Bab 8 | Dia Kembali

217 34 0
                                    

Satya baru saja keluar dari dalam kelas. Hari ini jadwal mengajarnya sudah selesai semua. Jadi, dia bisa langsung kembali ke rumah.

Lelaki itu sudah tidak sabar bergelung di atas kasurnya yang empuk. Sebab sekujur tubuhnya terasa remuk semua. Selama dua hari belakangan, dia terlalu memaksakan diri untuk mencari seseorang. Dia bertekad mampu menemukan Wira dalam waktu dekat. Sehingga dirinya bisa membawa pria itu ke hadapan Acha secepatnya. Namun, sayang sekali semua usahanya tak kunjung membuahkan hasil.

Sampai saat ini semuanya masih buntu. Kini ia hanya bisa bergantung pada harapan yang tak pasti. Satya cuman bisa menunggu kepulangan Wira, meskipun entah sampai kapan.

Saat Satya baru saja keluar dari gedung fakultas tempatnya mengajar, tiba-tiba sebuah nada berdering telepon terdengar. Segera dia merogoh kantung celana itu. Lalu tanpa basa-basi lagi, ia pun menggeser tombol dial up.

"Halo?" sapanya sembari melanjutkan perjalanan menuju area parkir.

"Halo, Mas Satya. Ini Bibi," balas seseorang yang ada di seberang sana.

Seketika langkah kakinya terhenti. Sejenak hatinya berkata kalau Bibi yang bekerja untuk Acha itu, pasti ingin memberikan kabar penting padanya. Entah mengapa Satya begitu mengharapkan sebuah kabar bahagia yang ingin ia dengar.

"Tuan Wira udah pulang, Mas."

Tepat sekali! Akhirnya Satya menemukan titik terang dari permasalahan ini. Hampir saja ia berteriak kegirangan. Namun, seketika ia urungkan setelah sadar jika saat ini dirinya masih berada di lingkungan kampus.

"Oke, aku ke sana sekarang, Bi!" serunya cepat, lalu buru-buru menutup teleponnya secara sepihak.

Tanpa banyak basa-basi lagi, Satya langsung mempercepat langkahnya. Dia seakan tak ingin mengulur waktu lebih lama lagi. Dalam sekejap keinginannya untuk beristirahat di rumah, hilang seketika. Sebab dia sudah kembali bersemangat lagi.

***


Langkah kaki itu berhasil membawa Satya memasuki sebuah rumah mewah yang sempat dikunjunginya beberapa hari yang lalu. Sebelumnya dia bisa saja meminta bibi untuk mengabari Wira kalau istrinya sedang dirawat di rumah sakit.

Namun, Satya tak yakin jika laki-laki itu dengan mudahnya menuruti keinginannya untuk menjenguk sang istri. Apalagi jika dilihat selama Wira menghilang, dia seakan biasa saja jika pergi tanpa memberi kabar.

Sebenarnya Satya datang dengan niat baik. Dia sudah bertekat untuk tidak membuat keributan dengan pria itu. Namun, saat dirinya menemukan Wira sedang duduk santai di depan televisi yang menyala. Hatinya seketika berubah geram.

Sungguh Satya tak habis pikir dengan kelakuan pria yang satu ini. Apa dia sengaja bersantai ria di rumah dan tak mempedulikan istrinya yang sedang dirawat di rumah sakit. Atau setidaknya dia curiga karena tak mendapati istrinya di rumah.

"Wir!" tegur Satya saat ia sudah berdiri tepat di hadapan pria itu.

Wira merotasikan bola matanya malas. Raut wajahnya tampak masam.

"Apa seorang dosen sepertimu sudah hilang rasa sopan santun?" ucap Wira pedas.

Satya mengabaikan sindiran dari lelaki itu. Dia memang salah karena main nyelonong masuk begitu saja tanpa mengucap salam atau apapun. Namun mau bagaimana lagi, dia juga sudah tak tahan dengan kelakuan seenaknya dari lelaki itu.

"Kamu ke mana aja?! Acha terus nyariin kamu!"

"Hah!"

Suara hembusan napas panjang terdengar jelas di ruangan berukuran lima kali lima meter tersebut. Wira bangkit dari tempat duduknya. Sehingga tinggi mereka tampak sejajar. Sedari tadi tatapan elang milik Satya tak pernah luput dari lelaki yang ada di hadapannya ini. Seakan ia tak mau membiarkan Wira lepas lagi.

Cinta Salah Alamat | Sungjin Day6Where stories live. Discover now