Part 13

56 8 0
                                    

Happy Reading❤✨

Typo komen!

Pagi kembali menyambut. Mentari pun sudah menampakkan dirinya. Sinar yang terang menyilaukan semuanya. Namun tidak berlaku untuk remaja pencinta susu rasa taro dan bucin nya poky.

"Bi tolong bangunin mereka ya, Nana mau jalan duluan." Sembari mengikat sepatu nya. Sambil melihat jam yang masih menunjukkan pukul 05.30 wib.

"Iya non. Hati hati loh di jalan."

"Siyap, assalamualaikum" Sembari mengambil tangan sang Bibi. Itu membuat bibi terkejut bukan main.

"Eh non. Bibi pembantu loh kok di salimi?"tanya Bik Siti dengan penuh tanda tanya.

"Gapapa bi, bibi sudah aku anggap ibu aku sendiri. Gapapa kan bi?"

"Gapapa atuh non bibi jadi terharu" Sambil mengelap air mata yang keluar tanpa permisi.

"Ya udah Nana berangkat dulu ya. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Non Senja pengertian banget sih. Sholehah cantik imut lagi. Emang ya kadang orang yang di sia-sia in bakal lebih menonjol. Kalian salah besar. Batin Bi Siti dengan senyuman.

"Buk!!" Bi Siti yang sedang melamun terkejut bukan main. "Lah moro-moro teko eg sopo sing ga kaget" Hardik Bik Siti.

"Ibu kok ngelamun? Ngelamunin apa?"tanya suaminya.

"Ibu mikir non Senja. Baik cantik sholehah tapi ya bapak tau lah gimana" Raut sedih pun di tunjukkan kepada suaminya.

"Sabar buk nanti juga ke bongkar. Nanti kita ce..." Belum selesai Pak Budi melanjutkan ucapan nya terpotong oleh notifikasi yang masuk ke ponsel nya.

Aden 1 is calling

"Halo assalamualaikum bi pak. Gimana kabarnya baik? Terus keadaan mereka berdua gimana? Baik dan sehat?" Tanya seseorang di belahan bumi lain.

"Waalaikumsalam. Baik den semuanya baik alhamdulillah. Gimana kabar nya aden?"

"Alhamdulillah baik tol.."

"Eh pak, ibu sampai lupa belum bangunin Den Ikhsan sama Den Dika. Ibu bangunin mereka dulu." ucap Bi Siti kemudian berlalu menuju kamar Ikhsan.

"Iya Buk, eh astagfirullah. Aden mau bilang apa tadi? Maaf tadi kepotong." Kekehan keluar dari mulut keduanya.

"Mau minta tolong jagain mereka berdua. Sampai kita berdua ke sana ya pak?"

"Pasti atuh den"

Suara teriakan yang memecah telinga itu mulai menggelegar. Suara yang sangat ingin di dengar oleh dua insan di dunia belahan lain.

"AAA BIBI KOK GA BANGUNIN IKHSAN SIH!! KAKANG BANGUN GAK LO!! AYOK BERANGKAT KAK NA UDAH BERANGKAT!!" teriak Ikhsan yang tidak menyadari bahwa pak Budi sudah mengganti dari telepon menjadi video call dan di arahkan ke arahnya. Kedua nya di suruh membisu kan panggilan nya agar curiga.

"SANTAN LO KOK GA BILANG GUE SIH!!!!"

"Jangan terik teriak dong akang-akang. Non Senja baru keluar 10 menit yang lalu. Sekarang mandi kemudian sarapan. Atau sarapan dulu?"

"Ya udah sarapan dulu aja. Orang wis ng pawon yo maem sek lah" Kekehan keluar dari Ikhsan dengan wajah bantal nya.

"Wihh mantap nih bik. Siapa yang masak? Bibi apa Senja nih?" Goda Dika yang sudah siap dengan satu porsi sarapan.

S E N J A [END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum