Ugly 35 - Kita Usai, Aluna

Start from the beginning
                                    

"Mau ke mana?" heran Aluna. Gadis itu mengelap bibirnya, lalu mengejar Linggar yang saat ini sedang berjalan ke arah pintu.

"Pulang."

"Tapi kita lagi—"

"Lagi lakuin hal terbodoh di hidup gue!"

"Nggak, Linggar. Kamu nggak boleh gini. Kamu udah pakai aku—"

"Apa lagi, sih?!" sentak Linggar kasar. "Gue salah udah bodoh datang ke sini. Gue nggak mau lanjutin hal gila ini. Cukup, ya!"

"Kita udah kayak gini, Nggar. Kamu nggak bisa tinggalin aku. Kamu harus tanggung jawab!" Air mata Aluna mulai tergenang. Ia merasa hancur, merasa tubuhnya begitu kotor karena dijamah lalu ditinggalkan begitu saja.

"Yakin cuma gue yang makai lo?" ucap Linggar remeh.

Plak!

Satu tamparan mendarat di wajah Linggar, membuat lelaki itu nyaris membentur badan pintu.

"Seenaknya kamu gini ke aku, ya, Nggar. Kamu sendiri yang ajakin aku tadi. Terus kamu giniin aku sesuka hati. Aku bagi kamu apa, Nggar?!" suara Aluna terdengar serak.

Linggar menyeringai, "pelampiasan."

"Cowok brengsek!" jerit Aluna. "Kamu nggak bisa gini ke aku, ya!"

"Ya ... inilah gue. Selama kita LDR gue setia sama lo. Tapi lo nggak tahu aja, sih ...." Linggar tertawa keras. "Gue sering mainin cewek lain pas kita berantem. So what?"

Liur Aluna tersekat di kerongkongan. Benarkah ini Linggar? Tubuhnya bahkan terasa sakit bagai ditikam belati tatkala lelaki itu menertawai kebodohannya.

"Kamu te-tega sama a-aku," lirih Aluna dengan badan menggigil. Bibirnya bergetar. Ia bahkan terlalu jiik memandangi tubuhnya sendiri.

"Sama kayak lo yang tega sama Riyu. Kita ini sama-sama 'playing'. So, buat apa lo sok tersakiti begitu?" Linggar membuang napas kasar.

"Linggar, kamu nggak bisa gini. Enggak bisa!"

"Makasih buat ...." Linggar tersenyum miring, memandangi tubuh Aluna yang sedikit terbuka. "Kesenangan sesaatnya. Gue udah ngerasa baikan sekarang."

"Argh!" Aluna menutup kedua kupingnya yang telah memerah.

"Bye!" Linggar melambaikan tangan, lalu melangkah pergi dari rumah Aluna begitu saja.

o0~AMU~0o

Keesokan harinya, di dalam kelas sebelum bel masuk berbunyi, Scarletta menyempatkan diri menghampiri bangku Niken. Ya, ia merasa menyesal telah membentak gadis itu kemarin.

Scarletta berdiri di seberang meja, menatap Niken dengan raut bersalah. Niken menghentikan percakapannya.

"Kenapa muka lo gitu?" tanya Niken heran.

"Maaf untuk kemarin," lirih Scarletta. Tangannya terulur ke depan wajah Niken.

"Lo udah kasar sama cewek gue, Lett. Nggak seharusnya lo bentak Niken kayak gitu. Padahal Niken cuma niat nolongin lo. Nggak ada hati, ya, lo!" Jefri mewakili Niken memberi jawaban.

"Iya, gue tahu. Gue kebawa emosi," gumam Scarletta rendah. Gadis itu menekukkan wajah.

"Udah, Yang. Lo nggak usah ikut campur!" gertak Niken seraya mencubit lengan Jefri.

"Iya, deh. Urusan cewek mah susah." Jefri mengalah.

"Gue udah maafin lo, kok. Lo ada benarnya. Harusnya gue izin ke lo untuk apa pun. Nggak semua yang gue kira baik buat lo, ternyata itu baik untuk diri lo sendiri. Maaf udah lancang," ucap Niken tulus.

After Me UglyWhere stories live. Discover now