Bab 1 | Late

714 60 0
                                    

Author's Note:
Sebelum kalian lanjut membaca, mohon diperhatikan baik-baik time stampnya ya! Supaya kalian tidak merasa kebingungan. Makasih, happy reading! 😉

____________________________________

Agustus, 2021

Hati Echa dibuat gelisah, lantaran seseorang di seberang sana tak kunjung mengangkat telponnya. Berkali-kali ia mencoba. Namun, hanya suara operator yang menyahutinya.

Sejenak ia mengerang kesal. Ingin rasanya meluapkan segala emosi di hati. Namun harus ia urungkan, karena sebuah tepukan pelan tiba-tiba mengalihkan perhatiannya.

"Bunda, Agni bentar lagi mau tampil. Mari silahkan, kita masuk sama-sama."

Ternyata seseorang yang mengenakan seragam khaki tersebut mengajaknya masuk ke dalam sebuah aula. Sebab di dalam sana, sang malaikat kecil kesayangannya akan segera tampil. Echa terkesiap, tapi ia langsung menganggukkan kepalanya.

"Iya, Miss. Duluan aja, nanti saya nyusul," balasnya disertai dengan senyuman.

Akhirnya wanita yang ia panggil "Miss" itu pamit masuk terlebih dahulu. Sejenak Echa mengigit bibirnya dan mencoba sekali lagi menyambungkan telepon pada seseorang. Sayang seribu sayang, panggilan itu tak kunjung diangkat olehnya.

Kembali ia harus menelan pil pahit sekali lagi. Untuk kesekian kalinya laki-laki yang ia tunggu kembali ingkar janji. Ibu satu anak itu akhirnya melangkah masuk dengan diselimuti perasaan kecewa.

Saat ini di depan sana, ada seorang gadis kecil yang sedang meliukan tubuhnya di atas panggung. Ia bergerak dengan lemah gemulai mengikuti iringan musik yang mengalun dengan indah. Meskipun kecewa, tapi penampilan gadis itu berhasil menyihir hatinya dalam sekejap. Echa sangat bangga karena telah memiliki putri sepintar dan berbakat seperti Agni.

Musik berhenti menandakan bahwa penampilan gadis kecil itu telah usai. Sorak sorai serta tepuk tangan meriah mengakhiri penampilannya, seiring dengan menutupnya tirai merah.

Cup!

"Maaf, aku terlambat ya?"

Seketika Echa teperanjat lantaran tiba-tiba ada seseorang mengecup pipinya tanpa permisi. Dengan cepat ia menoleh pada sang pelaku. Namun, sejurus kemudian raut wajahnya berubah datar.

"Agni udah tampil, Bun?" tanya laki-laki itu sekali lagi.

Rupanya seseorang yang dinantinya sedari tadi, kini baru saja menampak batang hidungnya. Namun sayang, kedatangan laki-laki itu sudah tidak ia butuhkan lagi. Hatinya sudah sangat dongkol. Segera Echa menyingkir dari sana tanpa mengucap satu katapun.

Satya, laki-laki itu, hanya bisa menghela napas panjang. Ia sudah memprediksi jika semuanya akan berakhir seperti ini. Tanpa pikir panjang, dia pun langsung mengikuti ke mana langkah kaki sang istri menuju.

"Bunda!"

Teriakan manis itu datangnya dari gadis kecil yang berhasil menyelesaikan penampilannya di atas panggung tadi. Wanita yang dipanggil "bunda" itu lantas menyambutnya dengan pelukan hangat. Walaupun Echa harus susah payah berpura-pura biasa saja di depan anaknya.

Dari jarak tiga meter di belakang sana, ada Satya yang sedang berdiri dengan kikuk. Pemandangan di depannya seakan menjawab semua pertanyaannya tadi. Dalam sekejap, ia sadar bahwa dirinya sekali lagi melewatkan penampilan hebat dari si putri kecil.

"Ayah?"

Raut wajah sendu milik Satya seketika berubah saat Agni menyadari keberadaannya di sana. Ia lantas segera mendongakkan kepalanya, lalu menatap Agni yang sedang tersenyum lebar padanya. Segera Satya mendekat dan memberikan ucapan selamat untuk anaknya itu.

"Selamat ya, sayang. Tadi kamu hebat banget!"

Pujian yang datang dari mulut manis suaminya itu, berhasil membuat Echa mendengkus sebal. Untung saja Agni tak sadar kalau sang ayah sedang menutupi batang busuknya.

"Wah! Ayah tadi lihat penampilanku?"

Satya lantas menganggukan kepala dan tersenyum tak kalah lebarnya.

***

Dalam perjalanan pulang, suasana mobil tampak sunyi. Tak ada satupun yang berani angkat suara. Kini Agni telah tertidur pulas dalam pangkuan sang ibunda. Sedangkan di sampingnya terdapat Satya yang masih dirundung perasaan bersalah pada sepasang ibu dan anak itu.

Beberapa kali ia ingin membuka obrolan dengan sang istri. Namun, dirinya selalu tak memiliki nyali yang besar untuk memulai itu semua. Hingga mobil yang mereka tumpangi akhirnya memasuki pekarangan rumah.

Dengan cepat, Echa keluar sembari membawa Agni dalam gendongannya. Selanjutnya ia lantas masuk ke dalam rumah tanpa menoleh sedikitpun pada sang suami.

Satya hanya bisa menghela napas sembari memijat pelan pelipisnya. Seketika pusing di kepalanya mulai melanda. Andai saja tadi ia tak melupakan janjinya, sudah pasti istrinya itu tak mungkin semarah ini.

Cukup lama bagi laki-laki itu duduk berdiam diri di dalam mobil. Hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk turun dan masuk ke dalam rumah.

Saat matanya tak menemukan tanda-tanda keberadaan sang istri maupun putrinya di ruang tengah. Ia akhirnya langsung masuk ke dalam kamar. Di sana dia menemukan Echa yang baru saja keluar dari kamar mandi setelah selesai berganti pakaian. Kini wanita itu tengah menyibukkan diri di depan lemari.

Setelah Satya menutup kembali pintu kamar. Dengan langkah pasti, ia langsung mendekap sang istri dari belakang. Seketika pergerakan tangan dari wanita itu tiba-tiba terhenti.

"Cha.."

Istrinya tak menolak dan hanya diam saja. Ia tahu jika pelukan ini hanyalah salah satu cara Satya dalam merayunya.

"Aku minta maaf, ya. Tadi aku hampir kelupaan."

Echa masih saja bungkam dan tak bereaksi apapun. Dirasa sang istri tak menjawab, Satya pun kembali memanggilnya.

"Cha–"

"Apa?!"

Satya terperanjat kaget lantaran nada bicara sang istri terkesan sangat dingin.

"Kali ini apa lagi? Dia minta kamu ngapain lagi?! Nganter dia pulang? Atau nemenin dia makan siang? Iya?! Jawab, Mas!" tukas Echa tanpa jeda.

"Nggak, Cha. Bukan itu!"

Kini pelukan mereka sudah terlepas. Bahkan Echa sudah membalikkan badannya dan menghadap sang suami secara langsung.

"Ah, udahlah Mas! Kamu emang gak pernah mau berubah! Gak usah minta maaf ke aku. Mas Satya mustinya minta maaf ke Agni," sergapnya secara tiba-tiba. Hingga hal tersebut berhasil membuat Satya bungkam seribu bahasa.

Setelah dia berkata demikian, Echa lantas melangkah keluar dan meninggalkan Satya sendirian di dalam kamar. Laki-laki itu kini hanya bisa menghela nafasnya kembali. Istrinya benar, seharusnya yang berhak mendapatkan permintaan maaf darinya itu bukan Echa, melainkan Agni.

=TBC=

Cinta Salah Alamat | Sungjin Day6Où les histoires vivent. Découvrez maintenant