Part 44

91 5 1
                                    

Happy Reading❤

Typo komen!

Kita hanyalah pemeran dalam kehidupan ini. Sutradaranya adalah Tuhan dan alur nya adalah goresan takdir.
-🌼

Hari terus berganti, keadaan Senja masih sama. Tidak ada perkembangan yang lebih. 


Genap sudah satu bulan Senja tak sadarkan diri. Entah apa yang membuat dia bertahan di alam bawah sadar. Satu minggu awal Senja di rawat, Ikhsan tak pernah datang ke sekolah. Teman-teman Senja yang tau keadaan nya pun datang silih berganti. Farel yang mendengar kabar dari Kepala Sekolah waktu upacara pun langsung menancap gas menuju rumah sakit setelah upacara.

Sampai di rumah sakit, Farel di buat terkejut oleh keadaan Senja. Dalam keadaan tak sadarkan diri, dia bertahan dengan satu ginjal. Kenyataan itu sangat menampar dirinya. Orang yang Ia temui sembilan tahun silam memendam rasa sakit begitu dalam.

Sembilan tahun lalu...

Di sore yang agak mendung, angin bertiup dengan pelan. Seorang gadis kecil sedang berjalan ringan dengan tangan kecil nya membawa sebungkus makanan dan satu bungkus berisi obat penurun panas dan plester  yang Ia beli di warung. 

Mata indah nya tak sengaja melihat seorang anak laki-laki yang berjalan sedikit terseok-seok. Dengan cepat Ia menghampiri anak laki-laki itu.

"Hei, kamu!" panggil gadis cilik itu. Anak itu berbalik badan, alis nya sedikit naik dan menunjuk diri nya sendiri dengan jari telunjuk nya, seakan berkata 'kau memanggil ku'.

"Iya kamu, tunggu sebental" jawab gadis itu. Tepat di depan anak laki-laki itu, dengan segera Ia mengambil obat merah dan plester. Tangan kecil itu menyodorkan benda tersebut dengan senyum manis nya.

"Buat?"

"Buat kasih makan ikan!"

"Owh" jawab Farel dengan tampang santai nya.

"Ya buat ngobatin luka kamu lah! Itu nanti bisa infleksi" jawab Senja kecil.

"Infleksi?" tanya Farel balik. Raut wajah nya bingung seperti ada yang aneh.

"Iya, infleksi. Nanti bisa makin palah sakit nya." jawab Senja dengan tangan masih membawa dua benda tadi. Farel yang baru ngeh apa yang di maksud gadis kecil di depan nya hanya menatap datar.

"Infeksi maksud nya?"

"Ah iya itu maksud nya"

"Itu infeksi bukan infleksi. Infleksi itu apaan coba," ucap Farel kemudian berlalu pergi. Buang-buang waktu, pikirnya.

"HEH! Kamu tuh ya! Iki loh bawak'en. Aku pene muleh." Omel Senja yang sudah habis kesabaran, jadilah logat Jawa nya keluar. Yang artinya 'Ini loh kamu bawa. Aku mau pulang'.

"Emoh! Aku yo pene muleh! Awas oo amu iku! Jok nang tengah dalan!" jawab Farel tak kalah ngegas, yang artinya 'Ga mau! Aku juga mau pulang! Kamu itu awas! Jangan di tengah jalan!'.

"Ya itu obatin dulu, nanti infleksi!" Ngeyel Senja tak mau kalah.

"Infeksi," Koreksi Farel kecil dengan tatapan kesal.

S E N J A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang