Bab 30 | Kabar Gembira

176 29 1
                                    

Selama jauh dari rumah, Satya tak pernah absen memberikan kabar kepada sang istri. Setiap ada kesempatan ia selalu menyempatkan diri untuk mengirimkan sebuah pesan singkat. Entah itu hanya berisikan sapaan atau mengingatkan agar Echa tak melupakan jam makannya.

Echa yang diperlakukan seperti itu merasa bahwa dirinya sangat istimewa. Dia tahu kalau ini bukanlah gaya Satya. Apalagi mengingat lelaki itu selalu sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan terakhir kali dia sampai melupakan sang istri beserta anaknya.

Namun, sekarang keadaan sudah beda lagi. Pria itu tak mau mengulang kesalahan yang sama. Dia benar-benar serius ingin mengubah sikapnya. Serta membuat Echa secara perlahan mulai percaya padanya lagi.

Contoh kecilnya seperti yang terjadi pada malam ini. Satya berusaha menyempatkan diri untuk melakukan video call dengan sang istri, sebelum ia pergi tidur. Sayangnya cukup lama lelaki tersebut menunggu istrinya mengangkat telepon. Bahkan sudah dua kali ia mencoba, tapi gagal lagi.

Perlahan Satya mulai gelisah. Pikiran buruk mulai menghantuinya. Apa sedang terjadi sesuatu dengan mereka?

Cepat-cepat ia menggelengkan kepalanya. Lelaki itu berusaha menghapus semua pikiran buruk tersebut. Lalu mencoba menyambungkan teleponnya kembali.

Di lain sisi Echa baru saja keluar dari kamar mandi. Seharian ini ia terus bolak-balik memuntahkan isi perutnya. Sepertinya ada yang salah, tapi ia tak tahu apa itu. Ia merasa kalau dirinya tak salah makan.

Saat melihat ponselnya terus bergetar, Echa berjalan pelan mendekati tempat tidur. Dengan sisa tenaga yang ia miliki, dia lantas meraih benda tersebut yang sebelumnya memang disimpan di atas nakas. Sembari menyandarkan diri pada kepala ranjang, Echa menggeser tombol dial up. Namun sebelum itu, ia berusaha mengatur ekspresinya supaya Satya tak curiga.

"Halo, Bun. Kok lama ngangkatnya?" sapa Satya di seberang sana.

Setelah video call tersambung, wajah sang suami langsung terpampang di layar persegi itu. Sekarang Satya tengah terbaring menyamping di atas kasur. Sedangkan selimut putih nan tebal itu sudah membalut seluruh tubuhnya.

"Iya maaf, Mas. Tadi ketiduran pas nemenin Agni," jelas wanita itu.

Echa memang sengaja berbohong karena dia tak ingin membuat suaminya merasa khawatir. Apalagi setelah melihat lelaki itu tampak sangat lelah dengan kantung mata yang menghitam di sekitar area matanya.

"Oh, kirain kamu mau kabur lagi," canda lelaki itu.

"Kabur ke mana toh, Mas?"

"Ya, kali aja kayak kemarin pas kamu ninggalin aku beberapa hari ke Jogja tanpa kabar."

"Maaf saya ralat ya, Pak! Saya gak kabur waktu itu," koreksi Echa dengan wajah yang terlihat kesal.

Sepertinya keadaan Echa perlahan mulai membaik. Bahkan rasa mual yang menderanya pun juga ikut menghilang. Mungkin obat paling ampuh untuk meredakan rasa mualnya adalah berbicara dengan lelaki itu.

Satya tertawa saat mendengar respon sang istri.

"Iya-iya, kita lupain yang tadi. Kamu seharian ini baik-baik aja 'kan?"

Sejenak Echa tersentak kaget karena lelaki tersebut tiba-tiba bertanya mengenai keadaannya hari ini. Buru-buru ia mengatur kembali ekspresi wajahnya.

"Baik kok, Mas," balasnya sedikit gugup.

"Alhamdulillah. Agni gak nakal 'kan?"

"Enggak dong! Dia 'kan penurut sama kayak aku," kata Echa dengan nada sombong yang sengaja dibuat-buat.

Cinta Salah Alamat | Sungjin Day6Kde žijí příběhy. Začni objevovat