Part 35

43 5 1
                                    

Happy Reading❤

Typo komen!

Akhirnya setelah menunggu 45 menit. Senja dan Ikhsan sudah ada di rumah. Koper mereka sudah di bawa masuk oleh Pak Budi. Awalnya mereka menolak tapi Pak Budi menolah. Ya sudahlah.

"Non.. Den..." panggil Bi Siti dengan membawa dua cangkir teh hangat.

"Bibi mah.. Capek banget. Pengen rebahan." Rengek Senja sambil tiduran di sofa panjang. Entahlah dia sangat malas hanya untuk berganti baju.

"Mandi dulu dong"

"Capek. Mau tidur. Besok aja. Kalo ga nanti aja ya." ucap Senja perlahan menutup mata nya. Ikhsan menghela napas. Ia meminta  Bi Siti untuk mencopot jilbab sang kakak dan di pasang kipas. Karena dahi Senja mengeluarkan banyak keringat.

"Ikhsan ke atas dulu ya Bi. Mau mandi terus tidur." Pamit Ikhsan sambil menggeret koper miliknya dan Senja menuju lantai atas.

"Iya Den."

Mata nya kembali menatap gadis di depan nya. Air mata nya meluruh. Ingatan nya mengulang memori yang sudah lama tenggelam.

"N-nana mo-hon Bi. N-nanti ga ada waktu. Nanti bu-nda makin sa-sakit." ucap anak kecil itu dengan air mata yang selalu turun. Napas nya tersenggal-senggal.

"Ta-tapi Non, itu bahaya. Ga bisa. Non masih kecil. Hiks.. Bibi mohon." ucap Bi Siti waktu itu. Ia langsung merengkuh tubuh kecil itu.

"Nana mohon Bi. Gapapa kalo Nana yang sakit. Tapi jangan saudara Nana. A-apalagi bunda sama ayah." Mohon Senja sambil berlutut di depan Bi Siti. Membuat hati nya tercabik-cabik. Sakit rasanya.

"Jangan seperti ini Non. Berdiri dulu. Ayo bibi antar." Putus Bi Siti sambil menggendong anak berumur 5 tahun itu.

Tok... Tok...

"Masuk" seru seseorang dari dalam.

"Ada kepentingan apa datang kesini?" tanya ramah orang itu.

"M-mau tanya apa sudah mendapatkan donor ginjal untuk pasian kamar teratai nomor 10?" tanya Bi Siti dengan ragu.

"Belum ada."

"K-kalo aku yang donor gapapa kan Dok?" tanya anak kecil itu dengan blak-blakan. Ucapan itu membuat mata dokter itu hampir keluar. Bi Siti semakin menangis kejar.

"Kenapa?"

"Ka-karena dia sangat membutuhkan dan banyak orang yang menanti nya untuk tersenyum, lagi" ucap Nana dengan lirih di akhir kalimat.

"Tidak bisa nak. Itu illegal kita tidak bisa melakukan nya tanpa persetujuan. Dan harus mengisi formulir bahwa ada yang setuju atau wali untuk tanda tangan di formulir ini" ucap dokter itu sambil menyerahkan selembar formulir. Nana melihat itu dengan tatapan sendu. Ia mana paham di umur nya yang masih 5 tahun. Ia hanya tau nama panjang nya, ayah, dan bunda nya saja. Yang lain nya seperti asing di mata nya.

Akhirnya mereka kembali keluar. Matanya tak lepas dari selembar kertas putih. Otak nya bekerja keras untuk memikirkan bagaimana cara mengisi nya. Ia dan Bi Siti duduk di kursi tunggu.

"Gimana ya cara ngisi nya? Kenapa Nana ga bisa ya?" Monolog nya.

"Bibi tau?"

"Endak Non. Bibi aja lulusan SD doang. Udah lupa." ucap Bi Siti. Padahal itu cuma alibi. Nana hanya ber'O' ria. Tak lama datang seorang wanita.

S E N J A [END]Where stories live. Discover now