• A PLAN •

Magsimula sa umpisa
                                        

Bukankah itu setelan kemarin yang ia kenakan? Mengapa ia memakainya lagi? Atau, jangan-jangan

"Jin! Tunggu!" langkah kecil Namjoon mengekori Jin yang hampir saja tiba di muka kamar.

"Apa?" jawabnya malas.

Bolamata kemerahan dengan wajah kantuk yang kentara. Jin merupakan pribadi yang menjunjung tinggi kedisiplinan dan kebersihan. Entah mengapa menatap manusia yang bersebrangan dengannya bukan diri Jin yang Namjoon kenal selama ini.

"Kau— tidak tidur?"

"Aku tidak bisa tidur. Sudahlah, aku akan bergegas untuk ke kantor"

Lengan tangan sebatas dada menghalangi Jin untuk tenggelam dalam kamar. Seringai dari kelopak sipit Namjoon tentu membuatnya merasa tak nyaman. Ia merasa pria alpha jangkung ini terlalu ikut campur dalam persoalan pribadi.

"Apa kau dari lantai basement? Apa kau menghabiskan malam berhargamu dengan menangisi budak tak berharga itu? Jawab Jin!"

Jin menarik jemarinya dari kenop pintu untuk melipat kedua tangan di depan dada. Rahang itu mengeras dengan seringai tajam pada obsidian kelamnya.

"Apa urusanmu?! Siapa kau berani mengaturku?! Stay on your line, Joon!" Satu jari telunjuk terangkat untuk di arahkan pada Namjoon.

"Aku hanya mengingatkanmu, Jin. Kau seorang kepala mafia dengan gurita bisnis yang luar biasa, sedangkan dia—" Namjoon mendecih. "Dia hanya seorang budak dari Asia, Jin! Dia bahkan tak memiliki keterampilan apapun selain merusuh.—"

Jin menyatukan kelopaknya sejenak. Sungguh fikirnya sedang bekerja keras mencerna setiap kata yang keluar dari bibir orang kepercayaannya ini. Mengapa banyak kebencian terujar disana? Alpha berlesung pipi itu terlalu berlebihan dalam menilai seseorang.

"Aku menaruh curiga besar padanya . Bisa saja dia bekerja untuk kubu musuh dengan mengelabuimu, Jin. Sadarlah! Kau harus ber—"

Bugh!

Satu pukulan keras mendarat pada tulang pipi Namjoon sampai si empu terhuyung dalam beberapa langkah ke belakang. Lubang hidungnya mengeluarkan cairan pekat bewarna merah. Mengetahui hal demikian, Namjoon terkekeh. Ia mengulas senyum tipis sebelum mengusap likuid anyir tersebut.

"Kau marah? Apa kau menyukainya, Jin?! Apa kau sedang mengharapkan cinta seorang budak?!"

Grep!

Jin meremas kuat pada kerah sleep rope untuk mengguncangkan tubuh si empu.

"Tutup mulutmu!"

"Hhh~ Jika kau marah itu artinya ya kan?"

"Keparat!"

Jin mendorong tubuh besar Namjoon samlai membentur tembok. Ia kunci lehernya dengan sikut dan menekannya kuat-kuat sampai alpha tersebut kesulitan mengais udara.

"K-kau lucu, J-jin"

Bugh!

Satu hantaman dari tangan lain kembali mendarat pada sisi kanan wajah Namjoon. Pria itu tersungkur dengan banyak mengucur. Namun sendirinya tak menyesali ucapannya, melainkan terus memantik amarah sang kepala mafia.

"Kau dan dia sangat jauh berbeda, Jin! Dia bahkan bekas Lucas!" teriak Namjoon gusar.

Jin mendekat untuk menginjak dada anak buahnya. Tak main-main, ia menekan kuat permukaan datar yang berdenyut itu dengan sepatu pantofelnya seraya mengeluarkan pistol dari dalam jas— mengarahkan tepat pada dahi Namjoon.

"Jin! Jin! Stop! What did you do, guys?!" seru Hoseok mengikis jarak dengan langkah cepat. Ia baru saja menyambut pagi tapi hal buruk telah menimpanya sejak pintu kamar terbuka.

• K R A C H T •  JINV • ABOTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon