keadaanmu?"
Jin menarik kursi untuk duduk menghadap makhluk manis namun pucat di seberang.
Bukannya menjawab, V hanya mempertemukan iris mereka untuk seperempat detik. Selebihnya ia memiringkan diri dan memilih menatap ventilasi yang dirasa lebih baik.
Sedangkan Jin tetiba diliputi jutaan rasa bersalah. Meski sendirinya terus-menerus menyangkal.
"V, apa kau membenciku?"
"Ku kira kau lebih tahu jawabannya ketimbang aku"
Sunyi.
Tak ada konversasi lagi selain detik waktu ada jam analog pada dinding.
Menginjak puluhan detik selanjutnya-
"Aku lega, kau selamat"
"Aku tidak."
"Kenapa begitu?" Terburu dengan nada ingin tahu.
"Bukankah lebih enak mati ketimbang kau siksa aku terus-menerus. Tolong, bunuh saja aku dengan pistolmu. Aku tak punya uang untuk membayarmu tapi Sungguh aku sudah muak dengan kehidupan ini"
Hati Jin seakan mencelos mendengar penuturan tersebut. Makhluk cantik di hadapannya ini benar-benar rapuh. Alpha tampan itu tak tahu harus berkata apa untuk menanggapi,
"Jika tidak, tolong lepaskan aku. Deportasilah aku ke negaraku. Aku ingin bertemu kedua orangtuaku dan meminta maaf pada mereka. Setelah itu aku akan bekerja untuk mengganti uang yang sudah kau keluarkan"
"Apa yang kau bicarakan? Kau pikir aku melakukan semua ini hanya demi uang?!" sanggah Jin cepat seraya berdiri.
V memutar tubuhnya untuk kembali menghadap Jin. Ia luapkan segala kekesalan yang terpendam selama ini.
"Bukankah memang benar begitu?! Itu sebabnya kau selalu semena-mena terhadapku! Aku tahu, aku hanyalah budak untuk menebus hutang kedua orangtuaku! Tapi tolong, aku ini manusia juga— sama sepertimu!"
Tidak!
Obsidian bening itu memburam. Nola mata indah itu akan tenggelam dalam likuid yang segera tumpah. Maka tanpa membuang banyak waktu, Jin segera mengikis jarak untuk membawa tubuh kurus V dalam satu peluk.
"Jangan begitu. Aku tak bisa menatapmu dengan kondisi seperti itu." ucapnya lembut. Jemarinya bahkan menepuk bahu bergetar V.
V menumpahkan airmatanya dibahu sang alpha. Ia tak membalas rengkuhan hangat tersebut melainkan hanya ingin menangis.
Detik berikutnya, Jin melepaskan tautan tubuh mereka untuk mempertemukan iris mereka. Meski ia harus sedikit membungkuk. Dengan kedua tangan pada bahu sempit si omega, Jin berujar
"Dengar, aku berjanji akan memperlakukanmu dengan baik setelah kau sembuh. Aku takkan lagi menyiksamu. Tapi kau, harus menurut padaku. Mengerti?"
Butuh beberapa waktu bagi V untuk mempercayai kalimat tersebut. Ia takut jika apa yanhmg rungunya dengar saat ini hanyalah sebuah ilusi yang tak pernah menjadi realiti.
"V, jawab aku"
V menatap lurus rrtina kelam di hadapan. Mencoba menilisik lebih dalam namun tak menjumpai apapun selain refleksi diri.
"Aku akan menurut." jawabnya lirih dengan kepala menunduk.
"Great! Akan kutepati janjiku padamu"
Satu rengkuhan erat kembali membawa V dalam kehangatan. Perlahan jemari lentik yang menggantung pada bagian belakang punggung alpha merangkak naik untuk turut bersandar. Hal yang sama terjadi dengan kepalanya. Tenggelam dalam dada sang alpha kejam. Mendengar melodi monoton seraya meyakinkan diri sendiri jika semua akan segera membaik.
"My Lieve..."
To be continued...
Halo halo halo.
Aku update duluan soalnya takut lupa gk di up, hehehe. Sebab aku aku keluar kota utk beberapa hari kedepan.
Happy weekend!
Terimakasih sudah mampir + ninggalin jejak.
Sarangek 💜
19-112021
YOU ARE READING
• K R A C H T • JINV • ABO
Fanfiction• When the mafia fights for the position and love • -6th book- TAGS : -Dark Fiction -ABO-VERSE (ALPHA, BETA, OMEGA) -MPREG (Male Pregnant) -Romance -Action + Gore -Happy/Sad Ending -Death Chara -Written in Indonesian, English and Dutch TRIGGER WAR...
• A PLAN •
Start from the beginning
