"Hei, apa yang kau lakukan, Lieve?!"
"Seharusnya aku yang berkata seperti itu!" gertak Yoongi kesal. Ia bangkit dari kursi untuk meninggalkan lapangan— mengabaikan suara nyaring yang terus memanggil namanya tanpa henti.
"Fuck!"
,
,
Jin menatap sendu dari ujung pintu ketika ia mendapati wajah pasi V satu kali lagi. Perban melingkar pada pergelangan seakan cukup menjawab risau juga kalutnya ia pagi ini. Helaan nafas berat dengan remasan pada kenop menjadi saksi rasa sesalnya.
Mungkin ada,
walau secuil.
Seruan panik dari dokter Sam yang menghubunginya masih menggema dalam kepala.
V sekarat.
V menenggelamkan diri pada bath up dengan lautan cairan pekat.
Ia dengan sengaja melukai dirinya sendiri saat tak seorang pun mengawasi. Serapuh itukah omega manis tersebut? Sampai-sampai ia beranggapan jika tak ada lagi jalan keluar— padahal jelas-jelas ia sudah mengajukan kesepakatan agar hidupnya tak lagi penuh penekanan.
Pening.
Sungguh ia tak menduga jika penawarannya akan menggiring omega manis itu untuk berbuat sedemikian jauh.
V, bangunlah!
,
,
Semburat lembayung menghiasi langit cerah kebiruan. Perlahan mengganti warnanya dengan jingga kemerahan. Sekelompok burung merpati mengepakkan sayap bergerombol di atas awan, semakin menambah indah lukisan sang Pencipta.
Tenangnya langit petang seolah tak berlaku bagi markas The Black Diamond. Namjoon datang dengan wajah tertekuk menginterupsi ketenangan Jin yang sedang membaca buku dalam perpustaan pribadinya.
"Jin, maaf jika aku mengganggu waktu luangmu tapi aku ingin menyampaikan sebuah kabar."
Sang kepala mafia segera melepas kacamata bacanya dan menutup buku, lalu meletakkan keduanya di atas meja. Dengan kesepuluh jemari yang menyatu mengepal, ia bertanya-
"Ada apa?"
Ia tahu pria didepannya ini akan menyampaikan berita buruk. Meski begitu, ia butuh data konkret.
Namjoon menggeret kursi ke belakang sebelum mendudukkan dirinya disana. Satu helaan nafas panjang ia lakukan sebelum kembali mempertemukan iris mereka.
"Kau ingat perihal pesanan kita yang sudah memasuki wilayah Perancis minggu lalu?"
Satu alis menukik sebagai jawab.
"Barang kita telah sampai siang ini dan Kepala pelabuhan Rotterdam menahannya!"
Jin tidak bereaksi selama beberapa detik. Ia hanya meremas kesepuluh jemarinya dalam hening dengan dahi berkerut dalam. Tetapi, menginjak detik kelima belas-
"Bukankah mr. Neil yang berjaga disana? Seharusnya ia tak perlu melakukan ini jika ingin upeti lebih!"
Mr. Neil adalah kepala Polisi Air kota Rotterdam yang diam-diam menjadi pion bagi Jin dan kawan-kawan. Pria paruh baya murni pribumi itu tak keberatan dengan bisnis gelap yang dilancarkan Jin asalkan ia tepat waktu memberi upeti untuknya dan para anak buah yang turut melegalkan aksi tersebut.
Lebih dari lima belas tahun bisnis gelap ini berjalan tanpa satu pun pertugas beacukai bahkan kepolisian distrik lain mengusik. Segalanya aman terkendali sampai detik terakhir saat surat mutasi dari Petinggi Rotterdam tetiba terbit tanpa persetujuan kedua belah pihak.
YOU ARE READING
• K R A C H T • JINV • ABO
Fanfiction• When the mafia fights for the position and love • -6th book- TAGS : -Dark Fiction -ABO-VERSE (ALPHA, BETA, OMEGA) -MPREG (Male Pregnant) -Romance -Action + Gore -Happy/Sad Ending -Death Chara -Written in Indonesian, English and Dutch TRIGGER WAR...
• A PLAN •
Start from the beginning
