Bab 34 | Sahabat dan Impian

166 29 0
                                    

Echa baru saja sampai di rumah tepat pada pukul delapan malam. Gadis itu sedari kemarin merengek karena sudah merindukan kasurnya. Maklum saja sudah dua minggu lamanya ia tinggal jauh dari rumah, demi menjalankan tugasnya sebagai relawan di desa kecil pinggir kota. Dengan diantar Michel, ia akhirnya turun dari motor sport dengan harga selangit itu.

Belum sempat dirinya mengucapkan terimakasih, tiba-tiba gerbang rumah sudah dibuka dari dalam. Hingga munculah Acha beserta teman se-geng-nya.

Echa sudah hafal nama masing-masing dari mereka. Ada Jaka, si pemuda yang benar-benar memiliki jiwa muda yang sesungguhnya. Andini, si gadis kalem dan terlihat paling normal di antara yang lain. Serta satu lagi yang sepertinya tak perlu ia jelaskan.

Sebut saja dia si oknum S yang mengaku sebagai sahabat dekat dari adiknya di depan Bapak dan Ibu. Namun, sebenarnya mereka memiliki hubungan yang lebih dari sekedar teman. Mengingat hal itu saja membuat Echa muak.

Dia benci saat keduanya berpura-pura seperti sahabat yang saling mendukung satu sama lain. Hingga tak heran kalau Bapak sering memuji si oknum S ini sebagai sahabat sejati yang terlihat sempurna.

Cih! Bilang saja dia ingin cari muka di depan Bapak! cibir Echa dalam hati.

Saat ini Echa berdiri sambil menatap mereka. Sedangkan di sisinya masih ada Michel yang juga melakukan hal yang sama. Bahkan lelaki itu masih betah duduk di atas motornya.

Sesaat setelah Jaka dan Andini masuk ke dalam mobil yang Echa yakini bahwa mobil itu adalah milik Jaka. Satya masih betah berdiri di luar bersama dengan kekasihnya. Acha memang sengaja menahan lelaki itu untuk sebentar saja.

Setelah memastikan keadaan sekitar aman, tiba-tiba Acha mendekatkan dirinya pada laki-laki itu. Gadis tersebut terlihat berjinjit, lalu tanpa aba-aba langsung menghadiahi sebuah kecupan manis di bibir sang kekasih. Sedangkan Satya seketika berjingkat kaget. Ia tampak was-was karena takut ketahuan oleh orang rumah.

"Bapak lagi ronda malam, Mas," jelas Acha seakan bisa membaca ekspresi kekhawatiran dari kekasihnya itu.

Satya menghela napas lega. Perlahan ia tersenyum seraya mengusap lembut puncak kepala si gadis.

Di lain sisi Echa tampak berdiri kaku di tempatnya. Ia seakan syok setelah melihat adegan lovey dovey di depannya secara langsung. Padahal ini bukanlah pertama kali ia melihat mereka bermesraan. Namun, entah mengapa yang tadi itu terasa begitu menyakitkan sekali.

"Cih! Cemen banget tuh cowok!" cibir seseorang.

Echa seketika menoleh ke samping. Dari tatapan matanya, ia seakan sedang berbicara, "Maksud lo apa?"

"Ya itu, cowoknya adek lo! Masa cewek duluan yang mulai, gak gentle!" cerca Michel sekali lagi. Sedangkan Echa sontak mendengkus sebal. Tampaknya ia tak terima kalau Satya dikatai gak gentle oleh lelaki itu.

"Udah kamu pulang sana!" usir Echa seraya mendorong pelan punggung temannya itu.

"Kok ngusir?!"

Echa menghembuskan napasnya panjang. Ia berusaha sabar, agar lelaki itu tak curiga kepadanya.

"Aku gak ngusir, Chel. Ini udah malem, kamu mau sampai di kosan jam berapa, huh?"

"Iya-iya," putus Michel yang akhirnya nurut juga.

"Loh, Cha? Udah pulang?"

Ternyata keributan yang diciptakan oleh keduanya terdengar sampai ke telinga Satya. Sekarang Acha terlihat tak ada di antara mereka. Mungkin lelaki itu sudah menyuruh gadisnya untuk segera masuk ke dalam rumah.

"Menurut lo?" balas Echa sinis. Dengan cepat gadis itu membuka gerbang rumahnya. Namun belum sempat ia masuk, tiba-tiba lengannya ditahan oleh Satya.

"Siapa?"

Cinta Salah Alamat | Sungjin Day6Where stories live. Discover now