Bab 68 | Jaminan Hati

221 21 0
                                    

Makan malam kali ini Acha berniat menyiapkan semuanya. Mulai dari memasak hingga menghidangkannya di atas meja. Wanita muda itu memang sengaja menyuruh ibunya istirahat di kamar saja, selagi ia berkutat di dapur.

"Bu, biar aku saja yang masak. Ibu istirahat ya!"

Ibu seketika itu menoleh ke arah sumber suara. Rupanya putri bungsunya kini telah berdiri di ambang pintu dapur.

"Gak papa, Nduk. Biar Ibu bantu sekalian," kata Ibu seraya tersenyum hangat.

"Nggak, Bu. Acha pengen masakin makanan spesial buat Bapak. Lagipula aku juga mau ngomong sesuatu yang penting nanti," bujuk Acha tak mau kalah. Sebenarnya semua ini ia lakukan bukan tanpa alasan. Melainkan sebagai wujud upayanya untuk meminta maaf kepada kedua orang tuanya, terkhusus kepada sang ayah.

Akhirnya Ibu mengalah dan membiarkan putrinya itu mengambil alih dapur. Melihat ibunya perlahan menggeser tubuhnya ke samping, membuat Acha tak bisa lagi menahan senyumannya lagi. Dengan cekatan ia segera menggulung lengan bajunya ke atas.

Di sisi lain Ibu tampak sedang berdiri sambil melamunkan sesuatu. Bola matanya tak henti-hentinya memperhatikan gerak-gerik putrinya. Langkah kaki wanita muda yang ada di hadapannya kini tampak riang, hingga membuat hati Ibu bertanya-tanya. Apa sebenarnya yang terjadi sampai membuat putrinya itu tampak senang hari ini?

"Sepertinya ada sesuatu yang Ibu lewatkan di sini," ucap Ibu tiba-tiba.

Sontak Acha menghentikan gerak tangannya yang tengah sibuk memotong buncis di atas telenan. Sejenak wanita itu menoleh seraya tersenyum lebar.

"Tuh 'kan benar!" seru Ibu sekali lagi.

Acha menyengir lebar. Sedetik kemudian ia meletakkan pisau yang sedari tadi digenggamnya. Kini tubuh wanita itu telah sepenuhnya menghadap sang ibunda.

"Bu, aku punya kabar bagus buat Ibu," ungkapnya dengan senyuman yang belum juga luntur.

"Apa itu?" tanya Ibu tampak penasaran.

"Jadi, sebenarnya aku dan Mbak Echa udah berbaikan."

Sontak Ibu langsung menutup mulutnya tak percaya.

"Jadi.. kalian..?" kata Ibu terbata-bata.

"Iya, Bu. Acha udah minta maaf ke Mbak Echa. Terus dia juga udah maafin aku," terang Acha kembali.

Ibu tampak terharu sekali.

"Syukurlah kalau begitu, Ibu juga ikut senang mendengarnya."

"Iya, Bu. Jadi, sekarang Acha juga mau minta maaf ke Ibu sama Bapak."

"Ibu udah maafin kamu dari kemarin, Nak," ungkap Ibu terdengar tulus sembari memberikan pelukan terhangatnya.

"Makasih ya, Bu."

Beberapa detik kemudian pelukan mereka perlahan mulai merenggang.

"Ya udah, kamu siapkan makan malamnya dulu. Takutnya nanti keburu Bapak pulang."

Acha mengangguk seraya tersenyum lebar. Ia lantas segera melanjutkan kembali kegiatan memasaknya. Satu jam kemudian seluruh makanan sudah tertata rapi di atas meja. Acha tampak tersenyum puas melihat hasil kerjanya.

Selang tak lama kemudian, suara Bapak terdengar dari ruang tamu. Rupanya orang yang Acha tunggu baru saja pulang. Buru-buru wanita itu mengintip di balik lemari yang menjadi pembatas antara ruang tengah dan ruang tamu. Di sana sudah ada Ibu yang siap menyambut sang suami. Sengaja Acha bersembunyi karena ia masih sedikit takut apabila berhadapan langsung dengan lelaki paruh baya itu.

"Assalamualaikum, Bu?"

"Wa'alaikumsalam. Eh, Bapak sudah pulang?" sapa Ibu seraya mencium tangan Bapak.

Cinta Salah Alamat | Sungjin Day6Where stories live. Discover now